"Pak Anggara lihat itu," aku melihat pak Yanto berjalan keluar dari jalan raya dengan mengendong seorang anak-anak. Sekilas ku perhatikan anak yang di gendongan pak Yanto.
Allahu Akbar, dia adalah putriku Rania. kemana pak Yanto ingin membawa, aku harus turun dan mengikuti pak Yanto.
"Mau kemana?" tanya Anggara.
"Aku mau susul Pak Yanto, itu Putriku," tunjukkan anak kecil dalam gendongan pak Yanto yang memanggil, aku turun dari mobil lalu berjalan mengikuti pak Yanto yang tidak jauh dari ku hanya berjarak 2 kilo meter.
"Aku juga ikut,"
"Bapak ikut di belakang saya saja, nanti bapak akan tahu siapa mereka," kata ku. aku tidak mungkin memberitahu pada Anggara karena tidak cukup waktu sedangkan pak Yanto sudah sedikit jauh dariku.
Sampai di tempat di sebuah rumah kosong yang tidak jauh tempat tinggal pak Yanto dan Riko, aku melihat pak Yanto masuk ke dalam rumah tersebut. Sementara aku masih berdiri tidak jauh dari rumah tersebut, aku mencoba untuk masuk sendirian karena aku mendengar tangisan Rania.
"Jangan sakiti anakku...!! teriakku tat kala melihat Rania menangis, ku lihat ia menangis hatiku merasa miris.
"Ternyata kamu sudah datang," Seseorang berjalan ke arah ku, ternyata dugaan ku benar. Mereka orang yang sudah mengirimkan ku pesan misterius itu.
"Kenapa kalian menculik anakku?" tanya ku menatap ke arah pak Yanto dan Riko, tak lupa ibu Riko juga hadir disini. Apa semua ini sudah direncanakan, atau tadi ibu Riko pura-pura lumpuh.
Aku menghela napas, berharap pak Anggara berada di dekat sini. Aku hanya bisa berharap ada orang yang menolong ku.
"karena kamu terlalu banyak mencampuri urusan kami dan saya juga tahu kalau kamu mendengar pembicaraan aku dengan ibuku," kata Riko berjalan ke arahku, aku berjalan ke belakang. mencari apa saja yang bisa ku gunakan untuk melindungi ku, ku lihat balok tergeletak begitu saja tak jauh dari ku tapi bagaimana aku mengambilnya.
"Saya tidak tahu apa-apa,"
"Sudah, tidak usah berbohong! aku tahu kamu sudah mendengar semuanya," kata Riko menatap ke arahku dengan nyalang.
"Oke, aku memang sudah tahu pembicaraan kalian lalu apa hubungan kalian dengan keluarga pak Sanjaya. kenapa kalian ingin menyakiti mereka,"
"Kamu mau tahu siapa kami baiklah, aku akan menceritakan padamu dan dengar baik-baik," kata Riko berjalan menatap ke arahku. Sementara anakku masih dipangku oleh wanita itu, aku hanya diam sementara pak Yanto berdiri di depan pintu.
"Kamu tahu siapa wanita yang ada disana, dia adalah ibuku. wanita yang di tinggal oleh ayahku dan kamu tahu siapa lelaki brengsek itu adalah pak Sanjaya," Teriak Riko tepat di depanku.
Krekk.... krekk
Suara seseorang menginjak kayu di luar, pak Yanto langsung keluar begitu juga dengan Riko. Dalam situasi ini, aku mengambil Rania dalam pangkuan wanita dan mencoba berlari, mungkin saja itu adalah Anggara tapi kenapa dia harus bersembunyi.
"Hai, mau kemana kamu?" ibunya Riko menarik tanganku dan mencoba mengambil Rania kembali. Aku mencoba untuk menghalanginya agar kami bisa pergi dari sini, dimana Anggara dan kenapa dia tidak ada disini.
"Kamu tidak akan bisa kemana-mana! Riko bawa dia dari sini?"
Pak Yanto memerintahkan Riko untuk membawaku dari rumah ini tapi aku berusaha untuk melepaskan diri, Kemana Anggara. Apa dia pulang membiarkan aku sendirian disini?
Ya Tuhan, bantu lah hamba untuk keluar dari rumah ini. Riko menarik tangan ku lewat belakang sedangkan Anakku sudah di ambil lagi oleh ibu Riko. Kemana ini, Sepertinya di dalam semak-semak. Aku mencoba mencari ponsel di dalam saku bajuku, ternyata ada. Nanti aku mencoba untuk menghubungi Anggara.
"Lepaskan aku Riko, aku tidak ada dengan masalah kamu." kata ku berteriak.
"Aku tidak peduli, kamu sudah terlalu jauh mengetahui tentang rahasia kami dan kamu juga yang memberitahukan pada Anggara tentang penggelapan uang itu bukan," kata Riko mendorong aku untuk masuk dalam sebuah gudang yang tidak terpakai lagi, dimana ini. kenapa disini tidak ada orang.
"Karena yang kalian lakukan itu salah," kata Ku.
"Aku tidak salah, aku hanya ingin mengambil hak aku selama ini. 20 tahun aku harus hidup menderita tanpa di biayai oleh lelaki brengsek itu bukan, lalu apa salah ku jika mengambil punya mereka," kata Riko dengan mata tajam.
"Lepaskan aku, aku janji akan mempertemukan kamu dengan pak Sanjaya a dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini," kata ku bernegosiasi dengan Riko.
Benarkan jika ia bertemu dengan pak Sanjaya, ia pasti akan mendapatkan hak yang sama dengan Anggara tanpa harus menculik anakku seperti ini.
"Aku sudah menemuinya dan kamu tahu apa yang dia katakan, ia tidak mengakui aku sebagai anaknya," teriak Riko memukul dinding dengan tangannya.
Bruk....
Pak Yanto tergeletak begitu saja di depan kami, aku melihat siapa yang datang dan ternyata itu adalah Anggara, Apa dia mengikuti ku dari tadi.
Riko berjalan dan ingin menghajar Anggara tapi bogem mentah duluan melayang di pipi Riko sehingga dia terdorong ke belakang. Pak Anggara menghajar ia membabi buta, tak peduli ia keponakan Pak Yanto.
"Berhenti....!! berhenti Riko," Teriak Bu Sekar menghentikan putranya. Sementara aku berjalan dan mengambil Rania dalam gendongan Bu Sekar, wajah mereka berdua terlihat lebam dan memar begitu juga dengan Anggara.
Anggara diam, amarahnya masih terlihat menggebu-gebu begitu juga dengan Riko. Sementara pak Yanto masih terkapar lemah di atas lantai akibat pukulan Anggara.
"Apa kalian buta menculik anak sekecil itu dan aku tidak menyangka kamu akan melakukan kejahatan seperti ini," kata Pak Anggara.
Apa-apaan pak Anggara, apa dia belum tahu tentang mereka semua atau hanya pura-pura tidak tahu. Aku menatap wajah pak Anggara, mencari kebohongan di sana tapi tidak dia memang tidak tahu kalau di depannya adalah saudaranya sendiri.
"Semua ini karena kamu, hidup aku dan ibu hancur semua ini karena kamu dan keluarga kamu itu," Riko berteriak menunjuk ke Anggara.
Anggara hanya diam, Bahkan ia mengepalkan tangan untuk menahan amarahnya. Aku berjalan mendekat ke arah Anggara lalu membisikkan padanya kalau di depannya adalah istri papanya.
"Itu tidak mungkin, Ratih. Papa tidak mungkin mengkhianati Mamaku," Anggara menatap aku lalu pandangannya mengarah pada ibu Sekar dan Riko.
"Apa buktinya kalau anda adalah istri papaku atau kau seorang pelakor dulu sehingga papa tergila-gila padamu," kata Anggara dengan mata memerah.
Plak
Tamparan kembali mendarat di pipi Anggara dengan keras, aku bisa merasakan perih di pipinya belum lagi wajahnya yang memar.
"Kamu mau tahu siapa aku, baiklah. perlihatkan foto ini sama papa kamu dan aku ingin mendengar kejujuran Sanjaya selama 15 tahun ia tidak pernah menemui aku ataupun sekedar untuk menjenguk kami.
"Apa, 15 tahun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Weprina Rorah
like ini
2022-07-16
0
ima21
emang umaurnya anggara berapa thor🤔🤔? kok mamanya nikah udah 20 tahun
2022-05-11
3
Devinta ApriL
pak sanjaya buay*a kali ya..hihii
2022-04-27
1