"Apa-apaan kamu menjadikan dia sebagai sekretaris?" Aku dan Anggara menoleh ke arah suara ternyata Bu Sekar dan Riko, untuk apa mereka kesini. Aku menoleh ke arah Anggara mungkin kaget melihat mereka nekat datang kesini.
"Buat apa kalian kesini? Ratih kamu boleh keluar sekarang dan tolong katakan pada Yogi untuk melanjutkan meeting tanpa saya,"
Aku hanya mengangguk dan berlalu begitu saja, di saat menuju ke meja kerja aku bertemu lagi dengan mas Rahman.
"Pulang kantor mas tunggu kamu di parkiran ya?" ucap Mas Rahman.
"Tapi aku pulang kantornya sedikit terlambat, bagaimana?"
Aku tidak ingin mas Rahman menunggu terlalu lama, Apalagi dia semalam pingsan pasti hari ini juga capek mengantar minuman ke setiap meja karyawan.
"Tidak apa-apa? tetap mas tunggu," ujar mas Rahman berlalu sambil membawa nampan kosong menuju pantry, aku harus mencari Yogi untuk mengatakan padanya kalau pak Anggara tidak bisa mengikuti meeting.
"Sudah, katakan apa mau kalian kemari!"
"Aku kesini untuk mengambil hak aku saja!" kata Riko berjalan mengitari seluruh ruangan Anggara. ia duduk di sofa begitu juga dengan Bu Sekar, mereka begitu angkuh dan ingin menjadi orang kaya.
"Keluar dari ruangan saya dan ambil bagian yang kamu minta itu," Anggara melempar cek sebesar 1 miliar di depan Riko dan Bu Sekar, Riko mengambil cek tersebut membulatkan matanya mungkin ia kaget melihat nilai uang sebesar 1 Miliar.
"Kok cuma satu miliar," tanya Bu Sekar tak terima.
"Lalu berapa yang harus aku berikan pada kalian, 5 miliar atau 10 miliar. Asal kamu tahu, semua ini atas nama saya dan jika kamu tidak mau kembalikan cek itu," Ancam Anggara berjalan mengambil cek tersebut, dengan cepat Bu Sekar memasukkan cek pemberian tadi ke dalam tas.
"Terimakasih karena kamu telah menempati janji sebagai saudara tiri yang baik," kata Bu Sekar tersenyum mengejek ke arah Anggara. Padahal ia ingin sekali mendapatkan setengah dari pada harta Anggara tapi ia tahu, jika melawan untuk mendapatkan lebih bisa-bisa ia tidak mendapatkan apa-apa.
Selesai mendapatkan cek uang, Bu Sekar dan Riko keluar dari ruangan Anggara dengan pongah. Sementara Riko hanya diam sesekali melihat ke segala penjuru arah.
"Riko, kamu cari siapa kok dari tadi lihat kanan kiri Mulu," tanya Bu Sekar melihat ke arah Riko.
"Bukan apa-apa, Bu. Ayo pulang?" kata Riko menarik tangan Bu Sekar lalu berjalan keluar dari kantor Anggara.
Matahari sangat terik, kegiatan tetap dilaksanakan meskipun dalam cuaca panas. Jam makan siang kantor tiba, Aku berjalan ke dapur pantry untuk mengajak mas Rahman makan siang bersama. Aku tidak enak hati jika makan bersama orang lain sedangkan ada mas Rahman.
"Mau cari siapa, Bu?" tanya seseorang perempuan yang juga bekerja sebagai office boy.
"Saya mencari pak Rahman, apa beliau ada disini," tanyaku mencoba melihat mas Rahman.
"Itu pak Rahman, Bu!" seseorang menunjukkan mas Rahman yang baru saja dari belakang mungkin baru saja ke kamar mandi.
"Ada apa, Ra?" tanya mas Rahman.
"Aku mau mengajak mas makan siang?" kata ku.
Mas Rahman hanya diam, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya dan ia menatap ke arahku dengan bingung.
"Apa kamu tidak malu jika orang lihat kamu makan siang bersama office boy," tanya mas Rahman yang senyuman manis di wajahnya, ia benar-benar berubah. Tidak ada lagi kesombongan pada dirinya.
"Kenapa harus malu, kamu itu suamiku Mas,"
Aku menarik tangannya untuk berjalan, jangan pernah malu ketika suami hanya bekerja sebagai office boy atau kerja yang rendah, yang terpenting ia bertanggung jawab atas mu dan anak-anakmu.
Mungkin sikap mas Rahman yang dulu adalah sebuah kekhilafan dan kini ia bertanggung jawab pada istri dan anaknya, ibu mertuaku tak pernah lagi datang setelah mas Rahman tempo hari mengantarkannya pulang ke rumah. Entah apa yang di katakan oleh mas Rahman, aku pun tidak tahu.
Sampai di kantin kantor, kami duduk di meja kosong di tengah-tengah. Mas Rahman berjalan memesan makanan untukku dan dia lalu kembali lagi untuk duduk.
"Rahman, ngapain kamu duduk dengan Bu Ratih satu meja dengannya. Kamu tahu Bu Ratih itu jabatannya tinggi jadi tidak pantas makan sama office boy seperti kamu,"
Hardik pak Andi seorang kepala HRD di kantor ini, Aku melihat tangan mas Rahman mengepal erat menahan amarah. Mungkin ia merasa malu karena di ejek oleh pak Andi, semua karyawan tertawa melihat ke arah kami.
"Begini kah pak Andi memperlakukan bawahan, apa bapak pikir tentang seorang office boy. Apa dia tidak berhak makan disini, apa hanya kalian yang boleh. Apa masalah jika pak Rahman makan siang dengan saya, apa urusan dengan pak Andi," kataku menahan amarah yang sudah membuncah. Aku tidak bisa diam di saat suamiku di hina, apalagi harus di permalukan di depan umum.
"Bu Ratih, dia hanya seorang office boy yang baru bekerja disini. Sementara, saya sudah lama mengangumi Bu Ratih. setiap kali saya mengajak Bu Ratih untuk makan siang tapi selalu ibu tolak lalu kenapa dengan lelaki office boy ini ibu mau,"
Pak Andi terus mengejek suamiku, aku tidak bisa lagi menahan amarah ini. Ku tatap wajah mas Rahman yang menunduk, apa dia merasa malu.
"Jaga sikap bapak, bapak tahu di samping saya ini adalah suami saya. Saya bangga pada suami saya walaupun dia hanya bekerja sebagai office boy dia tidak punya sikap seperti bapak yang tidak punya wibawa walaupun bapak pendidikan tinggi," kata ku mengeraskan suara agar mereka tidak lagi menertawakan orang lain.
"Hahaha, lihatlah semua. Suami Bu Ratih hanya sebagai office boy disini, kalah dengan Bu Ratih yang memiliki jabatan tinggi.
Bugh... Bugh...
"Mas Rahman...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Anggur Kolesom
trus masalah rahman kemaren gimana..? kok ratih kaya lupa ma perlakuan rahman dulu, katanya mo balas dendam bahkan rahman dan ibunya di usir trus tiba tiba rahman dateng lagi tidur bareng lagi.dan sekarang ratih malah membela rahman
2022-12-05
1
Weprina Rorah
like new
2022-07-17
0
Weprina Rorah
like
2022-07-16
0