Pukul 10 malam setelah kafe tutup, Reina berjalan beriringan dengan Nadia ke halte bus. Tak lama bus yang menuju arah rumah Nadia datang, gadis itu pun berpamitan pada Reina untuk pulang lebih dulu, bus yang di naiki Nadia pun melaju meninggalkan halte tinggalah Reina seorang diri, selang beberapa saat ada mobil berwarna putih
berhenti tepat di depan Reina. Si pengemudi turun, ia berdiri di samping pintu mobil lalu menyuruh Reina untuk masuk ke dalam mobilnya.
“Masuk Rei” perintah Zen pada karyawannya itu
Reina masih terdiam belum sempat menjawab, Zen menyuruh lagi agar Reina masuk ke dalam mobilnya, akhirnya gadis itu menuruti perintah bosnya, Reina masuk dan duduk di samping kursi kemudi, diikuti Zen yang duduk di belakang kemudi, matanya melirik ke arah Reina dan mendapati gadis itu belum memakai safetybelt. Spontan Zen mendekati Reina membuat gadis itu terkejut mematung seperti batu, wajah mereka sangat dekat hingga membuat Reina bisa merasakan deru napas dari atasannya itu, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang dan menelan salivanya berkali-kali.
“Duh deket banget sih” ucap Reina dalam hati.
Zen kembali ke posisi duduknya semula setelah memasangkan safetybelt, kemudian melajukan mobilnya. Dalam perjalanan, mereka hanya diam tak bersuara sama sekali, namun tiba-tiba Zen menghentikkan mobilnya di depan sebuah tempat makan di pinggir jalan yang bertuliskan warung pecel ayam dan pecel lele.
“Kita makan dulu Rei, kamu juga belum makan kan?” tanya Zen yang di jawab dengan anggukkan oleh Reina.
“Tapi nggak apa-apa kan kalau makan di sini, aku pengen nyobain katanya makanan disini enak” imbuh Zen lagi yang membuat Reina mengerutkan kening karena heran.
“Emang kenapa Mas, aku juga sering kok makan disini” sahut Reina, kemudian ia turun dari mobil diikuti Zen.
Mereka masuk ke dalam dan pedagang yang mengenal Reina tersenyum ketika melihat gadis itu datang dengan laki-laki ganteng.
“Biasanya datang sendiri sekarang bawa gandengan” seloroh pedagang itu yang bernama Toni menggoda Reina.
“Dia bos aku di tempat kerja Mang” ucap Reina menjelaskan agar Toni tidak salah paham.
“Kamu kenal sama yang jualan” bisik Zen.
“Kenal Mas karena aku langganan makan di sini kalau pulang kerja” sahut Reina.
“Mang pesen yang seperti biasa ya dua porsi” tutur Reina pada Toni yang langsung di jawab dengan acungan jempol laki-laki itu.
“Mas tahu dari mana kalau makanan di sini enak?” tanya Reina sembari menatap wajah bosnya.
“Daniel yang bilang, makanya aku pengen nyoba” sahut Zen.
Kemudian pesanan mereka pun datang, Zen menyantap makanan itu dengan lahap, benar apa yang di katakan
Daniel makanannya enak apalagi sambalnya pedasnya nampol, pikir Zen. Keringat mulai bercucuran dari kening laki-laki ganteng itu, namun tak membuatnya untuk berhenti memakannya, Reina hanya tersenyum ketika melihat wajah bosnya merah karena kepedasan. Karena gelas yang di depannya kosong tidak ada air, tangan Zen dengan santainya meraih gelas milik Reina dan meminum airnya sampai habis.
“Itu kan air gue” gumam Reina dengan suara lirih sembari menatap Zen.
“Kenapa Rei?” tanya Zen yang tak berdosa sudah mengambil minuman milik Reina bahkan menghabiskannya.
“Nggak apa-apa Mas” Reina kembali menyantap makanannya dan meminta lagi minuman pada Toni.
Setelah selesai makan Zen mengambil dompet dari saku celananya dan membayar makan, Reina yang tidak enak dibayari makanan oleh bosnya, ia lalu memberikan sejumlah uang untuk membayar makanan miliknya saat
mereka sudah masuk ke dalam mobil dan langsung di tolak oleh Zen.
“Maksud kamu apa kayak gini, kamu pikir aku nggak punya uang buat bayarin kamu makan” dengus Zen kesal dengan kelakuan anak buahnya.
“Aku tahu uang Mas Zen banyak, bahkan warungnya Mang Toni pun bisa di beli sama Mas” seloroh Reina tersenyum simpul pada Zen.
“Itu udah tahu” sahut Zen menyombongkan diri, kemudian ia melajukan mobilnya, dalam perjalanan menuju kontrakkan Reina, Zen yang penasaran dengan laki-laki yang tadi mengobrol dengan Reina akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“Laki-laki tadi siapa Rei, yang ngobrol sama kamu?”
“Oh itu kakak aku Mas dia baru pulang dari luar negeri setalah tinggal lama di sana”
“Sejak kapan kamu punya kakak, bukannya kamu anak tunggal?” tanya Zen lagi.
Luna pun menceritakan tentang David pada Zen, setelah tahu yang sebenarnya siapa David dan ternyata dia sudah
menikah ada perasaan tenang di hati Zen, ia masih punya kesempatan untuk mendekati Reina pikirnya. Namun tiba-tiba Zen menghentikan mobilya di tepi jalan, sekujur tubuhnya berkeringat dingin.
“Kenapa Mas Zen?” tanya Luna yang khawatir, ketika melihat bosnya meringis kesakitan.
“Perut aku nggak enak banget Rei” sahut Zen tangannya masih memegang kemudi.
Reina turun kemudian berjalan mengitari mobil menuju tempat Zen, dan menyuruh laki-laki itu untuk pindah ke kursi samping, karena ia yang akan mengemudikan mobilnya. Akhirnya Reina mengantar Zen sampai ke apatemennya dan memapah bosnya masuk ke dalam dan mendudukkan tubuh Zen di atas Sofa, namun Zen malah meminta Reina mengantarnya ke dalam kamar agar ia bisa membaringkan tubuhnnya di atas ranjang.
Tunggu kelanjutannya...
Jangan Lupa Like dan Komennya ya...
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments