Zen kembali ke hotel dengan banyaknya hal yang berkecamuk di pikirannya, sepanjang perjalanan pulang ia terus menutup rapat mulutnya, hingga membuat Daniel yang berjalan di sampingnya pun bingung. Apa Mas Zen kurang puas dengan pembukaan kafe barunya? Itulah yang di pikiran Daniel.
“Aku masuk dulu ya Niel” tutur Zen ketika sampai di depan pintu kamarnya.
“Mas Zen nggak makan malam dulu?”
Zen menggelengkan kepalanya lalu mengayunkan kakinya masuk ke dalam kamar, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang menggunakan kedua tanganya untuk mengganjal kepalanya, padahal di atas kasur ada 2 bantal yang tertata dengan rapih tapi mungkin ia lebih nyaman menggunakkan tanganya sendiri untuk ganjalan, matanya menatap langit-langit kamar dengan cahaya lampu yang temaram.
“Siapa David? sepertinya Sarah juga mengenal yang namanya David itu, orang yang selalu dirindukan Reina?” gumam Zen seorang diri.
“Arrgghh sial, gue jadi kepikiran terus kan” pekik Zen mengumpat dirinya.
Kemudian ia turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, ia tanggalkan semua pakaiannya dan berdiri di
bawah shower, air yang jatuh dari shower membasahi seluruh tubuhnya. Setelah selesai, Zen kemudian keluar dari kamar mandi hanya mengenakan sehelai handuk yang menempel di pinggangnya, tubuh bagian atasnya dibiarkan hingga terlihat perut kotak-kotaknya yang seksi. Zen berjalan menuju ranjang dan duduk di tepiannya, tangannya mengambil ponsel yang di letakkannya di atas nakas. Berkali-kali dirinya menghubungi Sarah namun tak ada respon dari sepupunya itu.
“Sarah kemana sih?” keluh Zen yang merasa kesal lalu ia melemparkan benda pipih miliknya dia atas ranjang.
Zen berdiri dan mengambil pakaian di dalam lemari, ia hempaskan handuk yang melingkar di pinggangnya dan mulai memakai celana dan baju.
***
Sementara di waktu yang lain, Sarah, Nadia dan juga Reina di ajak oleh David dan istrinya untuk makan malam
di sebuah restoran. Mereka bertiga terlihat sangat senang sehabis bekerja keras di kafe akhirnya mereka bisa menyantap makanan enak.
“Pesen makanan apa pun yang kalian suka” tutur David.
“Yang bener Mas” sahut Reina disertai mata yang berbinar dan senyum yang tak henti-hentinya mengembang di
bibirnya.
Setelah mereka memesan makanan, tak menunggu lama pelayan datang dengan membawa makanan yang mereka pesan, semuanya terlihat menggiurkan hingga mereka tak sabar untuk menikmatinya. Makan malam pun selesai akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing. David mengantar Reina ke kontrakannya, ketika sampai hatinya merasa sakit ketika melihat tempat tinggal adiknya yang berbeda dengan yang dulu ketika ayahnya masih hidup.
“Udah berapa lama kamu tinggal di sini?” tanya David ketika melihat ruangan yang hanya bisa di tempati satu orang.
“Semenjak ayah meninggal Mas” jawab Reina
Sebelum kakak angkatnya menanyakan tentang apartemennya, Reina memberitahukan lebih dulu bahwa apartemennya sudah di jual untuk menghindari pamannya yang bernama Alex, karena pamanya yang licik itu masih sering mengganggunya padahal ia sudah mengambil warisan ayahnya, tapi ternyata masih ada yang belum di ketahui Reina.
"Nggak mungkin semua warisan jatuh ke tangan Om Alex semua, karena ayah pernah memberitahu aku kalau sebagian harta kekayaannya sudah ia rubah dengan nama Reina, sepertinya dia lupa pernah menandatangi dokumen yang diberikan ayah, itulah yang membuat Om Alex tidak bisa seenaknya walaupun seluruh dunia tahu ia yang sekarang mengurus perusahaan serta aset-aset yang lain”
“Mas David” tak ada respon dari orang yang di panggil namanya oleh Reina hingga beberapa kali. David seperti
sedang berada di dunianya sendiri sampai Rania yang berada di sampingnya menepuk pelan punggung suaminya itu barulah David tersadar dari lamunannya.
“Ya udah kamu istirahat yah, Mas sama Mba Rania pulang dulu, besok kita ketemu lagi”
“Mas sama Mba Rania tinggal dimana selama kalian di sini?”
“Kami tinggal di hotel” jawab Rania.
David dan Rania pergi dari kontrakkan Reina, ketika di perjalanan menuju hotel Rania mengusulkan pada suaminya untuk membawa Reina ke luar negeri agar tinggal bersama mereka, ia tak tega membiarkan Reina hidup seorang diri apalagi ia seorang gadis. Tapi David yakin Reina pasti menolak ajakannya untuk pindah ke luar negeri, sedangkan makam kedua orang tuanya ada di sini.
"Nggak ada salahnya kan kita coba dulu ngebujuk dia" tutur Rania.
***
Keesokan harinya di hotel tempat Zen menginap, ia sudah membereskan barang-barangnya karena akan kembali ke kotanya, Zen keluar dari kamar begitu pula Daniel, kemudian mereka memasuki lift turun ke lobi, setelah check out mereka tidak langsung pulang namun mampir terlebih dulu ke kafe.
Leo menyambut kedatangan Zen dan Daniel, mereka duduk di lantai dua sembari mengobrol masalah pengelolaan kafe, banyak informasi yang Daniel berikan pada Leo sebagai sesama manager dengan antusias Leo mendengarkan banyak nasihat dari Daneil sebagia senoirnya.
Setelah cukup lama mereka mengobrol akhirnya Zen dan Daniel berpamitan kepada Leo dan karyawan kafe lainnya untuk kembali ke kota X, Tria salah satu karyawan kafe yang menyukai Zen dari awal mereka bertemu merasa sedih karena ia tidak akan bertemu lagi dengan Zen.
“Nggak usah sedih gitu, lo kan bisa ketemu Mas Zen kalau dia datang lagi ke sini” tutur teman Tria yang bernama Sandra.
“Iya sih, gue bener-bener suka sama Mas Zen pada pandangan pertama, kira-kira dia udah punya pacar belum yah?”
“Laki-laki setampan Mas Zen nggak mungkin deh kalau nggak punya pacar”
“Aah lo San bukannya nyemangatin gue malah bikin gue sedih” keluh Tria dengan wajah cemberut.
Setelah Zen dan Daniel pergi, mereka kembali bekerja melayani pengunjung yang datang dan kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa yang kampusya dekat dengan kafe.
Tunggu kelanjutannya ya...
silahkan tinggalkan jejak kalian di bawah
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Shinichi x Kaito
next
2022-06-20
3