Lama kelamaan Isma semakin dekat dengan Fikri. Saat itu Fikri sempat mengungkapkan perasaannya. Dan Isma hanya menjawab jalanin aja.
Suatu hari Isma seperti biasa, ia sepulang kerja selalu menelpon ibu.
Sudah 3 kali ia coba hubungi, tapi tak ada satu orang pun yang mengangkat telpon nya. Isma mengira mungkin handphone ibu ketinggalan dirumah.
Malamnya Isma coba lagi telepon. Tapi tetap tidak ada yang mengangkat telpon nya.
"Kok.. tumben-tumbenan ibu susah sekali dihubungi ya...ada apa..?" Tanya Isma dalam hati.
Lalu ia coba menghubungi pamannya. Setelah 3 kali menelpon, akhirnya paman mengangkat telpon Isma.
"Assalamualaikum.. om..!"
"Waalikumsalam Is..." Jawab paman
"Isma mau tanya kok ibu susah dihubungi ya om...?" Tanya Isma
"Mm.... Mm.... Mm..."
"Kenapa om ...?" Tanya Isma lagi
Akhirnya pamannya pun berbicara.
"Ibu sakit Is... Sekarang ada dirumah sakit."
"Ibu sakit apa om...?" Isma terus bertanya.
"Ibu... Ibu..... Ibu... Kena serangan jantung Is." Jawab paman
"Kok bisa om... Kan ibu gak punya riwayat jantung." Jelas Isma
Tanpa pikir panjang, Isma langsung membawa tas nya. Ia lalu pergi ke senior nya ditempat kerja dan meminta izin untuk pulang. Tapi sayang senior nya tak memberi izin, dengan alasan ditempat kerja sedang kekurangan orang.
Tapi Isma tak menghiraukan itu, ia tetap nekad pulang. Yang ada dipikiran nya hanya ibu.. ibu.. dan ibu.
Lalu Isma pergi ke tempat bis. Dapatlah ia tiket bis pulang. Empat jam perjalanan, akhirnya Isma sampai dirumah. Disana tak ada siapa-siapa.
Lalu tiba-tiba ada Fikri menghampirinya, menggunakan sepeda motor.
"Ayo.. aku antar kamu ke rumah sakit." Ajak Fikri.
Isma lalu naik ke motor bersama Fikri.
Sampai disana, ia bertemu dengan tetangga-tetangganya yang telah menjenguk ibunya.
"Sabar ya Is..." Kata seorang tetangga sambil mengelus pundak Isma.
Lalu Isma menemui ayahnya.
"Pak... Ibu ada dimana...?"
"Ibu ada diruang ICU nak." Jawab ayah
"ICU Pak...? Apa ibu sakitnya sangat parah hingga harus di ICU..?" Tanya Isma lagi.
"Nanti kamu masuk aja ya nak.. tapi harus bergiliran. Sekarang kakak mu sedang didalam." Jawab ayah.
Lalu Isma memakai pakaian hijau. Dan mendekat ke ruangan itu.
"Jangan nangis Is... Kamu harus menguatkan ibu..." kata Fikri.
Isma mengangguk kan kepalanya.
Isma masuk ke ruang ICU. Terdengar suara alat, Tet... Tet... Tet.. disebelah sang ibu.
Ibu terbaring lemah dengan oksigen, selang infus dan selang-selang lainnya.
"Bu... Bu.. ini Isma..." Isma berkata dengan pelan sambil memegang tangan ibunya.
Ibu membuka matanya dengan pelan.
"Isma kok ada disini, kan harus kerja."
"Iya Bu, Ga apa-apa. Isma sudah izin kok. Ibu jangan banyak gerak ya, biar cepat sembuh." Jawab Isma.
Ibu kembali menutupkan matanya.
Dalam hati, Isma sangat sedih. Ia membalikan badan, dan kembali keluar ruangan. Ia tak bisa lagi membendung kesedihannya.
Fikri masih diam menunggu Isma didepan pintu ICU. Tanpa Isma sadar ia menangis di pundak Fikri.
"Ibu... Fik... Kenapa langsung sakit parah kayak gini...?" Kata Isma pada Fikri.
"Sabar ya Is... Insyaallah ibu akan segera sembuh." Jawab Fikri.
Disana Isma tidak memikirkan pekerjaan nya. Padahal saat itu ia tak dapat izin untuk pulang.
Satu.. dua hari Isma ikut menjaga ibu nya di rumah sakit. Hingga ayahnya menyuruh Isma untuk beristirahat dirumah, dan menyuruh Isma pulang ke mess supaya pekerjaan nya tidak terganggu.
"Kamu istirahat dirumah aja Is... Nanti besok kamu pulang saja ke Bandung. Biar pekerjaan mu tidak terganggu." Kata ayah.
"Tapi Pak... Ibu bagaimana...?"tanya Isma.
"Disini kan ada bapak sama om... Kakak-kakak kamu juga kan belum pulang." Jawab ayah.
"Baiklah... Isma nanti besok pulang ke Bandung. Tapi sekarang Isma tidur disini saja ya Pak..?" Kata Isma.
"Iya..."
Sejak Isma berada dirumah sakit, Fikri terus menemani nya. Isma merasa ada kepedulian yang besar ditunjukkan Fikri padanya.
"Fik... Kenapa gak pulang, nanti pekerjaan kamu gimana?" Tanya Isma pada Fikri.
"Aku disini aja Is nemenin kamu, soal kerja aku udah izin kok... Jadi tenang aja ya..." Jawab Fikri.
"Aku besok insyaallah pulang lagi ke Bandung Fik..." Jelas Isma.
"Oh.. ya udah nanti aku antar, sekalian aku pulang." Kata Fikri.
"Ga usah Fik... Aku bisa sendiri kok...!" Jawab Isma.
"Ga apa-apa, kan namanya juga sekalian." Tegas Fikri.
Ayah Isma mulai merasakan kalau ada yang sedang dekat dengan putrinya. Ia melihat Fikri begitu memperhatikan Isma.
Ayahnya berharap siapapun yang dekat dengan putrinya, ia adalah orang yang baik.
Keesokan harinya Isma pergi keruangan ibunya.
"Ibu... Isma pamit pulang dulu ke Bandung ya. Isma mau kembali kerja." Kata Isma sambil memegang tangan ibunya.
"Iya nak... Kamu jangan terlalu memikirkan ibu disini. Ibu pasti baik-baik saja. Ibu pasti sehat lagi." Jawab ibu dengan semangat.
"Isma pulang diantar Fikri ya Bu..." Tambah Isma.
"Iya... Nak, hati-hati ya..."
"Iya Bu..."
Lalu Isma mencium tangan sang ibu.
"Isma pamit ya Pak..." Kata Isma pada ayahnya.
"Iya nak... Jangan banyak pikiran disana ya, fokus sama pekerjaan mu." Jawab ayahnya.
"Iya Pak."
Lalu Isma pergi meninggalkan rumah sakit bersama Fikri.
"Assalamualaikum...."
"Waalikumsalam....." Jawab ayahnya.
Diperjalanan Isma terlihat lebih pendiam. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut nya. Mata nya berkaca-kaca, sesekali ia meneteskan air mata. Sepanjang jalan ia hanya menoleh ke arah kaca mobil.
Fikri paham apa yang Isma sekarang rasakan.
"Sabar ya Is... Yakin ibu pasti sembuh ya. Kamu harus semangat, biar ibu semangat." Kata Fikri.
Isma menoleh sambil menatap Fikri, lalu ia tersenyum.
"Makasih banyak ya.. Fik, makasih untuk semua waktunya." Kata Isma.
Empat jam sudah dilewati diperjalanan. Akhirnya sampailah di mess tempat kerja Isma.
"Ingat... Semangat ya Is... Nanti kalau mau pulang kabari... Biar nanti barengan lagi." Kata Fikri.
Isma tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Kemudian Fikri pamit pada ibu mess, dan ia kembali pulang ke tempat kerja.
Ibu mess lalu menghampiri Isma.
"Nak, kamu tiga hari gak masuk kerja. Kemarin atasanmu menelpon ibu." Kata ibu mess.
"Iya Bu.. ibu saya sekarang masuk ICU. Sekarang juga masih di ICU." Jawab Isma.
"Ibu ngerti nak, tapi kemarin kamu pulang tanpa izin dari atasan. Kamu tahu kan nak..?"
"Iya Bu... Saya akan terima apa pun hukumannya. Sekalipun saya dipecat, saya pasti terima Bu. Yang penting dimana ibu saya sakit, saya berada disampingnya." Jawab Isma.
"Kamu anak yang baik nak..." Jawab ibu mess.
"Makasih Bu... Ibu sudah mengerti keadaan Isma."
"Iya.. nak, sekarang kamu istirahat ya."
"Iya... Bu..."
Lalu Isma pergi ke kamar menghampiri teman-temannya, lalu beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments