Jika saja waktu bisa di putar, mungkin bagi pria yang masih saja merasakan hatinya menginginkan wanita yang begitu di cintai nya, Riko lebih memilih terluka fisik dari pada hatinya yang luka.
sudah bukan lagi sehari ataupun seminggu hampir enam bulan dirinya masih mengharapkan kekasihnya kembali.
Ingin menemui Rere namun itu tidak mungkin, dirinya takut jika melihat kenyataan bahwa Rere bahagia dengan pernikahannya. Tapi jika hanya memendam rasa akan membuat dirinya semakin tersiksa.
Riko sedang duduk di sebuah bar tempat biasa dirinya nongkrong bersama dua sahabat nya.
"Bos lu gak capek apa hidup lu begini terus." Felik menepuk pundak Riko, dan duduk disebelah bos sekaligus temanya itu.
"Gue capek juga gak ada yang perduli, malah gue pengen gimana caranya dia peduliin gue." Ucap Riko sambil minum.
"Wah..kayaknya bos lu udah mulai rada Lik." Ledek Bastin.
"Lu pikir gue udah gak waras." Riko melempar kulit kacang pada Bastian.
"Dia belum bisa move on bro." Felik menimpali.
"Lu pada gak tau rasanya mencintai, jadi pada ba*ot."
"Wehh kita-kita kan pria sejati bos, mencintai itu nanti ada urutannya." Ucap Bastian.
"Awas aja ntar kalo lu ngerasain apa yang gue rasain, semoga lu gak jodoh." Riko menatap sinis Bastian yang tertawa.
Bastian mengangkat kedua tangannya. "Ya Tuhan jika dia bukan jodoh ku, maka hapuskan lah kata bukan dari hidup ini." Ucapnya berdoa.
"Yeee...dasar duduk." Riko kembali melempar kacang lebih banyak kearah Bastian. Dan membuat Bastian tertawa ngakak.
"Beuhh barang bening bro." Felik menyentuh pinggang wanita yang menghampirinya.
"Ck. binatang loe, gak bisa tidur Lik." Riko yang menatap bawah perut Felik.
"Dia tau tempat menyembur bro." Felik berdiri dan mengajak wanita nya ngamar.
"Ck. males gue kalo lu pada udah pada ngamar." Bastian mendengus kesal.
"Itu sih derita lu, ngeb." Riko beranjak dari duduknya, entah pergi kemana.
.
.
.
"Mama ayo kita makan, ini spesial loh makanan untuk mama." Silla berwajah manis dan begitu lembut memperlakukan ibunya.
"Wahh kamu yang menyiapkan ini semua nak?" Tanya ibu Silla takjub.
"Hanya sedikit mah, dibantu juga sama pembantu." Silla melirik madunya yang sedang berdiri membelakanginya di wastafel.
"Suamimu belum pulang?" Tanya ibu Silla.
"Mas Zidan sebentar lagi pasti pulang mah." Ucapnya dengan menarik kursi untuk ibunya duduk.
"Suamimu pekerja keras sekali ya Sil." Ucapnya bangga.
"Iya dong mah, kalo gak gitu nanti anak mama dikasih makan apa?" Ucapnya dengan tawa.
Tak berselang lama suara mobil terdengar, dan langkah kaki mulai terdengar dari sepatu yang dipakai.
"Sayang kamu sudah pulang?" Silla segera menyambut kedatangan suaminya.
"Hm..sudah sayang, apa mama sudah sampai?" Tanyanya sambil memberikan tas nya.
"Sudah, sedang di meja makan, ayo kita makan dulu." Silla menggandeng suaminya menuju ruang makan dengan mesra.
Rere yang melihat itu hanya tersenyum miris, dirinya tidak pernah melakukan hal serupa meskipun statusnya juga istri Zidan, meskipun hanya istri siri namun dirinya juga berhak atas suaminya.
Ya, bidan menikahi Rere masih dengan status siri, karena tidak sempat mengurus surat-surat menikah dikarenakan waktunya begitu mendadak dan mendesak, Zidan sudah menyakinkan kedua orang tua Rere jika dirinya akan secepatnya mengurus surat nikahnya ke kantor agama. Namun sampai sekarang Zidan masih anteng dan diam saja, membuat Rere tidak perduli lagi.
Dengan keadaan seperti ini Rere tetap menjalani kewajibannya melayani suami serta madunya.
Biarkan waktu dan takdir yang akan menentukan kapan dirinya bisa mengakhiri semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Chen Chen
ku kira rere judes & pintar ehhh ternyata bego...
masa diam aja...
itulah kalau berlaku pernikahan siri masa bs sah di agama pdhal g sah di mata hukum bego kayak g laku aja wanita yg mau di siri itu menjdkan wanita rendahan gak punya martabat 🤣
2024-11-27
1
Ita rahmawati
masa udh berbln2 ortunya masih gk tau,,krn jauh it ap ya 🤔🤔
2023-10-29
1
Abie Mas
gmna ortu rere kok pasrah anaknya dinikahi siri
2023-08-04
0