Reina keluar dari kamar, berjalan ke dapur mengambil air hangat untuk ia berikan pada bosnya, kemudian ia pun
kembali lagi masuk ke dalam kamar dan meminta bosnya duduk untuk meminum air yang di bawanya. Zen meminta Reina mengambil kotak obat di ruang tamu, setelah menemukan obat yang di butuhkan, Reina menyerahkan obat itu pada Zen kemudian ia meminumnya dan kembali membaringkan tubuhnya.
Saat Reina berpamitan pulang karena hari juga sudah larut malam, namun laki-laki itu tak mengizinkan anak buahnya pulang, ia khawatir membiarkan Reina pulang seorang diri apalagi ini sudah malam.
“Nginep disini aja Rei, lagian ini udah malem aku nggak tega ngebiarin kamu pulang sendiri”
“Tapi Mas...!”
Zen menatap wajah Reina dengan tatapan tajam membuat Reina menundukan kepalanya, ia tak berani memandang wajah bosnya, akhirnya Reina pun menuruti perkataan Zen untuk menginap malam ini di tempatnya.
Reina keluar kamar dan berjalan menuju dapur, langkahnya terhenti di depan lemari pendingin, ia membuka pintunya, terlhat banyak bermacam-macam buah dan minuman dingin yang berjejer rapih tersimpan di dalamnya, Reina mengulurkan tangannya untuk mengambil minuman dingin, namun ia urungkan niatnya, Reina sadar ini bukan rumahnya ia tak boleh seenaknya mengambil sesuatu tanpa ijin dari si pemilik rumah.
“Ambil aja Rei kalau haus kenapa nggak jadi” celetuk Zen yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.
Entah sudah berapa lama Zen berdiri sembari memandangi anak buahnya yang ingin mengambil minuman, bahkan
Reina tak menyadari bahwa Zen sudah berdiri di belakangnya, Luna terseyum malu saat kelakuannya di pergoki oleh Zen.
“Boleh Mas, maaf kalau aku kurang sopan seenaknya mau ngambil minum?” Luna menatap Wajah Zen.
Zen berjalan melewati Reina yang sedang berdiri di depan lemari pendingin, tangannya mengambil beberapa botol
air mineral dan buah lalu memberikannya pada Reina.
“Kebanyakan Mas” kedua tangan Reina penuh dengan buah dan minuman.
“Bukan buat kamu doang, aku juga mau”
Reina mengangkat kedua sudut bibirnya dan berjalan ke balkon kemudian meletakkan buah dan minuman di atas
meja, ia berdiri di sisi pagar sembari menatap gedung yang berada di sekitar apartemen Zen. Laki-laki itu berjalan menyusul Reina yang lebih dulu berada di sana, kemudian Zen mendudukkan tubuhnya di kursi, tangan kanannya mengambil minuman lalu menenggaknya hingga tersisa setengah di dalam botol.
“Bukannya Mas lagi sakit kenapa malah keluar, harusnya istirahat aja di kamar”
“Udah enakkan kok Rei, lagian aku juga belum ngantuk”
“Mas aku boleh tanya sesuatu?”
“Apa” jawab Zen, tangannya sibuk mengupas buah jeruk.
“Sarah pernah bilang sama aku waktu Mas nyuruh dia bersihin apartemen, kebetulan aku ikut bersihin, aku tanya
sama Sarah kok kamar nggak dibersihin, kata dia Mas Zen ngelarang orang lain masuk ke kamarnya, tapi kok...”
“Tapi kok kamu boleh masuk gitu” Zen memotong perkataan Reina.
Reina mengangguk, sudah lama ia ingin menanyakan tentang hal ini pada bosnya, namun ia selalu ragu-ragu takut
bosnya tersinggung dan merasa jika ia terlalu ingin tahu urusan orang.
Setengah buah jeruk yang di kupasnya ia berikan pada Reina, gadis itu menerimanya walaupun bingung kenapa
bosnya memberikan setengah dari buah yang sedang di makannya kepada dirinya.
“Aku hanya berbagi dengan orang yang aku sukai”
Reina melebarkan matanya, ia sedikit bingung dengan maksud dari kata suka yang Zen katakan, tak mau berpikir terlalu jauh Reina hanya tersenyum untuk merespon perkataan bosnya itu. Zen menatap wajah Reina untuk beberapa saat hingga membuat gadis itu salah tingkah di buatnya, tatapannya bagaikan sihir yang bisa membuat lawannya jatuh tersungkur tak berdaya.
Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel milik Reina, tangannya merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil
benda pipih tersebut, saat dilhat ada nama David tertera di layar ponsel, Reina menjawab panggilan David di depan Zen.
“Halo Mas”
“Kamu udah pulang Rei?” tanya David dari seberang telepon.
“Udah Mas, jam segini Mas David kok belum tidur?” Reina berbalik tanya pada kakak angkatnya itu.
“Kamu juga belum” sahut David terkekeh.
Reina cukup lama berbicara dengan David lewat telepon membuat Zen kesal di buatnya, ia merasa sedang di abaikan oleh karyawaannya itu seolah-olah dia tidak ada di tempat, kemudian Zen beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan wajah cemberut. Berkali-kali ia miringkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan mencari posisi yang nyaman untuk memejamkan mata, namun tetap saja ia tak bisa menutup rapat matanya,
Zen kemudian turun dari ranjang dan mengamati Reina dari pintu kamarnya terlihat gadis itu masih asyik mengobrol
dengan David, lalu ia kembali lagi masuk ke dalam kali ini ia hanya duduk di tepi ranjang sembari menatap jam yang ada di atas nakas.
“Ini kan udah malem, mau sampai kapan mereka ngobrol terus lewat telepon” gerutu Zen, walaupun sebenanya ia
juga tahu David adalah kakak angkat Reina namun tetap saja, itu membuatnya tidak senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Shinichi x Kaito
next thor
2022-06-25
2