[2] Gaun Pernikahan

ELENA POV 

Aku menatap kemegahan rumah seorang desainer terkenal di negara ini. Tidak kusangka, Max benar-benar mendalami perannya sebagai pria yang akan menikah. Dia sibuk memilih ini-itu sementara aku hanya mampu menggerakkan bola mataku ketika mereka nampak sibuk membicarakan sesuatu berjalan ke sana ke mari dengan menyereput kopi pahit yang tentu aku tidak suka.

Rain, sekretaris Max bilang, dia penggila kopi. Sepagian ini dia sudah dua kali meminumnya dan aku tidak begitu peduli dengan penjelasan Rain. Aku hanya memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya di tangan Max. Aku tidak tahu apa rencananya menikahiku. Dipikir-pikir, dia bukan pria lajang yang sulit mendapatkan pasangan. Meminta salah satu artis didikannya untuk dijadikan istri pasti sangat mudah; semudah dia melangkahkan kakinya dengan sepatu seharga 50 dolar itu.

“Menurutmu bagaimana, sugar?” tanyanya memberikan sebuah gambar rancangan baju pengantin hasil desainer bernama Jesslyn itu.

Aku tahu karyanya bukan main-main, tapi entah kenapa aku tidak begitu tertarik dengan rancangannya. Aku pun menatap Max yang menunggu jawabanku. Dia menatapku serius seraya mengangkat ke dua alisnya. Sementara aku, menatap raut wajah Jesslyn yang kurang bersahabat. Entah kenapa, aku punya firasat buruk tentang ini. Seolah aku ditelanjangi dengan bulu mata badainya yang sungguh membuatku kesal hanya dengan melihatnya. Pun, bibirnya yang nampak merah merekah seolah tengah menggoda Max.

“Sebenarnya…,” Aku sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasku. Sebuah buku sketsa bewarna gading yang selalu aku bawa kemana-mana.

“Ah ya, kau pernah sekolah desain, right?” suara Max seolah memberikan jawaban untuk Jesslyn yang semakin menatapku garang. Tentu, aku tahu dia tidak suka dengan ide ini.

Sementara aku mengangguk menjawab pertanyaan Max. “Sebenarnya aku sudah punya rancangan sendiri. Apakah aku boleh memintanya seperti ini?” kataku menyodorkan sketsaku pada Max.

Pria itu pun menerimanya dan kembali menatapnya dengan serius. Jesslyn yang tak sama sekali mengeluarkan suara apapun langsung merapatkan tubuhnya pada Max. Dia juga menatap desainku dengan…

“Oke, sesuaikan yang dia inginkan,” ucap Max memberikan bukuku pada Jesslyn. Wanita itu nampak menimbang sesuatu yang tentunya aku tahu dalam hatinya merengut kesal.

“Karena pernikahan ini hanya sekali seumur hidup. Aku ingin semua hal berjalan dengan menyenangkan, salah satunya baju pengantin yang kau mau, sugar,” Max mencolek daguku serta mengerlingkan matanya, lalu duduk di sebelahku dengan mengeluarkan permen karet dari sakunya.

Well, ini aneh. Aku tidak bisa menentukan sifat Max sesungguhnya. Kali ini, aku merasa seperti sedang berhadapan dengan pria playboy yang kurang ajar. Bahkan anehnya aku tidak tahu kenapa sejak tadi dia memanggilku sugar. Entah aku harus menyetujuinya atau tidak dengan panggilan itu, tapi rasanya itu tidak begitu buruk.

“Hmm oke, ini tidak begitu buruk untuk pemula,” ucap Jesslyn terlihat menyerah atau semacamnya, tapi aku yakin dia cukup tersinggung dengan permintaan desainer junior sepertiku. “Tapi sepertinya aku harus sedikit memberikan modifikasi atau sentuhan lainnya supaya terliha lebih mewah, bagaimana?” tanya Jesslyn padaku yang aku tahu itu sebuah ejekan secara tidak langsung kalau karyaku tidak mewah.

“Hahaha, baiklah,” kekehku dan Max tiba-tiba mengacak rambutku.

Lagi-lagi, aneh!

“Baiklah, Rain selanjutnya kita akan kemana?” tanya Max berdiri dari duduknya seraya memasukkan tangannya ke dalam saku. Bibir tipisnya yang cenderung kemerahan itu terus bergerak mengunyah permen karet.

“Bertemu dengan Tiger, hari ini kau berjanji mempertemukannya dengan Elena.”

“Oh ya, aku hampir lupa. Kalau begitu aku harus pergi, Jess. Kau bisa langsung menghubungi Elena jika ada sesuatu yang harus didiskusikan. Rain akan segera mengirim nomornya ke manajermu.”

Jesslyn hanya mengangguk dan sekali lagi menatapku. Aku berusaha mengembangkan senyumku, tapi sayang nampaknya dia tidak menyukaiku.

***

Rumah besar dengan gaya klasik memukau membuatku ternganga sejenak. Benar-benar sederhana tapi terlihat sangat eye catching. Jika ayah masih ada, tentu dia akan senang sekali bisa berkunjung ke sini.

“Siapa Tiger?” tanyaku begitu kami turun dari mobil mengikuti langkah Max yang nampak bersemangat. Begitu juga Rain menyusul kami dari belakang dengan ipadnya yang selalu dia pegang.

“Kau akan segera mengetahuinya,” kata Max singkat yang kini semakin bersemangat membuatku perlahan tertinggal di belakangnya dan Rain menggantikan tempatku.

Wanita itu sibuk menyodorkan ipadnya pada Max sehingga melemahkan langkah Max yang kembali bisa ku kejar. Aku dengar sekilas mereka membicarakan sebuah diskotik terkenal. Lalu menyebutkan nama-nama lain yang tidak begitu kukenal, tapi ku yakin itu artis yang berada di bawah agensi mereka.

“Oke, beritahu Aaron aku tidak suka esok hari. Dia harus menyelesaikannya hari ini juga,” kini wajah playboy kurang ajar itu berubah kembali jadi bossy. Ekspresinya berubah menjadi rautan-rautan marah tak terkendali seraya menggeser sesuatu di atas ipad yang dia pegang.

“Ini sangat mengecewakan, aku tidak mau hal ini terjadi lagi. Benar-benar tidak tahu diri! Baru saja debut sudah membuat masalah! Buat dia sibuk dengan job-job terbaru. Dia harus menebus kerugian yang dia sebabkan karena kita harus membungkam semua pers supaya masalah ini tidak bocor!”

“Baik, Pak,” Rain mengangguk lalu Max kembali memberika ipadnya pada Rain.

“Paman!” teriak seseorang dari kejauhan diikuti oleh beberapa pelayan di belakangnya dan seorang wanita cantik yang berteriak; melarang anak kecil yang aku tebak baru berumur empat tahun itu untuk berhenti berlari.

“Tiger! Jangan berlari, Sayang!”

Jadi dialah Tiger.

“Aduh, duh jagoan paman!” Tiger menabrak Max yang sudah siap menangkapnya dan menggendongnya meski aku yakin cukup berat dengan tubuhnya yang gempal.

“Paman kenapa baru datang? Ijel punya mainan baru!” ucapnya dengan menyebut namanya sendiri Ijel dan memberitahu bahwa dia memiliki pesawat terbang yang cukup besar dibanding tangannya.

“Iyah, maaf. Paman kan harus kerja supaya bisa beliin Ijel mainan,” kali ini aku menemukan hal lain dalam diri Max selain sifat bossy dan juga sifat playboynya.  Aku menemukan sebuah kehangatan seorang ayah dari dirinya.

“Paman bohong!” rajuk Tiger melipat ke dua tangannya depan dada.

“Benar, Sayang. Mainan Ijel masih di jalan karena paman pesannya jauh di Australia.”

Tiger nampak senang sekali. Dia mengangkat ke dua tangannya di atas seraya memanggil ibunya.

“Ma, Ijel mau punya mainan baru lagi!” katanya dan Max pun berjalan ke arah wanita cantik yang menurutku masih sangat awet muda.

Senyumannya mengingatkanku pada mama dan matanya yang sipit mengingatkanku pada Kak Irene. Max berjalan menuju wanita itu yang masih berdiri di depan pintu rumah megahnya. Beberapa pelayan pun nampak membungkukkan tubuhnya menyambut kedatangan Max. Bagiku ini tidak aneh, ketika keluargaku lengkap aku sudah puas menikmati hidupku. Setelah aku dan Kak Irene kehilangan ke dua orang tua kami, akhirnya Kak Irene mengurangi jumlah pelayan karena merasa cukup boros harus mengeluarkan budget lebih.

“Bagaimana kabarmu Kak?” tanya wanita itu menyentuh pundak Max dengan senyumannya yang lembut.

“Baik, kau bagaimana? Aku dengar isi lagi?” tanya Max dan pria itu refleks memegang perutnya yang belum terlihat buncit.

“Iyah masih 3 bulan, belum begitu keliatan nih!”

Aku malah menatap kagum dengannya karena sama sekali tidak terlihat seperti ibu hamil. Benar-benar cantik dan terlihat anggun.

“Oh ya, inikah Elena?” tanyanya kini berpindah fokusnya padaku. “Aku Sara, adiknya Kak Max,” aku pun bersalaman padanya seraya menyebutkan namaku, tapi Sara nampak terkekeh sejenak menangkap kekakuan dari tanganku.

“Kau terlihat begitu kaku. Kau bisa menganggapku sebagai keluarga barumu. Oh ya berapa umurmu? Umurku 26 tahun.”

“Oh aku, 22 tahun,” kataku dan Sara kembali terkekeh tapi kali ini memukul punggung Max.

“Kau benar-benar bisa memilih istri yang jauh lebih mudah darimu. Kau bukan pedofil kan, Kak? Lihat wajah Elena, dia benar-benar baby face dan kau seperti om-om.”

Aku langsung refleks menutup bibirku menahan tawa. Aku sangat setuju dengan apa yang Sara katakan, karena tentunya itu pujian untukku dan ejekan untuk Max.

“Enak saja! Gini-gini aku tampan tahu! Banyak wanita yang mau jadi istriku! Bahkan anak 19 tahun bisa aku nikahi!”

Kali ini bukan hanya aku yang ingin tertawa, tapi Rain yang sejak tadi memasang wajah datar nampak tak tahan ingin tertawa.

“Kalian menyebalkan!” rengut Max menurunkan Tiger yang sibuk menggerakkan pesawatnya.

“Oh ya Tiger, ini Aunty [baca:Onti] Elena. Ayo bersalaman,” pria itu menggerakkan tangan Tiger ke arahku dan aku pun berjongkok di depannya.

“Hai Tiger, kau bisa memanggilku Anty El,” kataku dan Tiger tiba-tiba mengecup pipiku membuat semua terkejut.

“Aunty El cantik sekali! Mau enggak jadi pacar Ijel?” tanyanya.

Max tiba-tiba kembali menggendong Tiger lalu mencubit pelan hidung anak itu. “Tidak boleh, Ijel! Aunty El sudah ada yang punya. Dia hanya punya Paman, mengerti?!”

Tiger nampak mengangguk pelan dan kami pun dipersilakan masuk ke dalam rumah. Tentunya, aku menemukan barang-barang yang sangat aku sukai. Sebuah pajangan, tapi terlihat begitu indah dan cantik. Sayang, kami tidak bisa terlalu lama karena Max mendadak harus kembali dengan kerjaannya.

[...]

Halo! Jadi ini cerita Max dan Elena. Semoga kalian suka! Jangan lupa masukin dalam rak buku kalian!!

Btw, aku masih bimbang mau ngasih judul ini apa. Bisa batu pilih?

1. My Charming Enemy

2. Sugar (panggilan Max ke Elena)

3. Sweet Enemy

4. Elena

5. Terjebak dengan Pria Posesif

Serius dehh bingung wkkwkwwk, karena aku juga gak pintar buat judul cerita dari dulu wkwkwk. Bantu pilih yuk!

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

,max itu bucin sejati nya .el,

....hasrat trpendam ingin memiliki el

2020-08-24

2

Dewi

Dewi

ni novel yg ke 3 karya mu thor,ketiganya saling berkaitan ceritanya

2020-07-07

0

Dee

Dee

sweet enemy aja thor

2020-06-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!