...1...
Sebuah vespa berwarna orange terlihat sedang melaju bersama beberapa kendaraan. Seorang pria paruh baya sedang membonceng seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah.
Gadis itu tersenyum lebar hingga membuat kedua pipinya mengembung lucu. Seragam yang ia kenakan bukanlah seragam sekolah biasa, tapi seragam sekolah salah satu sekolah terfavorit di kota Milver, yaitu Milver High School. Sekolah berakriditas terbaik dengan fasilitas yang memadai.
"Popsy, apa Popsy akan pulang ke desa hari ini?" celetuk sang gadis melempar pertanyan dengan sedikit berteriak dari belakang sang ayah.
Raehan Angelina, itulah namanya. Gadis berbola mata coklat dengan bulu mata yang tidak lentik. Bibir yang dioles lipbam pich itu tersenyum lebar sambil memeluk erat pingang pria yang di panggil Popsy. Bandana berwarna cream berbentuk telinga kelinci terpasang lucu di atas kepala. Penampilannya sedikit kekanak-kanakan, tapi percayalah, kini dia menginjak kelas sepuluh.
"Iya, Rae. Popsy harus pulang sore nanti. Popsy tidak bisa terus menemanimu di sini, Popsy harus bekerja juga. Jagalah dirimu di kota asing ini. Setiap sebulan sekali Popsy akan datang untuk menjengukmu. Jadilah, anak yang berprestasi, jangan membuat ulah lagi seperti sekolahmu di desa," pesan Pak Levi pada putri cantiknya itu. Sementara itu, ia terus memutar gas motor untuk sampai di sekolah baru sang putri.
Sebuah bangunan mewah menjulang tinggi dengan pelang besar di depannya. Milver High School. Raehan segera menapakkan kakinya di trotoar. Ia tersenyum dengan sangat lebar sambil berdiri tegap, memandang takjub bangunan kokoh di depannya. Pak Levi menurunkan standar vespa. Ia tidak memungkiri, jika sekolah ini adalah tempat bersekolah Raehan.
"Wahhh, Rae, sekolah barumu sangat bagus dan besar," puji Pak Levi memandangi wajah sumringah putrinya.
"Aku pasti sangat nyaman bersekolah di sini Popsy. Sekolahnya sangat luar biasa. Aku pasti, tidak akan rindu rumah dengan sekolah di sini." Raehan memicingkan matanya.
"Popsy harap juga begitu. Jadi, Popsy tidak khawatir jika kamu nanti merenggek terus ingin pulang ke rumah, dan Momsy tidak perlu susah-susah membujukmu," kilah Pak Levi tersenyum jahil.
"Ihhh, Popsy. Apa artinya, Popsy mengusirku dari rumah?" sungut Raehan dengan bibir yang dimanyunkan ke depan.
"Ahhh, Sudahlah. Pokoknya kamu harus jaga diri di kota asing ini. Jangan lupa, menelpon Popsy kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan. Sekarang masuklah! Popsy akan segera mengemas dan mengejar kereta untuk ke desa. Ingat jangan ikuti trend pergaulan di sini, mengerti!" pesan Pak Levi panjang lebar dengan mengayun-ngayunkan jari telunjuknya di depan wajah sang putri.
"Baiklah Popsy. Aku akan masuk, Popsy hati-hati ya. Jangan lupa, makan saat di perjalanan nanti. " Raehan memeluk sang ayah singkat dan mengecup pipi Pak Levi hangat.
Pak Levi juga tidak tinggal diam, sebelum pergi dia mencium pucuk kepala sang putri. Yang mulai sekarang tinggal jauh dari keluarga. Putri kecil dan cerewetnya akan tinggal sendiri di kota Milver ini yang sangat baru untuk putri sulungnya tersebut. Pak Levi mencabut kunci Vespa dari lubangnya, kemudian memberikan kuci itu pada Raehan.
"Jaga si orange dengan baik. Mandikan dia setiap sekali seminggu. Bersikap baiklah padanya, Mengerti!" ujar Pak Levi lagi dengan tangan mengelus motor vespa tersebut.
"Iya, Popsy yang bawel," dengus Raehan pelan. Melihat tingkah sang ayah yang begitu menyayangi vespa orange ini.
Mulai sekarang dan seterusnya vespa tersebut akan menjadi patner Raehan. Ia akan mengendarai vespa jaman jadul ini untuk berangkat dan pulang sekolah.
"Masuklah!" peritah Pak Levi dengan memasang senyum tidak rela. Sebenarnya ia tidak rela jika harus membiarkan sang putri hidup sendiri, tapi yakinlah dirinya melakukan semua ini karena memiliki alasan yang kuat. Raehan melangkahkan kakinya, meninggalkan sang ayah yang masih mengawasi dirinya.
Beberapa orang siswa maupun siswi mulai datang berdatangan. Suasana sekolah benar-benar ramai, berbeda dengan sekolahnya dulu. Dimana siswanya bisa dihitung dengan mudah.
Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di sini. Pasti akan sangat menyenangkan. Batin Raehan memasang wajah senang dan gembira. Bahkan, Raehan sampai berjinjit dan menahan tawa karena kini hatinya sangat berbunga-bunga.
"Perhatian, perhatian! Untuk seluruh siswa-siswi baru, untuk segera ke lapangan utama karena kegiatan hari ini akan segera dimulai!" Suara seseorang dari spekear itu mengalihkan perhatian Raehan.
Dirinya semakin bersemangat saat mendengar panggilan tersebut. Kegiatan akan segera dimulai. Hari pertama sekolah pasti akan sangat menyenangkan. Semua siswa-siswi kini berhamburan menuju sumber suara. Khususnya para murid baru yang akan melaksanakan MPLS, yaitu Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Semua murid baru sudah berkumpul di lapangan utama. Lapangan yang begitu luas dengan ukuran yang tidak bisa di ukur oleh Raehan. Ia sejak tadi hanya menyunggingkan senyum sambil tangannya memegang rangsel. Hari ini ia benar-benar bersemangat.
Akan tetapi, di sini ia juga sedikit minder dan insecure. Alasannya karena masalah tinggi badan. Yah, tinggi badannya hanya 150 cm. Hal itu membuat dirinya lebih pendek dari teman-temannya yang lain.
Namun, hal itu tidak menjadi peluntur semangat Raehan. Di barisan sebelah sana, juga ada siswi yang memiliki tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengan dirinya. Mungkin nanti, ia bisa berteman dengan siswi tersebut yang terlihat sangat berkelas.
"Hitungan ketiga. Kalian harus sudah berbaris dengan rapi! 1 ... 2 ... 3 ...!" titah seseorang yang begitu jelas terdengar.
Seluruh siswa segera merapikan barisan mereka. Tidak terkecuali Raehan yang segera merangsek untuk mendapat barisan terdepan. Dirinya tidak ingin berbaris di bagian belakang karena pasti tubuhnya tidak akan terlihat.
Seorang siswa laki-laki dengan rambut biru, tengah mondar-mandir sambil memegang speaker. Siswa laki-laki tersebut terus memberikan intruksi untuk merapikan barisan. Sesekali, dia turun tangan mendorong dan merapikan barisan siswa maupun siswi baru.
"Hei, kamu! Apa tidak mengerti aturan baris berbaris," ketus orang tersebut sambil menyenggol bahu Raehan.
Raehan terkejut akan suara bariton dan ketus yang berasal dari belakangnya. Raehan segera membalikkan tubuh, netranya mendapati seorang siswa senior berwajah tampan dengan rambut hitam berkilau. Siswa laki-laki itu memandang Raehan dengan ekspresi jutek.
"Maaf, Kak. Aku akan pindah ke belakang." hembus Raehan dengan sedikit gugup, melihat ekspresi pria itu yang sama sekali tidak bersahabat dengannya.
"Baris sesuai tinggi badanmu!" serunya lagi penuh penekanan.
...----------------...
...****************...
Terus pantangin cerita nya ya...
Like
koment.
Vote
gift.
Rak favorit.
Yuk dukung terus karya ini....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
@Kristin
Senasib re wkt sekolh dulu selalu baris di depan. 🤦 dan selalu minder juga
2022-10-06
1
Kaisar Tampan
aku udah mampir kak.
bantu dukung karyaku juga ia
simpanan brondong tampan
2022-07-08
0
Yuni Verro
kasihan reihan
2022-05-13
1