Semua dewan guru dan murid berhamburan berlari keluar. Mereka ingin tau ada keributan apa diluar sana. Suara riuhnya seperti pasar ikan.
Suara mereka seperti Cina kebakaran jenggot. Heboh, tak tentu arah.
Sesampainya disana semua murid dan Dewan guru melongo.
Mereka disana semua heran melihat bapak bapak berkumpul didepan gerbang sekolah mereka.
Bapak bapak itu semuanya membawa celurit beserta golok. Ada juga yang membawa gagang sapu lidi. Entah untuk apa pula gagang sapu lidi itu.
Diantara kawanan ramai, ada seorang bapak bapak menjerit memanggil nama Alisa. Alisa yang merasa dirinya dipanggil keluar dari kerumunan.
'' Alisa keluar kau..!! Jangan sembunyi! Tunjukkan wajahmu..!! Beraninya kamu main belakang! membuly anak saya hingga kamu memukulnya hah?! Keluar kau!!'' jeritnya.
Alisa yang mendengar nya mematung. Seingatnya, ia tak pernah memukuli dan juga membuly anak bapak itu. Siapa anak itu?
Alisa keluar dari kerumunan dan berdiri didepan karena merasa dirinya dipanggil oleh bapak bapak itu.
Ia berjalan dengan melamun. Hingga..
Dukkkk...
'' Aaaakkkhh...'' jerit Alisa sambil memegang pelipisnya yang berdarah.
'' Alisa!!!'' teriak Hani. Ia terkejut melihat pelipis Alisa mengeluarkan darah, hingga menetes keseragam putihnya.
Mereka disana terkejut melihat Alisa dengan pelipis mengeluarkan darah sangat banyak.
Alisa meringis menahan sakit. Matanya buram, pusing melanda dirinya. Mereka juga terbengong melihat keadaan Alisa. Mereka melamun seolah ini hanya mimpi.
Begitu juga dengan Hani. Ia bangkit dan melepas Alisa berharap ingin menanyakan siapa yang sudah berani melempar Alisa dengan batu. Hingga...
Brrrruuuaakkk.
'' Alisa!! ya Allah Lis... '' jerit Hani. Ia terkejut melihat Alisa sudah jatuh ketanah.
'' Astagfirullah! Alisa.. bangun nak.. ini siapa sih yang tega lempar batu seperti ini?? Nggak mikir apa ? anak orang ini.. gimana sih??'' Omel Bu Imar.
'' Ayo semua.. kita bawa Alisa keruang UKS. Hani ! bantu ibu mengangkat Alisa !!'' ucapnya seraya menyangkat Alisa.
Hendra yang mendengar jika Alisa terluka dan mengeluarkan darah, ia berlari dan mendekati Alisa yang tak sadarkan diri.
'' Astagfirullah !! Alisa!! ini kenapa Bu..?? kok bisa gini sih?? siapa coba yang beraninya berbuat seperti ini?? aduh.. banyak sekali darahnya?!'' ucapnya panik.
'' Udah Hendra! daripada kamu ngoceh tak menentu, lebih baik sekarang kamu bantu ibu untuk mengangkat Alisa keruang UKS! biar lukanya cepat diobati! Ayooo..''
'' I-iya Bu..'' jawab mereka.
Hendra langsung saja membopong Alisa ala bridal style. Hendra berjalan dengan buru-buru. Hampir saja terjatuh, jika tidak Hani memegang lengannya erat, Hendra menoleh dengan jantung berdebar.
'' Hati hati Ndra.. jangan sampai Alisa terluka dua kali..'' ucapnya menasehati.
'' I-iya.. Hani.. makasih..''
Hendra menghela nafasnya.
Setelah nya mereka membawa Alisa masuk keruang UKS. Sampai disana Alisa langsung ditangani, karena darah yang mengalir cukup banyak.
'' Ayo Lis.. sadar..'' gumam Hendra yang terdengar oleh Hani.
'' Alisa pasti sadar kok.. kita harus sabar! sebaiknya sekarang kamu harus kumpulkan ketua OSIS, juga dewan guru untuk membicarakan hal ini. Agar pelakunya cepat ditangkap!'' imbuhnya. Membuat Hendra mengangguk dan segera berlalu dari sana.
'' Oke! aku kesana sekarang.!''
Hendra bergerak cepat. Ia dengan segera mengumpulkan semua anggota OSIS serta dewan guru untuk mbicarakan tentang penyerangan terhadap Alisa.
Sementara itu, Alisa masih ditangani diruang UKS. Sampai saat ini ia belum sadarkan diri. Hani masih setia menunggu nya sampai Alisa siuman.
Para warga yang masih berkumpul didepan gerbang mengamuk. Mereka menuntut agar Alisa diserahkan ke mereka agar dihukum.
Mendengar itu, para siswa terkejut. Bagaimana mungkin Alisa ditahan, sedang Alisa saja baru saja terluka. Seharusnya itu mereka yang dituntut, karena sudah menyerang Alisa dalam lingkungan sekolah.
Bagaimana pun nantinya mereka mengelak, tetap tidak bisa. Karena mereka lah yang bersalah karena telah menyerang Alisa. Dengan cara melempar batu hingga Alisa terluka.
***
Rapat masih saja berlangsung. Dengan Hendra sebagai perwakilan dari Alisa.
'' Bagaimana ini Hendra! Apakah benar jika Alisa sudah melakukan kesalahan? Jika itu benar! maka kita harus menghukum Alisa dengan cara menskors nya!'' ucap ketua OSIS. Dan diangguki oleh para anggota serta dewan guru.
'' Bukan begitu Kak.. Alisa tidak bersalah! Mana mungkin Alisa tega membuly anak bapak itu! sedangkan Alisa saja tak tau yang mana anak bapak itu.'' jawabnya.
'' Benar juga kata mu Hendra. Tapi.. jika Alisa tidak melakukan hal seperti itu, mana mungkin bapak itu tega menuduh Alisa tanpa bukti! bener nggak??''
Mereka semua mengangguk.
'' Benar! sebaiknya kita tunggu Alisa sadar dulu! baru setelahnya, kita tanyakan padanya. Ada apa sebenarnya? Dan apakah benar jika Alisa melakukan hal semacam itu! Sebaiknya kita mengabari kedua orang tua nya-''
'' Jangan! jangan beritahu kepada orang tua Alisa! aku takut orang tuanya akan terpukul! Lebih baik sebelum kita menghubungi orang tuanya, kita kumpulkan dulu Alisa beserta bapak bapak itu agar lebih jelas duduk permasalahannya!'' ucapnya bijak.
Para guru yang mendengarnya memuji Hendra.
'' Kamu benar Hendra! ide kamu sangat bagus! lebih baik kita kumpulkan mereka diruang ini!
Baiklah! Madan!'' panggilnya pada ketua OSIS.
'' Saya pak!''
'' Sekarang kamu datangi mereka! dan bicarakan hal ini baik baik agar mereka paham maksud kita mengumpulkan mereka. Pilih yang paling bijak dalam berbicara! Kamu paham kan??''
'' Paham pak! baiklah saya segera kesana! saya tinggal dulu.'' imbuhnya, seraya berlalu meninggalkan ruang rapat itu.
Ketua OSIS pun keluar dan menghampiri bapak bapak yang berdiri didepan gerbang. Saat ini mereka sedang mengamuk.
Mereka dengan sengaja memukul pintu gerbang, hingga menimbulkan suara berisik dari pantulan golok dengan besi pintu gerbang.
Ketua OSIS yang melihat itupun menjadi geram.
'' Ada saja tingkah bapak bapak ini! bertingkah seperti anak kecil! semua masalah itu jalan keluarnya! bukan main hakim sendiri! heran aku ?!'' guamamnya sambil berjalan.
Setelah sampai disana ketua OSIS itu langsung merubah dirinya menjadi dingin datar.
Ia menegur bapak bapak itu dengan suara datar namun penuh penekanan.
'' Apakah harus dengan cara seperti ini? Kalian baru bisa puas? Menghukum orang yang tak bersalah! Adakah orang bijak melakukan hal seperti ini? Jika mereka bukanlah seperti anak kecil!!
'' Yang berlaku demikian hanyalah anak kecil!! Semua masalah itu bisa dibicarakan baik baik! bukan mengamuk seperti ini!'' ucapnya dengan suara lantang.
Membuat mereka yang berdiri disana terdiam. Mereka saling pandang. Kemudian salah satu dari mereka menjawabnya...
'' Kamu! tau apa tentang masalah orang dewasa?! hah?! kamu hanya anak ingusan! tak sepatutnya kamu berdiri disini! sana kembali! panggil seluruh dewan guru disini! agar mereka bertanggung jawab atas perlakuan murid mereka si Alisa itu!! ayo! cepat panggil!!'' Sentaknya.
Membuat ketua OSIS yang bernama Madan itu geram. Ia mengepalkan tangannya. Darahnya mendidih. Rupanya mereka belum kenal siapa Madan sebenarnya.
Ia tersenyum menyeringai.
'' Baiklah jika itu yang kalian inginkan! Jangan salahkan saya, jika saya akan melaporkan kalian kepada pihak yang berwajib atas penyerangan kalian terhadap Alisa! Kalian tau? kalian telah melanggar aturan! karena kalian telah mengganggu ketertiban sekolah kami dan membuat rusuh disini Maka kalian akan dihukum karena hal ini!!'' tegasnya.
Deg!
💟💟💟💟
Bab 4
Deg!
Mereka terkejut mendengar ucapan seorang bocah ingusan itu. Ya, yang mereka anggap sebagai bocah ingusan itu adalah ketua OSIS di sekolah Alisa.
Ia terkenal tegas dalam memimpin dan juga berwibawa. Oleh karenanya semua siswa dan siswi mendukung Madan untuk diangkat menjadi ketua OSIS.
Madan terpilih sebagai ketua OSIS itu murni. Karena mereka mengadakan pemilihan ketua OSIS, dengan cara memilih kandidat siapa yang ingin dipilih.
Tinggalkan tentang Madan.
Semua bapak bapak itu terdiam setelah mendengar ucapan Madan. ia tersenyum sinis.
'' Kenapa? masih ingin berontak?? jika ingin Masalah ini cepat selesai, ayo salah satu perwakilan dari kalian harus ada yang masuk untuk berbicara dengan kami di dalam! hanya tiga orang saja! selebihnya tetap disana sampai rapat usai!!.'' tukasnya.
Mereka saling pandang. Dan akhirnya tiga orang perwakilan dari mereka hadir disana. Madan membuka pintu gerbang dan membiarkan tiga orang bapak bapak itu masuk kedalam. Dengan dirinya sebagai pemimpin jalan.
Sesampainya disana mereka berhenti, karena melihat Madan juga berhenti. Madan berbalik dan menatap tajam mereka bertiga. Membuat mereka menciut ditatap seperti itu.
'' Saya ingatkan! Jangan membuat rusuh! kita semua disini akan membahas secara damai! jika bapak bapak tidak bisa menerima apa yang disampaikan, silahkan bapak keluar!'' ucapnya dengan dingin.
Mereka bertiga bergidik ngeri melihat tatapan tajam dari Madan. Akhirnya mereka mengangguk patuh tanpa mengeluarkan suara.
'' Mari silahkan ! kalian sudah ditunggu didalam!''
'' Ba-baik..'' ucap mereka bertiga.
Mereka bertiga masuk. Saat sampai didalam sana, mereka disambut dengan wajah datar nan dingin. Seolah mereka sedang menghakimi para penyerang Alisa.
Suasana begitu mencekam. Ruang rapat yang begitu luas menambah kesan horor diruangan itu.
Semua mata memandang mereka sinis. Tak ada satu pun dari mereka berbicara. Semuanya diam.
'' Silahkan duduk bapak bapak.. kita akan segera mulai diskusinya.'' ucap kepala sekolah memecahkan suasana mencekam disana.
'' Terimakasih..''
Mereka kemudian duduk berhadapan dengan meja sebagai pemisah mereka.
Kembali ruangan itu hening tanpa suara. Sunyi.. membuat bulu kuduk berdiri. Salah satu bapak merasakan tidak nyaman disana hingga ia duduk dengan gelisah.
'' Baiklah.. kita mulai rapat nya sekarang!'' ucap Madan dengan suara datar.
Hufffttt..
'' Ada masalah apa hingga bapak bapak ini datang ke sekolah kami?? Mengapa kalian menuduh salah satu murid kami telah membuly anak bapak?? bisa di jelaskan??''
Madan bertindak sebagai perwakilan dari sekolahnya untuk berbicara. Kepala sekolah telah mengijinkan nya.
'' Begini pak kepala sekolah.. sebelum nya kami minta maaf atas kegaduhan yang kami lakukan diluar tadi. Kami tidak bermaksud untuk mengacau.. hanya saja kami sudah terlalu lama bersabar! salah satu dari murid sekolah ini telah membuly serta menganiaya anak kami hingga masukk rumah sakit. Sekarang dia sedang kritis! bertaruh hidup dan mati! Kami butuh pertanggung jawaban dari murid anda pak!'' ucapnya gusar.
'' Siapa nama anak Bapak? agar kami bisa tau barangkali salah satu dari kami mengenalinya??'' tanya Madan.
'' Nuri! Nuri Maulidya wati!''
'' A-apa?!''
Mereka menoleh ke asal suara.
Tepat di depan pintu mereka melihat seorang siswi yang kepalanya dibalut dengan perban. Baju serta hijabnya kemerahan karena darah yang mengucur ketika ia terkena lemparan batu tadi.
Bapak bapak itu tersentak kaget melihat siapa yang berdiri di sana.
'' Nak Alisa!'' Alisa menoleh karena terpanggil.
'' Pakde...'' Alisa kaget melihat pakde Johan ada disana.
'' Apa yang pakde katakan! mengapa Nuri sampai kritis?? dimana dia sekarang? Alisa mau melihatnya..!'' ucapnya seraya berbalik.
Tapi belum lagi Alisa melangkah, kepalanya pusing hingga hampir jatuh jika tidak Madan memegangi lengannya.
Deg!
'' Kak Madan.. sssttt..''
'' Hati hati Lis.. kamu belum sembuh! ayo masuk dan duduk dulu. Kita bicarakan ini didalam ! ayo..'' ucapnya seraya tersenyum pada Alisa.
Alisa tersenyum kikuk.
Mereka yang ada disana menatap Alisa cengo. Apalagi Hendra. Ia sampai mengepalkan tangannya dibawah meja.
'' Ciee.. Ciee.. uhuyyyyy..'' celutuk salah satu murid, membuat gaduh di dalam ruangan rapat itu.
'' Huuuuuuuu...''
'' Sudah! sudah! semuanya diam! kita lanjutkan lagi diskusi nya. Ayo Alisa.. kamu duduk di sebelah saya ! dan kamu Madan! duduk disebelah Alisa. Kamu sebagai pemimpin harus bertanggung jawab kepada seluruh anggota mu..!'' ucap kepala sekolah menengahi.
'' Baiklah kita lanjutkan lagi rapat kita!'' ucap Madan memulai nya kembali.
'' Baiklah.. saya ingin bertanya, ada hubungan apa antara Alisa dan anak bapak? hingga bapak menuduh Alisa yang membuly serta menganiaya Alisa.?'' tanya Madan.
'' Saya mendapatkan kabar jika Nuri masuk rumah sakit karena penganiayaan! kemudian saya mendengar jika Alisa lah yang membuly serta menganiaya anak saya. Awalnya saya kaget saat salah satu teman Nuri mengatakan jika Alisa lah yang membuly nya. Saya nggak yakin pada saat itu jika Alisa yang dimaksud adalah Alisa tetangga saya. Saya pikir, mungkin orangnya berbeda bisa jadi namanya sama tapi orangnya lain.. maka dari itu saya mengumpulkan seluruh warga untuk datang kesini untuk membawa Alisa ke pihak yang berwajib. Eh nggak taunya Alisa tetangga saya! saya baru taunya sekarang Pak kepala sekolah..'' jawabnya panjang lebar.
Membuat mereka disana terdiam. Hingga ...
'' Kalau begitu.. mengapa tadi diantara bapak bapak ada yang sengaja melempari Alisa dengan batu?! Apakah ini juga sudah direncanakan sebelumnya??''
Deg!
Deg!
'' Kak Madan...''
💟💟💟💟
Cerita yang lama udah othor buang ya diganti dengan yang baru.
Bagi pembaca lama boleh kok ulang lagi. Tapi jika nggak mau juga nggak pa pa.
Jika nanti kalian membacanya nggak jelas ditiap bab jangan cemooh othor!
Karena cerita ini masih dalam tahap revisi..
Nanti akan ada perubahan ditiap bab nya.
Okeyyy..
See you...
🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments