Zen yang berdiri tepat di depan Reina terdiam beberapa saat, ia bingung antara harus minta maaf atas kejadian malam itu atau mengakui perasaannya.
"Aku" Reina dan Zen mengatakannya serempak.
"Kamu ngomong duluan Rei" pinta Zen, yang di respon dengan anggukkan oleh Reina.
"Kejadian kemarin kita lupain aja ya Mas, anggap aja nggak pernah terjadi" ucap Reina dengan wajah serius, walaupun sebenarnya dirinya tak ingin melupakan kejadian itu karena senang mendapatkan ciuman dari cowok ganteng.
Zen tersentak mendengar omongan Reina, ia tidak menyangka Reina akan mengatakan hal seperti itu, ada rasa sakit yang menusuk di hatinya, Zen terdiam cukup lama sembari menatap manik mata Reina yang coklat.
"Mas Zen kok diem aja sih" batin Reina, ia bingung karena tak ada respon dari bosnya itu.
"Apa aku salah ngomong yah" sambungnya lagi.
Zen mengambil nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, ia berusaha menata hati dan pikirannya.
"Aku minta maaf ya, seperti kata kamu kita lupain kejadian kemarin" ucap Zen dengan suara bergetar, wajahnya berubah terlihat sedih.
Kemudian Zen berbalik pergi meninggalkan Reina di ruang ganti dengan kepala tertunduk lesu, Reina yang berdiri di depan lokernya hanya bisa menatap punggung atasannya itu sampai ia tak terlihat lagi dari balik pintu.
Drrrttt...drrrttt...
Terdengar suara dering ponsel dari saku celana Zen, saat ia melihat layar ponsel tertera nomor telpon yang tidak asing baginya, yah telpon dari Marlon Jarvis Ayahnya Zen.
"Halo Yah" jawab Zen.
"Kamu jadi datang ke Perusaahan kan?" tanya Ayahnya dari seberang telepon.
"Iya Yah jadi ini juga mau kesana" sahut Zen yang sedang berjalan.
"Oke Ayah tunggu" Ayahnya menutup telpon, ia menyadari ada yang aneh dengan suara anak laki-lakinya itu terdengar sedikit parau.
Daniel, Sarah dan Nadia yang berada di meja bar melihat Zen yang terlihat terburu-buru berjalan menuju pintu keluar, Sarah yang penasaran akhirnya memanggil Zen.
"Mas mau kemana?" teriak Sarah.
"Keluar ada urusan" jawab Zen sembari membuka pintu dan berlalu pergi menuju parkiran.
"Mas Zen kenapa ya?" tanya Nadia yang sedang menata gelas.
"Nggak tahu" jawab Daniel dan Sarah kompak.
"Cie...cie... kompak bener jawabnya" ledek Nadia terkekeh.
"Apaan sih Nad" timpal Sarah dengan wajah merah karena malu.
Nadia kemudian bercerita tentang apa yang di lihatnya saat ia sedang ke toilet, ia melihat Zen keluar dari ruang ganti dan berdiri cukup lama di depan pintu.
Sarah dan Daniel yang mendengar cerita Nadia saling beradu pandang mereka langsung teringat dengan Reina.
Setelah berganti seragam Reina keluar dari ruang ganti dan berjalan menuju meja bar, ada rasa khawatir di hatinya jika bertemu dengan Zen bagaimana ia harus bersikap? tapi untungnya disana ia hanya melihat Nadia yang tengah sibuk mengelap meja dan Daniel yang sedang mengecek kopi yang baru datang, sedangkan Sarah terlihat sedang duduk.
"Mas zen kemana Sar? kok nggak kelihatan?" tanya Reina yang terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan Zen.
"Tadi dia pergi katanya ada urusan" jawab Sarah.
"Huuft" Reina terlihat menghela nafas lega, ia kemudian mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai.
***
Zen tiba di perusahaan, dan langsung naik ke lantai paling atas menuju ruang kerja Ayahnya.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk" terdengar suara berat seseorang yang mempersilahkannya masuk.
"Sore Yah" sapa Zen yang langsung melangkah masuk ke dalam dan mendudukkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruangan dengan menyenderkan kepalanya di sandaran.
Ayahnya yang tengah sibuk mengecek dokumen perusahaan hanya menatap anak laki-lakinya itu tanpa menjawab sapaannya.
Untuk beberapa saat Zen terlihat bosan matanya lalu berkeliling melihat sudut demi sudut ruangan kerja ayahnya yang terlihat banyak sekali buku, ini pertama kalinya Zen masuk ke ruang kerja Ayahnya, biasanya ia hanya menuggu di lobi.
Marlon beranjak dari duduknya setelah menyelesaikan pekerjaannya, kemudian berjalan mendekati anaknya dan duduk di sampingnya, lalu tangannya menyerahkan sebuah map berwarna merah.
"Apa ini Yah?" tanya Zen bingung.
"Ini berkas yang harus kamu tanda tangani".
"Hah" Zen semakin bingung.
"Kamu baca dulu aja berkasnya" tutur Marlon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Maria
masih lanjut
2022-03-01
1