Brukk...
"Maaf, saya tidak sengaja!"
"Kamu,"
"Hai, kita ketemu lagi! Bagaimana apa tidur mu nyenyak semalam atau kamu sudah bisa bernapas lega," kata Riko.
Ya, Dia adalah Riko. Entahlah mengapa ia selalu menganggu ku padahal aku tidak ada hubungan lagi dengan masalahnya, apalagi Anggara sudah membawanya bertemu dengan pak Sanjaya langsung.
"Maaf, saya tidak punya lagi urusan dengan mu," kata ku berjalan melewatinya, aku tidak ingin ia terus menganggu ku.
"Tunggu, aku belum selesai berbicara," kata Riko tersenyum menyeringai lalu berjalan ke arah ku dengan mata tajam, aku jadi takut kalau ia akan melakukan hal yang tidak-tidak tapi ini supermarket, tidak mungkin ia bisa melakukan yang kejam.
"Apalagi...!"
"Terimakasih karena kamu, aku bisa bertemu dengan lelaki brengsek itu tapi sayang aku hanya mendapatkan 10% dari harta Anggara," kata Riko.
Aku hanya diam, bingung apa yang dikatakannya. Semalam aku lebih memilih untuk pulang ke rumah karena aku tidak ingin mencampuri masalah mereka karena aku sudah cukup masalah dengan Mas Rahman.
"Bukan urusan ku," kata ku pergi ke kasir untuk membayar total belanjaan aku dan setelah itu aku langsung pergi karena tidak ingin ia terus menganggu ku.
"Pak, kita pulang sekarang?" Kata ku.
Aku meletakkan Rania di samping ku, aku memijit pelipis yang sedikit nyeri bahkan aku tidak habis pikir untuk apalagi dia mencari ku.
Dua jam perjalanan, akhirnya aku sampai di depan rumah dan melihat seseorang laki-laki berada di depan rumah. Apa mungkin itu mas Rahman.
"Maaf, mas siapa ya?" tanya ku pada lelaki yang membelakangi ku.
"Maaf, benar ini rumah yang bernama Ratih!" tanya lelaki jangkung sepertinya ia adalah kurir.
Aku hanya mengangguk sambil memangku Riana yang sudah tidur dalam gendongan ku mungkin lelah karena seharian harus berada di luar.
"Ada kiriman bunga untuk Mbak," kurir tersebut memberikan bunga untukku dan terselip surat di dalamnya, aku langsung membaca karena penasaran.
[ Untuk orang yang tersayang dari R ]
Siapa yang mengirim bunga, R siapa dia. Kenapa banyak teka teki, apa R itu tandanya Bungan ini dari mas Rahman. Aku bingung memikirkan semua ini, aku berjalan ke depan pintu sedangkan kurir tadi sudah pergi setelah aku menerima kiriman tersebut.
"Bagaimana, apa kamu suka?" Seseorang menegurku dari belakang, aku menoleh ke belakang ternyata mas Rahman. Dugaan ku benar ternyata bunga itu dari mas Rahman.
"Ngapain kamu kemari, Mas?" tanya ku berjalan masuk ke dalam lalu meletakkan putriku tidur di atas tempat tidur lalu kembali keluar menemui mas Rahman.
"Aku hanya ingin melihat Rania, aku menyesal atas apa yang sudah terjadi sama putri kita dan aku juga sudah menyesal karena selama ini sudah menelantarkan kamu," kata Mas Rahman.
Menyesal, apa aku tidak salah dengar. kepentok dengan apa dia sehingga bisa meminta maaf atau semua hanya pura-pura. Sebaiknya aku harus berhati-hati dengan mas Rahman.
"Kamu tidak perlu merasa menyesal, toh sebentar lagi hubungan kita juga akan berakhir," kata ku menatap halaman rumah yang banyak di tanami bunga mawar yang indah.
"Maksud kamu apa?" tanya Mas Rahman.
Apa aku memberitahu padanya kalau aku sudah menggugat cerai dirinya di pengadilan atau tunggu surat itu keluar lalu memberikan padanya. Ah, sebaiknya aku kasih tahu setelah surat itu keluar saja.
"Suatu saat nanti kami juga akan tahu, Mas. Oh, ya, sudah, aku mau masuk kamu boleh pergi dari rumah ku," kata ku mengusirnya.
"Aku akan tinggal bersama mu lagi dan aku juga akan bekerja besok, jadi tidak ada alasan kamu untuk mengusir ku dari sini karena aku masih suamimu," ujar mas Rahman masuk ke dalam rumah, aku menggerutu kesal karena ia harus kembali ke ruang ini.
Aku berjalan masuk ke dalam dan memasukkan belanja tadi ke dalam kulkas, selebihnya aku akan masak untuk makan siang kami tapi aku curiga dengan sikap mas Rahman atau jangan-jangan ia punya maksud datang kesini.
Ahh, karena tidak ingin memikirkan yang tidak-tidak, aku kembali masak untuk makan siang kami. Siang ini aku hanya memasak sayur bening dan ikan goreng.
30 menit berkutat di dapur akhirnya selesai juga, aku menata di atas meja makan dan berjalan ke kamar untuk mandi, suara ketawa Rania terdengar nyaring membuat langkah kaki terhenti lalu kembali berjalan ke depan TV ternyata benar mas Rahman sedang bermain dengan Rania.
Aku terkejut melihat perubahan pada diri mas Rahman, benarkah ia menyesal atas perbuatannya.
"Mas Rahman tumben kamu mau mengendong Rania bukan kamu selama ini,"
"Aku hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk Rania dan aku juga ingin menjadi suami yang baik untuk kamu," ucap mas Rahman.
Aku menatap tajam ke arah mas Rahman, mencari kebohongan dirinya disana tapi tidak aku temukan sama sekali, apa ia sudah berubah sehingga ia menjadi lelaki yang baik. jika ia benar menyesali perbuatannya selama ini, aku sangat bersyukur ternyata mas Rahman sudah berubah walaupun aku tetap akan menggugat cerai dirinya di pengadilan.
"Kamu berubah untuk apa, Mas?" tanya ku.
"Maksud kamu apa, Ratih," tanya mas Rahman.
"Aku heran sama kamu tiba-tiba berubah dan mau bermain sama Rania padahal dulu kamu tidak mau bermain sama Rania," kata ku menatap lelaki di depan ku saat ini.
Hening tidak ada jawaban yang keluar dari mulut mas Rahman, ia hanya menatap ku sendu dan melihat tubuhnya begitu lesu, wajah pucat terlihat di wajahnya. Apa ia sakit sehingga kembali untuk tinggal disini, agar aku bisa mengurusinya.
"Tidak, aku benar-benar ingin berubah. Waktu ku bersama mu sudah terlalu banyak terbuang sekarang aku hanya ingin menebus kesalahan, apa aku salah?"
Mas Rahman menatap balik ke arahku, aku hanya diam. Sikapnya begini mengingatkan ku pada awal pertama kali menikah, ia begitu romantis dan membuat aku bahagia tapi semenjak mertua datang hubungan ku dengan mas Rahman menjadi renggang dan ia bersikap sangat pelit pada istrinya.
"Sebaiknya kita makan dulu, Mas,"
Aku mengajak mas Rahman makan bersama, sudah lama aku tidak makan bersamanya setelah ia ku usir dari rumah ini dan ia sekarang kembali ke rumah ini.
"Besok Mas sudah bekerja lagi di kantor,"
Aku menghentikan kegiatanku lalu menatap ke arah lelaki yang duduk berhadapan denganku, ia makan dengan lahap.
"Memangnya kamu bekerja sebagai apa, Mas?" tanyaku sedikit penasaran pada mas Rahman. Hari ini, dia tidak pernah marah-marah sedikit pun karena lebih banyak diam.
"Mas hanya di terima sebagai office boy, cuma di situ lowongan di buka," kata Mas Rahman tanpa beban.
"Dimana..?" tanya aku.
"Di PT Sanjaya Abadi," kata mas Rahman.
"Apa...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
amalia gati subagio
ach cari penyakut lg nich ibu, lemot, baperan, dikut Kepo sih, narsistis ngundang musibah 💔👊💣😡👿
2022-07-22
0
amalia gati subagio
😡lapor polisi!!! jgn ke PD an!!! anak & kamu celaka nyesal gak bisa putar ulang!!! 👿
2022-07-22
0
Weprina Rorah
like
2022-07-16
0