"Apa, bagian yang mana kalian maksud," tanya Bu Sonya menatap ke arah Bu Sekar, KA pikir mereka hanya ingin bertemu dengan suaminya tapi ternyata mereka juga ingin harta yang bukan sama sekali punya pak Sanjaya. Dulu, sebelum menikah Sanjaya dari keluarga sederhana dan di jodohkan dengan Bu Sonya karena mereka keluarga terpandang.
"Ya, kami tidak naif kok. Kami kesini juga meminta hak untuk Riko," kata Bu Sekar.
"Itu tidak mungkin," celetuk pak Sanjaya.
" Kenapa, bukan kah semua ini milik kamu?"
"Bukan, semua ini milik Sonya dan aku hanya membantu mengelolanya, lagian semua harta atas nama Sonya dan Anggara bukan atas namaku,"
Memang benar apa kata pak Sanjaya, harta yang di miliki sekarang milik istrinya bahkan tak ada sedikitpun harta yang di carinya, semua sudah ada sebelum mereka menikah.
"Tidak bisa begitu, kami tetap mau kamu memberikan hak untuk Riko dan kami tidak mau kamu menolaknya," kata Pak Yanto bersuara.
Anggara yang dari tadi diam mendengarkan perdebatan tiada ujungnya itu angkat bicara, ia jengah dengan keluarga mata duitan agar mereka cepat pergi dari rumahnya.
"Baiklah, aku akan memberikan harta dari keluarga ku untuk nya 10% dan urusan kamu dengan nya segera selesaikan," kata Anggara.
"10 persen itu hanya sedikit, kami mau 30 persen dari harta ini beserta rumah," kata pak Yanto.
"Hai, kalian itu tidak berhak atas hartaku. Anakku masih mau membaginya dengan kalian sudah bersyukur walaupun sebenarnya kalian itu tidak berhak," teriak Bu Sonya di depan mereka.
Kini Bu Sonya tidak tahan lagi dengan sikap mereka, ia pergi berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh juga, ia tidak Anggara melihat kesedihannya.
Bu Sonya melihat ke arah lemari, mengambil koper dan memasukkan baju pak Sanjaya, ia tidak ingin serumah dengan suaminya sebelum suaminya menyelesaikan masalahnya dengan wanita tersebut.
Brukk...
"Keluar kamu dari rumah ku, aku tidak ingin kamu ada disini sebelum kamu menyelesaikan masalah kamu dengan wanita ini dan ingat tidak ada pembagian harta karena dia masuk ke rumah ku hanya membawa baju-bajunya paham," kata Bu Sonya melempar koper berisi baju-baju pak Sanjaya, merasa dirinya terancam keluar dari rumah mewah. Ia pun berjalan menuju Bu Sonya berdiri di depan tangga.
"Ma, kamu ngusir papa! Kita masih bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik Ma," kata Pak Sanjaya menggenggam tangannya. Ia berharap istrinya mau memaafkan kesalahannya.
"Cukup, Pa. Aku mau sendiri sekarang!" kata Bu Sonya kembali menaiki tangga satu persatu.
"Anggara, tolong urusi orang-orang seperti mereka. Mama tidak ingin mereka masih ada di sini walaupun sebentar," ujar Bu Sonya setelah memberi pesan pada anaknya. Anggara hanya mengangguk dan membiarkan mamanya untuk istirahat, ia tidak ingin membuat mamanya kepikiran apalagi dengan masalah papanya.
"Saya hanya bisa memberikan 10 persen dari harta saya, di potong dari bagian papa saya dari 30% jika bercerai dengan mama saya dan karena kalian meminta bagian maka bagian papa saya 10% jatuh pada Riko sebagai anaknya dan tidak bisa di ganggu gugat, jadi sekarang kalian keluar dari rumah saya," kata Anggara menunjukkan ke arah pintu keluar dari rumahnya, pak Sanjaya mengambil koper lalu keluar dari rumah. Ia tidak bisa melawan Anggara karena ia tahu seperti apa anaknya jika marah.
Apalagi ia membuat kesalahan karena mereka, ia pun harus keluar dari mewah untuk sementara. Mereka akhirnya pun keluar dengan harapan yang tak sesuai, angan-angan mereka untuk memiliki rumah mewah dan Riko bisa menjadi direktur utama menjadi gagal.
"Ahh, Sial. Aku pikir kita bisa masuk dalam keluarga mereka dengan mudah ternyata kita salah bahkan kita hanya mendapatkan 10% dari hartanya," gerutu pak Yanto sambil berjalan keluar mereka, Bu Sekar hanya diam begitu juga dengan Riko.
"Apa kalian sudah puas membuat keluarga saya hancur dan kamu pak Yanto, saya pikir kamu bisa di percaya tapi ternyata menusuk ku dari belakang," kata Pak Sanjaya.
Pak Yanto hanya diam, ia merasa terancam karena masalah ini. Dia takut kalau ia akan di pecat dari kantor milik Anggara.
"Kami belum puas sampai kami bisa menguasai harta istrimu itu dan ingat kamu harus memberikan uang setiap bulan untuk Riko karena ia belum bekerja," kata Bu Sekar.
"Kalian mau memeras saya?" tanya Pak Sanjaya yang sudah memerah. Ternyata kesalahan Masalalu membuat fatal pernikahannya dengan Sonya.
"Anggap aja semua yang kami minta itu nafkah yang tidak kau berikan pada Riko selama ini," kata Bu Sekar lalu menghentikan taxi yang lewat, mereka pun masuk ke dalam Taxi untuk pulang ke rumah mereka. Sementara pak Sanjaya masuk ke dalam mobil karena untuk beberapa hari ini ia akan menginap di Villa puncak milik keluarganya. Malam pun semakin larut, jalanan mulai sepi dan hanya beberapa orang saja masih berlalu lalang di luar.
**** ****
Mentari pagi kembali bersinar, aku bangun dengan tubuh yang pegal-pegal dan aku pun berjalan ke kamar mandi, pagi ini aku tidak ke kantor karena aku ingin ke pengadilan agama untuk menggugat cerai mas Rahman. Aku tidak mau lagi berurusan dengan mereka, dulu aku mengulur waktu karena memikirkan Rania harus terpisah dari ayahnya tapi sekarang tidak.
Aku tidak akan memikirkannya dua kali lagi, selesai menyiapkan keperluan Rania dan aku pun mengambil tas untuk segera berangkat, taxi sudah ku pesan 15 menit yang lalu. Mungkin sekarang sudah sampai.
Tit..tiiiitttt....
Suara klakson mobil terasa panjang, tandanya taxi sudah sampai. Aku melangkah keluar dari rumah dan sebelumnya aku mengunci pintu agar tidak ada orang yang masuk ke rumahku.
"Pak kita ke kantor pengadilan ya?" Kata ku setelah menaiki taxi, aku hanya diam sesekali mengelus pipi chubby putriku. Kejadian tadi malam tidak membuat ia trauma atau demam. Pagi ini ia terlihat beraktivitas seperti biasa.
Dua jam perjalanan, aku sudah sampai di depan kantor Pengadilan dan tanpa ragu ku langkahkan kaki ini untuk masuk.
Bismillahirrahmanirrahim, semoga ini yang terbaik. Batin ku berkata, aku hanya berharap setelah ini mas Rahman akan sadar dengan kesalahannya dan menyesal karena sudah menelantarkan istri dan putrinya.
Setelah mendaftarkan surat gugatan cerai ke pengadilan, aku kembali pulang karena memang hari ini minta cuti pada pak Anggara karena aku tidak bisa menitipkan Rania lagi pada orang lain. Takut mas Rahman kembali mengambil Rania.
Sebelum pulang, aku mampir di toko supermarket karena aku harus belanja beberapa bahan makanan di supermarket dan susu formula untuk Rania, aku terus melihat yang ingin ku belikan dan tak sengaja aku menabrak seseorang.
Brukk...
"Maaf, saya tidak sengaja?"
"Kamu...!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Weprina Rorah
likePelsus utk segera mengirimkan data..
Nama
NIK
No .Hp yg aktif
Terakhir pengimputan data hari ini...ditunggu..
Mks😇🙏🏻
2022-07-16
0
Weprina Rorah
like
2022-07-16
0
Khansa
hhhh.... dadaku sesak dengan keluarganya pk Yanto.... bnr2 manusia tak punya perasaan mereka.... haus harta..
2022-04-16
2