Daniel dan Zen akhirnya sampai di kota M, mereka memesan kamar hotel untuk menginap selama 2 hari, Setelah
meletakkan barang bawaanya di dalam kamar, Zen keluar dan berjalan menghampiri kamar Daniel yang berada di samping kamarnya, tangannya mengetuk pintu beberapa kali namun tak ada respon dari dalam, Zen akhirnya menuruni lift seorang diri keluar dari hotel, berkeliling menyusuri jalanan kota M, di apit sungai dengan warna airnya yang kehijauan dan derasnya air yang mengalir menambah keindahan sejauh mata memandang.
Daniel sebenarnya mendengar ketukan pintu dari luar namun karena ia sedang berada di kamar mandi, ia pun
membiarkannya. Setelah selesai dan memakai baju, Daniel keluar dan giliran ia mengetuk pintu kamar bosnya, karena tak ada yang menjawab, ia mengambil ponsel untuk menghubungi Zen.
Setelah mereka berdua saling berbicara lewat telepon, Zen menyuruh Daniel menyusulnya ke tempat yang sudah ia beritahu untuk sama-sama menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa.
***
Sementara di tempat lain di kota yang berbeda Sarah masih saja tak berhenti menanyakan kepada Reina kenapa tak mengganti bajunya, sampai di kafe Sarah masih menantikan jawaban dari Reina.
Reina yang tidak bisa berbohong kepada sahabat dekatnya itu akhirnya mengatakan dengan lantang jika ia semalam memang tidur di apartemen Zen, tidak hanya Sarah saja yang mendengar pengakuan Reina namun Nadia yang baru saja datang pun mendengar itu, Nadia bahkan membulatkan mulutnya dan melebarkan matanya Saat Reina berkata ia tidur di tempat bosnya.
“Tapi lo nggak ngapa-ngapain kan sama Mas Zen?” tanya Sarah yang masih penasaran.
“Ya nggak lah?” sahut Luna santai.
“Lo tidur dimana?”
Reina terdiam ia tak berani mengatakan kalau ia tidur satu ranjang dengan bosnya, apa yang akan dipikirkan
sahabatnya nanti kalau ia tahu yang sebenarnya, itulah yang ada di benak Reina saat ini.
“Di sofa” jawab Reina.
“Yakin di sofa?” goda Sarah yang masih penasaran.
“iya” jawab Reina sambil berlalu pergi meninggalkan Sarah untuk membereskan meja.
“Nad kamu percaya kalau mereka nggak tidur bareng?”
Nadia merespon dengan gelengan kepala seraya mengangkat kedua bahunya di barengi senyum tipis di bibirnya yang di poles lipstik warna merah menyala, kemudian ia pergi ke belakang untuk berganti pakaian.
Di kota M...
Zen masuk ke sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari hotel dimana mereka menginap, ia mencari tempat duduk
yang viewnya langsung menghadap ke sungai, seorang pelayan datang menghampiri Zen yang duduk seorang diri, kemudian laki-laki ganteng itu memesan kopi panas, tak berselang lama Daniel datang dan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi.
Pelayan itu juga menanyakan minuman apa yang ingin di pesan Daniel, lalu laki-laki bertubuh tegap itu menyamakan pesanan seperti bosnya.
“Wah Mas Zen pinter nyari tempat” tutur Daniel yang mengagumi keindahan sungai yang terbentang luas di depannya dengan airnya yang jernih.
“Iya dong?” sahut Zen yang di barengi tawa kedua laki-laki berparas genteng itu.
Tak lama pesanan keduanya pun datang, pelayan yang membawakan minuman untuk mereka terlihat mencuri pandang kepada Zen dan juga Daniel sembari memperlihatkan senyum menggoda, agar diperhatikan oleh dua laki-laki ganteng itu.
Timbul niatan Daniel untuk mengerjai pelayan kafe itu, tiba-tiba tangannya memegang tangan Zen yang ada di atas meja seraya berkata “gimana sayang enak nggak kopinya?”
Sontak saja ucapan Daniel membuat Zen terkejut termasuk pelayan itu, Zen bahkan menyemburkan kopi yang sedang di minumnya sembari menatap Daniel yang menahan tawa. Pelayan itu buru-buru pergi dari tempat yang di duduki oleh Zen dan Daniel dengan wajah bengong seperti tak percaya bila kedua laki-laki ganteng tersebut mempunyai hubungan spesial.
“Kamu apa-apaan sih Niel, ampun deh tuh pelayan sampe kabur kayak gitu, gara-gara ulah loh”
Daniel terus tertawa tak henti-hentinya ia merasa puas setelah mengerjai pelayan yang terlihat ingin menggoda mereka, Zen hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak buahnya, dia pikir itu salah satu cara ampuh untuk mengusir wanita.
“Bentar ya Mas aku mau telepon Sarah dulu”
Daniel meninggalkan Zen yang sedang menikmati kopi sembari menatap sungai yang ada di depannya, tiba-tiba
bayangan Reina terbersit dalam pikirannya, ia ingat ketika gadis berparas cantik itu menyiapkan kopi dan sarapan untuknya, terlebih lagi saat mereka tidur di atas ranjang yang sama, membuat Zen tersenyum malu telinganya pun
menjadi berwarna merah.
Daniel yang baru saja datang setelah menelepon Sarah heran dengan bosnya yang tersenyum seorang diri.
“Kamu kenapa Mas senyum-senyum sendiri?” tanya Daniel seraya memposisikan dirinya duduk di kursi.
“Nggak apa-apa kok Niel” sahut Zen yang terlihat salah tingkah.
Kemudian Zen menanyakan bagaimana keadaan kafe yang ada disana, yang di jawab Daniel jika kafe sedang rame, sehingga ia tak bisa berlama-lama menghubungi Sarah. Zen dan Daniel kembali ke hotel setelah puas nongkrong di kafe, karena besok adalah acara peresmian kafe baru milik Zen, jadi mereka ingin beristirahat agar besok bangun dalam keadaan segar.
Yuk ramein jangan lupa like dan komen yah...
Terima Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments