" Kamu...."
" Ratih, ngapain kamu disini?" Tanya seseorang yang sangat ku kenal. Bahkan, aku pernah jatuh cinta dengan lelaki yang sekarang berada tepat di depanku.
" Seharusnya, aku yang nanya ? Kenapa kamu ada di disini."
Ya, lelaki itu bernama Anggara , yang memenuhi relung hati ini tapi dulu. Setelah dia meneruskan kuliahnya di luar negri. Kami putus dan hari ini , aku di pertemukan dengannya kembali.
Eh, jangan-jangan ini kantornya lagi. Bukannya, ini pemilik perusahaan pak Sanjaya ." Gumam ku dalam hati , sambil mengingat-ingat siapa pemilik perusahaan ini sekarang.
Aku ingat betul , perusahaan ini milik pak Sanjaya tapi kenapa Anggara ada disini.
" Ini kantor papa, ku. Beliau tidak lagi mengurus kantor 2 tahun yang lalu. Semenjak itu, aku yang menggantikan papa ." Ujar Anggara, aku masih berdiri dengan kaki yang pegal. Bukannya, disuruh duduk dulu tapi malah di ajak bicara. Masak perempuan cantik begini di suruh berdiri. Puji diri sendiri.
" Jadi, pak Sanjaya itu papa kamu." Kata ku, Anggara hanya mengangguk . Sekali-kali , menatap ku bikin risih saja.
" Oh ya , duduk dulu. Aku jadi lupa nyuruh kamu duduk saking terkejutnya aku kita bisa bertemu kembali ." Ujar Anggara, menyuruh Ratih duduk di sofa yang ada dalam ruangannya.
Ratih duduk di sofa dengan kaki yang sudah pegal, ia letakkan tas selempang nya di samping .sedangkan, Anggara duduk berhadapan dengan nya.
" Kenapa, kamu bekerja lagi !" Tanya Anggara.
Duh, aku cerita gak ya. Kalau aku cerita kenapa aku berkerja itu sama saja aku membuka aib rumah tangga ku sendiri. Ahh , biarlah.
" Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan ku dan juga anakku." Ucapku, rasa sakit yang sudah tertoreh menganga kembali disaat mengingat bagaimana sikap mas Rahman yang pelitnya nggak ketulungan.
" Suamimu kan bekerja ,Tih? Kenapa, kamu ikut bekerja juga." Tanya Anggara penasaran.
" Aku tak di nafkahi dengan layak dan semua ini, ku lakukan semata untuk putriku." Ucap ku, menoleh ke samping lalu menghembuskan napas dengan kasar.
" Ya sudah, kamu besok sudah boleh bekerja disini ? Kamu saya tempatkan di tempat kamu dulu. Di bagian keuangan dan untuk hari ini, kamu boleh cepat." Kata Anggara.
Rasanya sangat bahagia dan bersyukur . akhirnya, aku di terima lagi dan bahagia akhirnya aku bisa bertemu dengan masa lalu ku alias mantan.hehe, sedikit tidaknya, perasaan ini masih ada sampai sekarang.
" Makasih ya pak. Bapak sudah menerima saya kembali di kantor ini, kali gitu saya ijin pulang pak." Ucap ku, sengaja ku panggil pak karena tidak baik memanggil nama karena kami atasan dan bawahan.
Lalu, aku keluar dari ruangan itu. Ku lihat Sinta sedang mengerjakan sesuatu di kubikelnya.
" Gimana, di terima gak," tanya Sinta antusias. Aku hanya tersenyum dan mengangguk bahwa aku di terima bekerja disini.
"Alhamdulillah, aku seneng dengernya kita bisa kerja bareng seperti dulu lagi," ujar Sinta memeluk ku, aku hanya tersenyum.
Hari keberuntungan akan di mulai, sebelum pulang aku akan belanja beberapa pakaian untuk ke kantor dan juga pashmina.
Aku pergi ke mall untuk berbelanja keperluan ku ke kantor. Aku harus menjaga penampilan ku agar aku tidak malu jika kekantor. Setelah membeli beberapa pakaian, aku pulang menjemput putri ku yang ku titipkan pada Tini.
*** **** *****
Matahari sangat terik, akhirnya aku sampai kerumah . Aku turun dari taxi setelah membayarnya, ku gendong putri kecilku yang sedikit rewel mungkin haus karena belum ku beri ASI.
Aku melihat ibu sedang bersantai di depan tv . sementara, aku langsung menuju kamar untuk menyusui putriku. Selesai menyusui rania, aku mengantikan pakaian dengan daster yang sudah beberapa kali di jahit .
Mas Rahman tak pernah membelikan aku baju.semenjak menikah, ia hanya membeli baju di waktu lebaran setelah itu dia tidak berinisiatif membeli nya mungkin takut uangnya akan habis.
Tiba-tiba, ku dengar suara motor mas Rahman di luar. Ku lihat jam pukul 12 siang , pantesan suami pelit ku sudah pulang. Rupa-rupanya , waktu ia makan siang sudah tiba. Aku keluar dari kamar, ku lihat mas Rahman masuk kerumah dengan wajah yang di tekuk.
Tak biasa-biasa nya ,ia begini pasti terjadi sesuatu dengan nya kalau tidak mana mungkin wajah kusut gitu kayak benang kusut.
" Kamu kenapa ,mas ? Kok kusut gitu." Tanya ku.
" Bukannya suami pulang di kasih minum, ini malah banyak tanya. Sana, ambil minum untuk mas." Bentak mas Rahman padaku, aku yang biasa mendengar bentakan nya tidak takut lagi, bahkan aku jadikan nyanyian merdu setiap hari.
' iya, tunggu sebentar ,mas." Ujar ku berlalu ke dapur mengambil air minum untuknya. Setelah mengambil minuman, aku kembali ke depan untuk memberi minuman pada mas Rahman.
" Kamu kenapa , muka di tekuk gitu ,man." Ku dengar ibu bertanya pada mas Rahman.aku masih berjalan di mana bg Rahman duduk lalu memberikan pada mas Rahman.ia habiskan minuman tadi dengan tandas mungkin haus.
" Aku di PHK, Bu ." Ujar mas Rahman.
Ibu yang mendengar anaknya di PHK melonjak kaget, hampir mata itu melotot keluar. Mungkin syok, ATM berjalan ibu tidak menghasilkan uang lagi.
" Kok bisa kamu di PHK, selama kamu konsisten dengan pekerjaan kamu." Ujar ibu dengan tegap. Aku yang masih berdiri langsung duduk, penasaran apa yang akan di katakan sama mas Rahman lagi.
" Perusahaan tempat ku bekerja , hampir gulung tikar Bu dan aku salah satu di antara mereka yang di PHK." Ujar mas Rahman. Ibu hanya melongo mungkin bingung kalau mas Rahman tak bekerja lagi siapa yang memberikan uang.
🌷🌷🌷
" Kalau kami berhenti bekerja, siapa yang akan membiayai kita makan dan uang untuk ibu, siapa yang memberikan." Ujar mertuaku, matanya melirik sana sini mungkin bengong tidak ada lagi ATM berjalan.
Aku yang duduk dan diam memperhatikan mereka berdua.
" Makanya , jangan pelit sama anak dan istri. Itu akibat kamu pelit sama anak istri, masak istri di kasih jatah 20 ribu sehari." Cibir ku mendelik kearah ibu dan mas rahman.kemudian , aku berlalu meninggalkan mereka.
Mas Rahman menyugar rambut nya dengan kasar, dapat ku lihat ia seperti stress mungkin bingung setelah ini dari mana ia mendapatkan uang untuk di berikan pada ibunya.
Biarlah, itu sebuah karma untuk suami yang pelit pada istrinya tak ketulungan, kalau sama ibunya royal tak ketulungan membuat ku geram. Tapi, baguslah kalau mas Rahman tak bekerja lagi setidaknya aku akan memberikan pelajaran padanya.
**** **** *****
Sebulan sudah aku bekerja di kantor Anggara dan hari ini aku pertama menerima gaji. Sementara mas Rahman semenjak berhenti bekerja, dia tak mau bekerja bahkan untuk kebutuhan dapur dia tak perduli lagi.
" Dek, mas minta uang dong buat beli rokok." Pinta mas Rahman menadahkan tangan padaku.
Aku membuka dompet dan melihat uang 20 ribu ada di dompetku, aku tersenyum getir untuk mengerjainya sedikit agar ia merasakan seperti yang aku rasakan.
" Ini mas uangnya." Aku memberikan uang padanya.
" Ratih kamu jangan menghina mas, ya ? Mentang-mentang kamu kerja ,kamu memberi mas uang 20 ribu, dapat apa ?" Ucap mas Rahman , menggebu dengan amarah yang sudah memuncak.
" Dapat permen lah, mas ! Bukannya dulu kamu berikan aku uang segitu . bagaimana, sakit kan di kasih uang 20 ribu, itulah yang aku rasakan dulu." Ucapku menatap manik matanya dengan tajam, bahkan aku sudah muak dengan sikapnya yang ongkang-ongkang kaki di ruang dan bermain perempuan.
Ku dengar dari tetangga, kalau mas Rahman sekarang bermain perempuan tapi aku tak percaya karena aku tak melihat dengan nyata. Takutnya, hanya fitnah angin lalu.
" Ya sudah lah mas, aku mau berangkat kerja." Ucapku berlalu keluar kamar.
Di depan pintu, ku lihat ibu mulai mondar mandir seperti orang kebingungan. Aku yang melihatnya saja pusing.
" Ada apa sih, Bu. Kok mondar mandir gitu." Ujar ku membuat mertua ku kaget. Mungkin dia tidak tahu kalau aku sudah ada di belakangnya.
" Ehh Ratih, itu ibu..eemm...ibu mau minta uang. Semenjak Rahman tak bekerja lagi, ia tidak memberikan ibu uang lagi. " Ujar ibu.
Dasar mertua mata duitan, kalau masalah uang saja beliau baik padaku. Dulu saja, ia sekongkol dengan mas Rahman tak memberi ku uang.
" Ini uangnya ,Bu." Ucapku memberikannya uang 200 ribu, mata nya mendelik melihat uang ku berikan. Mungkin, marah karena hanya segitu yang ku berikan.
" Kenapa, gak mau sini kalau ibu gak mau.' tanya ku memasukkan kembali uang dalam dompet ku.sana minta sama anak ibu, selama ini kan ia lebih banyak memberikan uang pada ibu dari pada istrinya sendiri.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Siti Uhanita
balasan suami celaka mertua setan
2024-01-19
0
Firtrian Delli
dasar mertua tak tau diri kasih racun biar cepat mati suaminya bisr jd babu d rmh
2022-05-28
0
Sukarmi Iskandar
masih mending di kasih juga
2022-05-13
0