Pria yang sedang merasakan tanggung itupun seketika lemas melihat binatang buasnya layu sebelum menyembur.
Riko mengguyar rambutnya kebelakang, dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Meskipun tidak jadi menebar bisa, namun sudah sempat celup-celup membuatnya merasa risih.
Entah mengapa hatinya merasakan jika sesuatu sedang menunggunya, namun dirinya tak tahu apa.
Riko selesai membersihkan diri setelah tiga puluh menit, kini dirinya nampak lebih segar.
Berjalan keluar dari hotel dengan hanya menggunakan kaus yang dilapisi jaket jeans, sarta celana jeans panjang dan sepatu sneaker.
Melihat pesan di ponselnya yang ternyata kedua temanya sudah menunggu di tempat biasa, Riko segera masuk ke dalam lift ketika pintu lift terbuka.
Sampai diloby dirinya yang fokus pada ponsel tak sengaja menyenggol lengan seseorang sehingga membuat ponsel di tangan nya terjatuh.
"Ah..maaf saya tidak sengaja." Orang itu mengambil ponsel Riko.
"Sekali lagi saya minta maaf tuan." Riko nampak melihat pria itu dengan kening mengkerut.
Riko menerima ponselnya kembali, dan pria itu sudah berjalan menuju lift yang terbuka.
Riko nampak berpikir seperti pernah melihat pria itu, tapi siapa?
Tidak ingin memikirkan hal yang tidak penting, dirinya kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran dimana mobilnya berada.
Malam jalanan nampak masih ramai karena memang masih jam sembilan malam. Riko adalah pria yang santai dalam melakukan apapun dirinya bukan tipe pria penggila kerja.
Baginya uang bukanlah segalanya, namun kesenangan tak bisa terulang kembali.
Dua puluh menit dirinya sampai di Bar tempatnya biasa, dimana kedua temanya menunggu.
Masuk ke Bar sudah membuat para wanita meliriknya, Riko termasuk pria yang begitu panas dengan tubuhnya yang tinggi dan gagah.
"Wuiisss muka lu seger bener Rik, kaya abis kena servis skincare." Ucap Bastian yang melihat Riko datang.
"Ck. gue malas cerita, yang ada lu pada tar ngetawain gue." Riko menjatuhkan tubuhnya di tengah-tengah Bastian dan Felik, membuat keduanya sedikit bergeser.
"Gak usah cerita kalo cuma masalah celup-celup teh sosoro." Ucap Felik santainya.
"Lu kira gue ngiklan." Riko menegak minuman didepannya.
"Udah berapa ronde lu Lik." Tanya Riko setelah menghidupkan rok*knya. Asap mengepul ketika Riko menghembuskan nya keudara.
"Gak usah tanya kalo cuma buat lu mengiri."
"Ck. muka lu predator banget sih Lik." Riko menatap Felik.
"Dia memang selalu jadi predator lapar, jika masuk kandang." Bastian tertawa.
"Gue curiga sama lu Bas, jangan-jangan binatang lu gak buas." Ucap Felik menatap bawah perut Bastian.
Reflek Bastian pun merapatkan kedua kakinya, membaut Riko dan Felik tertawa.
"Lu kalo ngomong gak bener Lik, binatang gue masih buas, kagak perlu di coba." Ucapnya dengan wajah kesal.
Kesal karena temanya mengira binatang miliknya tak berfungsi, enak saja... gini-gini Bastian juga pernah merawani anak orang. ehh
"Kita percaya kalo lu, bisa buktiin Bas." Ucap Riko.
Bastian menatap sengit kedua temanya itu. "Lu kira gue bahan percobaan."
"Ya, kan siapa tahu lu bohong." Ucap Felik dengan entengnya.
"Hisss... kalian itu menyebalkan." Bastian pindah di kursi sebelahnya, merasa gerah harus berdekatan dengan dua manusia yang sama-sama otaknya tercemar.
"Gue ngamar dulu deh." Felik beranjak pergi setelah melihat wanita yang dia incar datang.
"Jangan sampai tu anak ketularan virus..hiss.. amit-amit deh." Ucap Bastian bergeridik ketika melihat kelakuan Felik yang suka tak tahu waktu.
Riko hanya terkekeh dengan pikiran entah kemana.
Ingin bercerita namun tidak mungkin dengan kedua temannya itu, secara mereka masih jomblo tak tidak mungkin jika mengerti soal masalah perasaan.
"Lu kenapa Rik, kaya banyak beban gitu." Bastian yang memeprhatikan Riko pun bertanya.
Riko kembali menghembuskan asap rok*knya. "Lu pernah jatuh cinta Bas?" Tanya nya sambil mematikan Putung yang sudah tinggal setengah.
Bastian hanya melirik dan kembali menegak minumannya. "Gue gak tau apa itu cinta, tapi gue pernah ngerasain gimana rasanya ditinggal oleh orang yang sayang sama kita."
Riko hanya menganggukkan kepalanya. "Gue terlalu mencintainya Bas, sampai sekarang gue masih mengharapkan dirinya, meskipun sudah menjadi pemilik orang lain."
Riko menyandarkan tubuhnya di sofa, dan memejamkan matanya mengingat wajah Rere yang selalu dirinya rindukan.
"Lu jangan berbuat aneh-aneh jika dia sudah menjadi milik orang lain..Gue takut lu dapet julukan Pebinor." Ucap Bastian meledek, namun juga mengingatkan.
Riko hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Bastian. "Gue gak akan jadi Pebinor kalau dia bahagia Bas, tapi jika sebaliknya. You know lah."
Bastian hanya menggeleng kepala. "Lu masih bisa dapetin cewek yang ku mau, tanpa harus jadi Pebinor."
Riko kembali menegakkan duduknya ketika bayangan Rere menjadi-jadi di otaknya.
"Jika gue bisa, mungkin gue udah nikah."
"Nyatanya lu bisa celup-celup sana sini." Sinis Bastian.
"Ck. lu gak ngerti bas." Riko menghela napas dalam. "Gue aja selalu bayangin wajah dia kalo lagi di atas ranjang, dan itu semua semakin membuat gue menjadi."
"Wahh parah lu Rik." Bastian melempar kacang pada Riko. " Bini orang lu jadiin fantasi lu, parah lu." Bastian berdecak tak habis fikir.
Bisa-bisa nya temanya itu menggunakan istri orang untuk berfantasi di atas ranjang.
"Gue sebenernya gak mau, tapi mau bagaimana wajah dia selalu datang di otak gue ketika ***-***." Riko tersenyum menggoda didepan Bastian.
"Ngeri gue Rik, liyat senyum lu." Bastian bergeridik sendiri melihat senyum aneh Riko.
.
.
.
Rere bangun ketika penghuni rumah belum menampakkan kehidupan di pagi hari, dirinya selalu bangun pagi dan melalukan serangkai persiapan untuk diri nya sendiri. Di pagi hari Rere tidak pernah menyiapkan makanan, karena kebiasaan mereka tidak pernah sarapan pagi.
Rere sudah rapi dengan penampilannya, rumah sudah rapi ketika dirinya tinggal. Pagi ini ada barang yang akan di kirim ke tokonya, pesanan bunga yang dirinya perlukan untuk pesanan sebuah acara pernikahan.
Dengan semangat dirinya keluar dari kamar jam masih menunjukan pukul 06:15 menit namun Rere sudah ingin berangkat.
Ketika sampai di dapur tak sengaja dirinya akan menabrak seseorang yang juga baru saja ingin masuk dapur.
"M_mas." Rere menunduk.
Zidan hanya diam mengamati pakaian Rere, Memakai hodie kebesaran dan bawahnya rok. Zidan hanya tersenyum tipis melihat pakaian yang istri sirinya itu pakai.
Tanpa menjawab sapaan Rere, Zidan pun melangkah pergi menuju lemari pendingin.
Bisa Rere lihat jika suaminya itu tadi malam pasti sedang melakukan hubungan suami istri, mata Rere melirik leher Zidan yang terdapat bercak merah ketika pria itu menegak minumannya.
Rere buru-buru keluar dari dapur dan menuju pintu samping untuk menunggu ojek.
"Hisss ngeri kali melihat tanda di leher mas Zidan." Rere membayangkan Silla yang begitu buas dengan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ita rahmawati
kyk gitu masih betah aja re re 🤦♀️🤦♀️😏😏
2023-10-29
0
Abie Mas
silla buas buaya darat
2023-08-04
0
Aidah Djafar
Re re ..apalgi yg hrus diprthnkan ..?🤔🤦
keluarlah Re dari sangkar burung 🤔🤦menyesakkan !!
2022-12-26
1