Suri menatap wanita di sebelah dengan mata berkaca-kaca. Tak percaya dengan apa yang dilakukan olehnya.
"Apa maksudnya? Aku bukan barang, aku-
Suri segera menoleh ke arah sang ayah, menggenggam kuat tangan laki-laki yang dicintainya, menatap wajah pucat pria yang semasa hidup ia banggakan itu lekat. Tapi sang ayah hanya diam membisu seolah membenarkan perkataan istrinya.
"Pa, kenapa Papa diam saja? Katakan sesuatu! Suri bukan barang. Kenapa, kenapa Papa hanya diam!" Suri menuntut, masih menatap sang ayah, sedikit mengguncang tubuh kokohnya.
Suri muak dengan sikap sang Ayah yang terus saja diam, merenung sejenak disaat sang Mama sibuk bersalaman dengan Tuan Diki yang terhormat.
'Suri, Kami berhasil mendaftarkan kamu di Universitas Barata.'
'Papa sudah memenuhi keinginan kamu Sayang, Maaf kamu harus menunggu lama untuk bisa kuliah.'
'Pa, terimakasih. Suri akan rajin belajar dan mendapat nilai tinggi, dengan begitu Papa tidak perlu mengeluarkan biaya lagi.'
Suri menerawang kejadian satu Minggu yang lalu, kejadian dimana dirinya mendapatkan kabar kalau ia akan kuliah di Universitas terbaik itu. Kebetulan atau memang ini sudah di rencanakan? Suri melirik sang ayah dan Mamanya. Menggelikan kalau tebakannya benar.
Tapi kenapa aku? Kenapa aku yang mereka pilih untuk menikah dengan anak laki-laki Tuan Diki ini?
Seketika Suri tersadar, beralih menatap Tuan Diki yang terhormat penuh tanya, Berdiri dengan cepat. Sontak semua orang terkejut termasuk Tuan Diki.
"Tidak, saya tidak mau! Maaf Tuan." Suri membungkuk kearah Tuan Diki. "Saya permisi."
Suri berjalan cepat, atau lebih tepatnya berlari mengabaikan teriakan sang ayah dan Mamanya.
"Aku bukan barang! Aku masih muda, aku masih ingin mengejar pendidikan tanpa harus di bebani dengan pernikahan!" Ucap Suri lirih,
berlari masuk kedalam kelas yang mana kedatangannya di sambut tatapan para murid.
Suri acuh, dirinya bergegas menyambar tas dan memasukan buku terlebih dahulu. Berlari lagi keluar kelas tanpa sepatah kata dari teman-temannya.
"Terakhir kali gadis yang menjadi tumbal keluarga Barata, mati mengenaskan karena bunuh diri? Apa kali ini Suri kita juga akan melakukan itu?"
Si gadis cantik yang tadi mengajak Suri berbincang bersuara. Tanpa menatap wajah teman-temannya yang saling tatap takut akan fakta buruk itu.
Dulu tepatnya satu tahun yang lalu, ada mahasiswi baru amat cantik. Lugu seperti Suri. Panggil saja namanya Suri Nama yang sama seperti Suri christabel Jocelyn.
Suri lain juga mendapatkan perlakukan yang sama ketika masuk kelas untuk yang pertama kalinya, Seperti tadi Suri alami. Tapi para murid mendadak terdiam ketika Suri itu memperkenalkan diri.
Nama keramat incaran keluarga Barata.
Akan tetapi seisi kampus Barata di gemparkan dengan kabar buruk tentang kematian Suri.
Di mana Suri mati bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangan dan lehernya. Suri jelas tak selamat. Fakta yang tersiar mengatakan. Kalau Mendiang Suri tak ingin di nikahkan dengan anak kedua Barata karena dirinya tau siapa laki-laki itu. Yang sebenarnya pernikahan itu akan di langsungkan satu tahun kemudian tepatnya tahun ini, menunggu si putra kedua Batara menginjak usia 24 tahun yang artinya. Sebentar lagi pernikahan akan di langsungkan.
Tapi Suri memilih mati dari pada harus menjadi pelampiasan putra kedua Batara yang jelas belum pernah di temuinya.
Keluarga mending Suri cukup mapan jadi tak ada asalan untuk menerima perjodohan itu.
Tapi bagi keluarga Barata penolakan itu tidak dapat di terima. Tuan Diki bermain kotor! Merusak kehidupan keluarga damai Suri, sampai perusahaan ayahnya bangkrut dengan cepat. Keluarga harmonis itu hancur dan sampai saat ini ayah mending Suri menghilangkan entah kemana bersama sang istri dan kedua anaknya. Sudah satu tahun berlalu tapi kejadian mengerikan itu masih lekat di ingatan. Terutama para mahasiswa dan mahasiswi yang saat itu menjadi teman sekelas Suri.
.
.
"Suri, sayang!" Dari kejauhan sang ayah bersama istrinya berlari mengejar Suri memanggil namanya dengan sekuat tenaga. besarnya kampus dan luasnya halaman membuat keduanya ketar ketir.
Melihat itu Suri menambah laju larinya tak ingin mendengar atau melihat kedua orang tua itu.
"Kenapa mereka rela menjual anaknya sendiri." Ucapnya marah, mengepalkan tangan karena keadaan.
Aku baru saja merasakan nyamannya bangku kuliah.
"Suri, Papa mohon berhentilah." Teriak lagi Papa Suri, berlari menghampiri sang putri yang terus berlari menghindar.
Tangan Suri di tarik sang ayah. Berhenti dari larinya, tapi Suri tidak berbalik atau sekedar memaki sang ayah yang sudah membuat dirinya kecewa teramat dalam.
"Tunggu Nak, dengarkan papa dulu." Pinta si pria tua penuh harap. Merasakan tangan sang putri bergetar.
"Suri tidak ingin melihat Papa lagi." Suri mulai menangis senyap, mengusap pipinya yang basah.
Tak lama datang sang Mama yang tadi menjual dirinya sebegitu mudahnya.
"Kami akan jelaskan semuanya, sayang." Ucap sang Mama tenang. Berusaha berbicara dengan napas tersengal karena harus berlari mengejar anak dan bapak itu.
Suri menggeleng cepat. Kemudian menghempas tangan sang ayah. Kembali berjalan tanpa berkata.
"Papa punya banyak hutang Suri! Usaha Papa gagal, hutang Papa tak terkendali Nak, uang kita habis untuk membiayai pengobatan Mama mu."
Seketika kaki Suri berhenti. Mematung tanpa bisa bergerak, napasnya memburu. Derai air mata kembali tumpah, Suri berbalik. Menghampiri sang ayah dan Mamanya dengan mata basah.
"Kenapa Papa bawa-bawa Mama dalam hal ini? Papa tidak berhak mengatakan itu." Teriak Suri lantang yang mana mendapatkan tamparan dari wanita yang di anggapnya Mama.
"Suri! Kecilkan suaramu. Kamu tidak berhak mengatakan itu kepada Papamu, kami berjuang demi Mamamu, Kakakku sendiri."
Ketika Suri berusia 11 tahun. Sang Mama mengalami perubahan dalam berprilaku. Nyonya Luna, mengidap penyakit Bipolar. Tahun bertambah perubahan perilakunya tak dapat terkendali. Puncaknya ketika Suri berusia 11 tahun sampai sekarang sang Mama tercinta masih setia di rawat di RS Jiwa.
Mendapati kenyataan pahit itu membuat Suri terkulai lemas, tersungkur kemudian. Menangis seketika, Hiks....hiks...hiks...."Mama."
Ayah Suri dengan dorongan semua keluarga termasuk mending kedua orangtuanya kala itu, mau tidak mau harus menikahi Adik dari istrinya. Alasan yang nyata adalah Suri kecil butuh perhatian seorang ibu, Nyonya Luna tak dapat menjaga Suri ketika perilakunya semakin menjadi.
Suri begitu bahagia bisa di temani tidur oleh Tantenya. Dirinya juga merasa bahagia ketika Papanya menikahi Adik dari mamanya sendiri. Tapi itu dulu. Setelah Suri dewasa. Suri merasa tak nyaman ketika sang ayah satu kamar dengan Tantenya. Tapi seiring berjalannya waktu dan kelembutan sang Tante, Suri luluh. mulai menerima kenyataan bahwa Papanya mempunyai dua istri.
Tepatnya Papa Suri menikahi kakak beradik.
"Maafkan Mama Sayang, Kami terpaksa menikahkan kamu dengan putra Tuan Diki, berharap ini jalan yang benar,"
Tidak, tidak, aku tidak ingin menikah. Aku bahkan belum pernah melihat seperti apa putra kedua Batara.
.
.
"Pelayan! Pelayan!!"
Teriakan tak terkendali menggema. Pelayan yang mendengar teriakkan itu bergegas menghadap. Berdiri didepan si pemilik suara.
"Saya, Tuan." Si pelayan pria membungkuk. Menunduk tanpa bisa menatap wajah laki-laki muda di depan matanya.
Saat ini keduanya tengah berada di suatu ruangan besar dan moderen. Kamar Sky tepatnya.
"Aku mendengar, kalau Papa berhasil menemukan gadis yang akan menjadi istriku! cih. Tumbal keluarga Barata!"
Mendengar kalimat itu, si pelayan tersedak saking terkejut. Memberanikan diri untuk mengangkat kepala. Melirik pria muda di depannya itu takut.
Kepala si pelayan mengangguk membenarkan.
"Betul, Tuan."
Suara tepuk tangan menggema kuat, berhasil menyentak kejiwaan si pelayan. Sebenarnya untuk menghadap si putra kedua Batara seperti di giring masuk kedalam lembah Kematian. Aura negatif yang muncul di sekitar laki-laki tampan itu amat kuat.
"Aku ingin keluar. Siapkan mobil." Titah Sky dengan raut wajah menakutkan. Ekspresi wajahnya berubah cepat. Tawa dan senyum merekah kini menghilang.
Si pelayan mengangguk cepat segera membungkuk dan berlalu keluar kamar.
"Astaga, Tuan Sky selalu menyeramkan." Gumam si pelayan, berlari menuruni tangga untuk segera mencari mobil di garasi. Tak ingin membuat si putra kedua Batara menunggu dan menghajarnya seperti dulu.
Alasan salah memberi sepatu berbuah pukulan di sekujur tubuh si pelayan. Bukan hanya itu, Semua pelayan yang bekerja di rumah Tuan Diki di paksa untuk menerima semua perlakuan buruk Sky. Uang lagi-lagi bertahta di atas segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Kesya
kk adik gak boleh dinikahiin karna masih sekandung
2022-12-30
0
yanti auliamom
Kok bisa ya menikahi kakak adik. Harusnya salah satu di ceraikan. Apalagi kondisinya kan juga sakit jiwa. Gapapa di cerai asal di rawat dengan baik
2022-02-19
1