AUTHOR POV
Mobil sport merah memasuki mansion tua milik keluarga Gilbert. Beruntung, rumah ini punya pintu belakang untuk dia lalui. Jika tidak, wartawan pasti sangat bersyukur karena mendapatkan mangsa yang tepat setelah berjam-jam menunggu di luar sana. Secara, Max Winston adalah CEO dari agensi terkenal di negara ini. Mana mungkin, para wartawan melewati berita besar ini. Akhirnya! Di umur 27 tahunnya, Max melepaskan masa lajangnya! Tentu perempuan mana yang tidak merasa patah hati. Bahkan jika semua artis di agensinya disuruh bersuara pasti tidak akan terima.
“Rain!” panggil Max mengulurkan tangannya.
Sekretaris perempuannya itu memberikan sebuah berkas pada Max. Kaca mata hitam yang dia pakai, dilepas sebentar dan dia simpan di kantong jasnya.
“Bagaimana, Pak? Apakah sudah sesuai?” tanya Rain.
Max masih mengunyah permen karet yang dia makan sepanjang jalan menuju mansion tua milik keluarga Elena. Kepalanya Nampak mengangguk berkali-kali hingga akhirnya setiap lembar demi lembar dia tersenyum.
“Perfect!” serunya memberikan pada Rain lalu turun dari mobil mewahnya.
“Sialan kau Max!” baru saja Max turun dari mobilnya. Irene sudah menghampirinya dengan brutal.
Cepat sopir Max menahan Irene, begitu pula dengan pelayan Irene yang sudah siap memegang erat tangan Irene.
“Setelah mengambil semua kolegaku, kau mengambil adikku juga sebagai jaminan! Kau benar-benar ********! Kau brengsek! Dia satu-satunya yang kupunya!”
Max terkekeh. Dia mengambil sebuah sapu tangan di kantong celananya lalu membuang permen karet yang menurutnya tak manis lagi untuk dikunyah karena harus melihat pemandangan ibu hamil berteriak-teriak padanya.
“Wow! Amarah ibu hamil benar-benar mengangumkan! Jadi siapa ayahnya?” tanya Max meremehkan seraya melipat ke dua tangannya di depan dada.
Irene benar-benar geram. Dia hampir tak terkendali jika saja bukan Elena yang mencegahnya. Wanita cantik itu, adiknya satu-satunya, anak bungsu keluarga Gilbert memeluk Irene erat.
“Kak sudah! El baik-baik saja, Kak! Percaya sama Elena!”
Anehnya, Max selalu merasa wanita itu; Elena Nampak tenang meski dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Wanita dengan kulit putih kemerahannya itu menangkup ke dua wajah Irene yang terus mengeluarkan air mata.
“El, tapi-”
Elena menggelengkan kepalanya. Tidak mau mendengar apapun dari bibir kakaknya. Jika bukan karena pengorbanannya, mansion tua ini pasti akan rata dengan tanah dan dibagun rumah baru yang lebih minimalis menyesuaikan era saat ini.
“Kita sudah membicarakan ini semalam. Kakak temui Kak Damar. El enggak mau Kakak di rumah sendiri, merawat anak kalian sendirian. El enggak mau itu terjadi Kak! Elena mohon! Bukan Elena satu-satunya di hidup Kakak. Kakak akan punya keluarga baru!”
Irene menggelengkan kepalanya lagi, tapi Elena meminta semua pelayannya membawa Irene untuk meninggalkannya. Suara teriakan histeris yang tentunya membuat Elena tak kuasa menitihkan air matanya. Namun dia harus kuat! Dia harus kuat dengan kenyataan bahwa keluarganya sudah tidak memiliki apapun.
“Sudah kubilang, jangan pinjam uang sembarangan, tapi kakakmu masih saja meminjamnya padaku,” suara Max membuat Elena menghapus air matanya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap pria yang memberikannya pilihan.
“Karena waktu itu kau kekasihnya. Dia percaya padamu, tapi kau-“
“Apakah kita sedang membicarakan masa lalu?” tanya Max mengubah posisinya hingga tak ada lagi jarak di antara mereka.
“Kau tahu? Aku tidak suka membicarakan masa lalu, dan aku tidak suka wanita yang tidak menurut, setiap kau melakukan hal yang aku tidak suka, kau akan mendapat hukuman dariku,” ucapnya tiba-tiba meraih tubuh Elena yang hanya beberapa inci darinya hingga bibir mereka saling menyentuh merasakan kehangatan antara satu sama lain.
Ah, tidak! Bahkan Elena tidak bisa merasakan kehangatan dari pria arogan ini. Yang ada, dia merasakan hawa dingin menusuk yang ditimbulkan oleh pria ini.
“Pak,” Rain mencoba menyadarkan Max kalau ini bukan waktu yang tepat, tapi Max merasa puas karena jelas sekali terlihat ini pertama kalinya untuk Elena.
Polos, pemberani, dewasa? Kata yang manakah cocok untuk Elena.
Elena mendorong tubuh Max dan mengepalkan tangannya. “Jangan sentuh aku dengan bibir kotormu!”
Max terkekeh dan memberantakkan rambut Elena dengan senyum yang Elena sendiri tak bisa artikan. “Kau begitu manis pagi ini, sugar,” bisiknya di telinga Elena.
Wanita itu kembali menjauhkan dirinya dari pria gila yang pagi-pagi sudah menjemputnya. Coba saja pikir! Apa dia tidak berangkat kerja?! Kenapa harus datang sepagi ini ke mansionnya.
Max masih mengembangkan senyumnya. Kali ini dia terkekeh karena Elena terus mengusap bibirnya dengan kesal karena ulah Max. Lalu pria dengan rambut quiff haircut itu memberikan berkas perjanjiannya pada Elena, membuat Elena menerimanya dengan garang.
“Rain!” Max menunjuk koper yang sudah pelayan Elena siapkan tadi.
Sekretaris itu pun mulai sibuk mengurus koper-koper milik Elena bersama sopir pribadi Max. Sementara Max menyentuh tangan Elena untuk masuk ke dalam mobilnya.
Kesan pertama Elena untuk Max sungguh tidak bisa dia pahami. Pria ini manis, dingin, bossy? Kata yang manakah cocok untuk Max?
Bahkan mereka mulai menilai satu sama lain, tapi dibanding Elena, tentu Max mengetahui luar dalam Elena karena sejak lama dia sudah memperhatikan gadis ini. Gadis? Max kini tertawa di dalam hatinya. Tentu saja gadis, karena Max adalah yang pertama untuk Elena.
Max merapikan jasnya setelah masuk ke dalam mobil mahalnya. Namun dia melihat Elena masih sibuk membaca berkas perjanjian mereka di luar mobil. “Kau bisa membacanya di perjalanan. Desainer yang aku pilih untuk membuat baju pernikahan kita tidak punya banyak waktu hanya untuk menunggumu!”
Kali ini Elena yakin, dia yakin sekali kalau Max adalah pria dingin dan super bossy! Abaikan kata manis di awal tadi! Karena kata-kata itu tidak cocok untuk Max.
Max, begitu dia memastikan Elena berada di sampingnya, pria itu membuang tatapannya ke luar jendela. Melihat Rain yang selesai memasukkan semua koper Elena, dia pun siap memberikan perintah.
“Maaf Pak! Kopernya tidak mungkin masuk semua di mobil ini,” ucap Rain membuat Max langsung menghela napasnya dari mulut mengingat kapasitas mobilnya memang tidak akan cukup banyak. Sialnya dia tidak memikirkan ini.
“Kalau kau tidak lupa, aku pernah menjadi seorang putri di keluargaku, aku tidak mungkin bawa baju sedikit meski aku tahu pernikahan ini bukan hal yang menyenangkan!”
Well, ini salah Max yang terlalu mengutamakan gaya. Oh bukan! Tepatnya terlalu ingin pamer pada Elena kalau pria yang akan menikahinya adalah CEO terkenal di industri hiburan. Tentunya semua barang yang dia gunakan harus keren di mata pelayan Elena sekalipun.
“Baiklah kau yang atur,” ucap Max mulai kesal karena mendengar kata-kata Elena yang masuk akal.
“Benar juga, dia tidak mungkin bawa baju sedikit!” ucap Max dalam hatinya merasa dongkol sekaligus malu karena dia terlalu ketahuan ingin pamer.
Rain dan Andrew masuk ke dalam mobil. Mobil merah Max pun mulai melaju meninggalkan pelataran mansion tua keluarga Gilbert. Elena perlahan melepaskan pandangannya dari surat perjanjian yang dia baca. Kini matanya nampak berkaca-kaca melihat kakaknya di balkon atas menatap mobil mereka dengan sedih. Hal itu tentunya tak luput dari pandangan Max. Pria itu memperhatikan Elena yang memeras kencang dress floralnya. Dia tahu, perasaan Elena sekarang.
“Aku tidak pernah meninggalkan mansion ini selama hidupku. Meski ayah memintaku kuliah ke luar negeri, aku menolaknya. Aku sangat menyukai semua kenangan di dalamnya!” ucap Elena sangat lirih.
Dia tidak menangis, tapi tatapannya terus dia buang keluar kaca. Jari-jarinya pun semakin memerah membuat Max ikut membuang pandangannya pada luar kaca. Jika takdir tidak bisa membuat mereka bersatu dengan cara yang baik. Maka, Max akan melakukan segala hal supaya Elena dapat memasuki kehidupannya. Apapun itu! Apapun itu akan dia lakukan meski wanita ini harus membencinya terlebih dahulu.
[...]
Halo! Jadi ini cerita Max dan Elena. Semoga kalian suka! Jangan lupa masukin dalam rak buku kalian!!
Btw, aku masih bimbang mau ngasih judul ini apa. Bisa batu pilih?
1. My Charming Enemy
2. Sugar (panggilan Max ke Elena)
3. Sweet Enemy
4. Elena
5. Terjebak Cinta Pria Arogan
- - -
Serius dehh bingung wkkwkwwk, karena aku juga gak pintar buat judul cerita dari dulu wkwkwk. Bantu pilih yuk!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Hanifa Hilwa
menarik😉😉
2021-05-21
0
@azma@
menarik sekali ....
slalu lain dri yg lain ...
q pd u deh Thor ....
👍👍👍👍👍👍👍
2020-11-13
0
Nyonya Cantex
untung aku baca lolita dulu...
2020-10-24
0