Zen membuka map yang diberikan oleh Ayahnya lalu membaca dokumen di dalamnya, betapa terkejutnya ia saat mengetahui isi dari dokumen tersebut adalah berupa pembagian saham Perusahaan.
"Ini maksudnya apa Yah?" tanya Zen.
"Ayah memberikan 40% saham atas nama kamu" jawab Marlon tegas.
"Yah aku kan udah pernah bilang, aku nggak tertarik dengan Perusahaan" tutur Zen kesal.
"Mungkin sekarang kamu belum tertarik tapi suatu saat nanti ayah yakin kamu pasti akan tertarik, cepat tanda tangani Zen" perintah Marlon sembari memberikan bolpoin yang ia ambil dari meja kerjanya.
Zen beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan kerja Ayahnya dengan wajah masam.
Braaaak...
Zen menutup pintu dengan membantingnya, Marlon yang melihat kelakuan anaknya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sifat keras kepalanya mirip sekali sama kamu Rin" gumam Marlon sendiri.
Saat berjalan menuju lobi Zen bertemu dengan Asisten Pribadi Ayahnya, yang kebetulan sedang membawa banyak sekali dokumen di tangannya,
"Mas Zen" sapa laki-laki bertubuh tegap dengan rambut tatanan rambut klimisnya.
Zen kemudian menghentikkan langkahnya dan mengobrol sebentar dengan asisten pribadi ayahnya yang bernama Tomas. Ketika sedang mengobrol tiba-tiba mata Zen melihat sebuah artikel yang berada di tangan Tomas, di situ tertulis sebuah berita tentang kecelakaan seorang pengusaha yang bernama Davindra Warren.
"Namanya kayak nggak asing, aku pernah denger tapi dimana ya?" ucap Zen dalam hati.
"Pak Tomas artikel ini buat saya ya" tutur Zen.
"Tapi Mas" belum sempat Tomas menyelesaikan omongannya Zen sudah mengambil artikel itu lalu pergi dengan cepat.
"Makasih Pak Tomas" teriak Zen yang sudah pergi menjauh.
"Aduh itu kan punya Tuan" Tomas menggaruk-garuk kepalanya walau tak gatal, lalu ia berjalan ke ruangan Tuan Marlon.
Zen yang sedang menyetir terus saja kepikiran tentang artikel yang di bawanya, kemudian ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengambil artikel dari dalam tasnya.
Davindra Warren, ia berusaha mengingat-ingat dimana ia pernah mendengar nama ini, "Sarah" gumam Zen. Kemudian ia mengambil ponsel dari dalam tasnya dan langsung menelpon sarah.
Drrrttt.....drrrttt....
Sarah yang sedang memakai masker mendengar ponselnya berdering dan langsung mengambilnya dari atas kasur.
"Dari Mas Zen ada apa ya" pikir Sarah.
"Halo Mas" jawab Sarah sambil melepaskan masker dari wajahnya.
Tanpa basa basi Zen langsung saja menanyakan perihalnya menelpon sepupunya itu.
"Sar kamu tahu pengusaha yang namanya Davindra Warren nggak?" tanya Zen.
"Davindra Warren!" Sarah mengulangi pertanyaan Zen.
"Oh itukan Ayahnya Reina" sahut Sarah.
Tut...Tut...Tut...
Zen menutup teleponnya setelah mendengar jawaban dari sepupunya itu.
"Iih kok di tutup sih teleponnya" gerutu Sarah kesal.
"Pantesan aja namanya sangat familiar ternyata Ayahnya Reina, tapi kenapa Ayah menyimpan artikel tentang Ayahnya Reina, aku harus mencari tahu" tutur Zen kemudian ia melajukan mobilnya.
Di saat yang bersamaan Reina yang sudah sampai di kontrakannya setelah pulang kerja langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, awalnya ia ingin langsung mandi tapi badannya terasa pegal-pegal jadi ia istirahat terlebih dulu.
"Nyaman banget" ucap Reina sembari meregangkan tubuhnya.
Lalu ia mengambil ponsel yang di simpan di dalam tasnya dan tangannya mulai sibuk berselancar di dunia maya, tanpa sadar ia pun tertidur.
Pukul 12 malam Reina terbangun karena kelaparan saat pulang kerja ia belum sempat memakan sesuatu, akhirnya ia mengambil mie yang ada di dalam lemari dan langsung merebusnya.
"Udah lama aku nggak makan mie" tutur Reina sambil menyantap mie yang dibuatnya dengan lahap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments