Tania dengan seringai licik di wajahnya sudah dapat di pastikan jika kali ini ia akan menghukum Alena dengan hukuman yang menyenangkan hatinya...
"Lagi-lagi terlambat... Mau jadi apa kau besok??" sinis Tania..
"Menjadi istri yang baik untuk suamiku dan ibu yang baik untuk anak-anak ku.. Bukankah itu cita-cita yang mulia kakak.." Alena menjawab dengan santai membuat ketiga sahabat Axton tertawa terbahak-bahak..
"Diam!!" Tania membentak ketiga rekannya agar segera diam karena jawaban Alena..
"hukumanmu hari ini adalah berlari mengelilingi lapangan sepak bola sebanyak 10 kali jika kau masih ingin bersekolah di sini.. Setelah itu pulanglah karna sekolah ini tidak mentolerir segala bentuk keterlambatan!!!" perintah Tania..
"Siap laksanakan kakak!!!" Kali ini Alena tak membantah kata-kata Tania, ia meletakkan tasnya dan segera berlari mengelilingi lapangan di bawah terik sinar matahari yang sangat panas.. Jika dilakukan pagi hari percayalah Alena akan bersemangat karena ia gemar olahraga, namun ini di saat semua temannya menikmati makan siangnya.. Ia tetap melakukannya tanpa mengeluh, hingga putaran ke 8, Alena melihat Axton datang dan seperti sedang bertengkar dengan Tania.. Entah apa yang sedang mereka perdebatkan, Alena tak ingin mengetahuinya.. Ia hanya ingin menjalani hukumannya hingga selesai..
Setelah 10 putaran, Alena berhenti dan perlahan menghilang dari sana.. Ia membutuhkan kesejukan saat ini.. Lagi-lagi Alena memutuskan untuk pergi ke rooftop dan tiduran di bawah pohon yang ada di sana... Alena menutup wajahnya dengan tissue basah karena ia merasakan kulitnya seperti terbakar..Kali ini ia menyesal karena tak memakai sunblock seperti dua sahabatnya.. Alhasil muka dan leher Alena sangat kontras karena wajahnya yang gosong akibat kepanasan.... Sepertinya ia harus melakukan perawatan mahal untuk mengembalikan kecantikannya pikirnya... Terlalu banyak berpikir dan lelah rupanya membuat rasa kantuk yang hebat menyerangnya... Tak butuh waktu lama untuk ia bisa tertidur pulas..
Axton mengedarkan pandangan ke lapangan mencari Alena yang sudah tak ada di sana, Ia meninggalkan perdebatannya dengan Tania dan mencari keberadaan Alena.. Axton mencari Alena ke rooftop dan benar saja gadis itu sedang tidur di sana... Axton menggelengkan kepalanya melihat Alena yang tidur seperti orang mati... Perlahan Axton membangunkan Alena untuk minum, ia takut jika Alena dehidrasi setelah berlari di bawah terik matahari...
Sayup-sayup Alena melihat wajah Axton di atasnya, perlahan ia bangun dan menyandarkan tubuhnya di batang pohon... "Ada apa kakak mencariku??" ucap Alena sembari menguap..
"Kau belum makan bukan.. Ini untukmu.." Axton meletakkan sebuah box makanan untuk Alena, belum sempat Alena menjawabnya ada seorang gadis yang berteriak "Jadi kau memberikan makan siang yang seharusnya untukku padanya Ax???"
Seketika Alena membelalakan matanya, Axton segera berlari ke arahnya dan mencoba membujuk gadis itu agar tenang.. Alena meraih bekal yang dibawakan oleh Axton dan turut mendekat..
"Kakak, ini makananmu.. Aku belum menyentuhnya sama sekali" ucap Alena dengan tulus..
"Aku lucy kekasih Axton, jangan coba-coba mendekati kekasihku.." Lucy mencoba memperingatkan.. Alena memandang Axton dan Lucy bergantian lalu tersenyum "Kak lucy sepertinya salah paham... aku tak ada hubungan dengan kekasih kakak.. Permisi sudah saatnya untuk pulang.." Alena melenggang pergi dengan santai..
"Alena..." Panggilan Axton diabaikan oleh Alena, sungguh ia tak ingin dicap sebagai pelakor... Alena berjalan dengan lemas, ia duduk menanti supirnya datang menjemput..
"Aleeeennn.." teriak Bella dan Vanya ketika melihat sahabatnya duduk sendirian di depan sekolah..
"Ngapain lu di sini?? Lu baik-baik aja kan??? Kok lu lemes banget sih len" tanya Bella dengan penuh kekhawatiran..
"Lagi ngemis!!! nunggu supir gue ga dateng-dateng... Capek gue, kangen sama kasur..." jawab Alena sekenanya..
"Lu mau bareng mobilku aja??" Vanya menawarkan..
"Ga usah lah say... Kasian supir gue udah otw..."
Alena tetap pada pendiriannya untuk menunggu supirnya hingga Bella dan Vanya sudah duluan dijemput, kini Alena menunggu sendirian di depan pagar sekolah.. Saat itu mobil Axton keluar dari halaman sekolah, Alena melihatnya dengan jelas jika Axton sedang bersama dengan Lucy... Alena mengalihkan pandangannya seolah tak pernah melihat Axton, berbeda dengan Axton yang tak berhenti menatap Alena..
"Ngimpi apa gue yaa.. gini-gini amat hidup gue..." gerutu Alena..
Tin
Sebuah klakson mobil mebuyarkan lamunan Alena, ia merasa tak mengetahui mobil siapa itu makanya Alena tak bergeming.. Ia masih pada mode menunggu supirnya yang biasanya tak pernah terlambat menjemputnya...
Kaca pintu belakang sedan mewah itu pun terbuka dan menampilkan sesosok wanita yang tak asing untuk Alena..
"Omaaaa..." Senyum terbit di wajah cantik Alena, Alena segera berdiri menghampiri oma, meraih tangannya dan menciumnya..
"Apa oma sedang kebetulan lewat sini???"
"Yaaa... aku ingin mengajakmu makan siang sebagai ucapan Terima kasihku..."
"Akhh,, aku belum mengatakan pada supirku oma, mungkin lain kali kita bisa pergi bersama.. Kasihan jika ia tidak menemukanku nanti" Alena mencoba beralasan karena sebenarnya ia merasa sedang tidak enak badan...
"Oma sedih kau menolak oma..." Oma memasang muka terluka yang dibuat-buat..
"Akh oma... Sungguh aku ingin ikut tapi bagaimana dengan supirku..."
"Oma tadi sudah bilang padanya jika oma yang akan mengantarmu pulang.. Kau mau menunggu nya sampai jam berapa Alena???"
"Waaah ternyata oma sudah merencanakan ini semua.. Baiklah jika begitu aku ikut dengan oma..."
Alena masuk ke dalam mobil dan di sana obrolan keduanya dimulai.. Oma menanyakan hukuman apa yang diterima Alena karena datang terlambat namun Alena tak menceritakan jika ia dihukum berlari sebanyak 10kali... Ia tak ingin membuat oma khawatir jadi ia hanya bisa menyembunyikan hal itu...
Oma mengajaknya ke salah satu hotel bintang 5 untuk . makan siang, Alena melongo tidak percaya.. "Ohh oma, makan siomay atau batagor pinggir jalan juga Alen doyan, tak perlu mengajak Alen kemari"
"Kau harus banyak makan makanan bergizi Alen..." nasihat oma..
"Baiklah jika begitu keinginan oma, aku tak akan menolaknya..." Alena memakan semua makanan yang dihidangkan, oma sangat senang melihat Alena yang suka makan itu.. Badannya kecil tapi sebanyak apapun ia makan ia tak bisa gendut sama sekali... Mungkin energinya banyak dipakai untuk memikirkan hal yang tidak penting sehingga ia tak kunjung berisi...
"Oh yaa Omaa... wajah oma seperti bule.. Apakah aku salah??" tanya Alena sembari menatap hidung mancung oma..
"Yaa.. oma dari London Alen..."
Alena hanya mengangguk, wanita di hadapannya ini walaupun sudah tua tapi masih terlihat sangat cantik.. Alena menyandarkan dirinya di kursi serta mengelus perutnya yang tidak buncit sama sekali setelah memakan semua hidangan... Oma sangat menyukai kepolosan dan tingkah Alena yang apa adanya dan tidak di buat-buat...
"Apa oma bisa bertemu dengan orangtuamu Alen??"
Alen langsung terbangun dan membulatkan matanya "Apa oma akan bilang jika aku menggunakan pistol untuk menembak dua perampok tadi oma???" Alena terlihat sangat panik..
"Hehe.. memangnya kenapa Alen jika oma membicarakan hal itu pada kedua orang tuamu??" rasa penasaran oma cukup tinggi, sebenarnya bukan itu poinnya tapi oma mengikuti kemana arah pembicaraan Alena..
"Oohhh omaaa, mama bisa memarahi aku hingga tekanan darahnya naik.. Ia berharap aku bisa menjadi wanita yang anggun seperti kakak, sayang sekali aku tidak cocok menjadi seorang princess..."
"Kau masih punya kakak wanita??"
Alena mengangguk "Monita namanya, dia adalah definisi wanita yang sesungguhnya oma... Percayalah oma pasti menyukainya jika bertemu dengannya... Dia dua tahun di atasku oma..."
"Kau cantik dan menyenangkan Alen.. " puji Oma
"Apakah oma sedang mengagumiku???" Alen tergelak
"Aku sangat menyukaimu sejak pertama kita bertemu Alen..."
"Oma seperti sudah lama mengenalku saja..." Alen meringis menunjukkan barisan gigi putihnya yang rapi...
"Begitulah kira-kira..." jawab oma seadanya...
Selesai makan, Oma mengajaknya untuk pulang namun Oma melewatkan meja kasir, Alen mengerutkan dahinya.. "Apa oma lupa jika harus membayar semua makanan yang sudah ku makan tadi" batin Alena..
Alena berhenti di depan meja kasir dan menanyakan bill nya namun sang kasir bersikukuh untuk tidak memberikan billnya jika bukan yang pesan..
"Alasan macam apa itu??? Cobalah cari alasan yang masuk akal.." ucap Alena..
Menyadari Alena yang tidak mengikutinya, Oma berbalik mencari keberadaan Alena yang sedang berdebat dengan kasir restoran.. Oma mendekat, membuat sang kasir banjir keringat...
"Kenapa Alen??" sapa Oma lembut namun dengan tatapan tajam kepada sang kasir..
"Aku hanya minta bill nya oma dan dia tidak memberikannya..." Alena mencoba menjelaskan duduk perkaranya..
"Ohh iya maaf, oma tadi lupa membayarnya sayang" Oma mengelus wajah Alena dan beralih ke kasir untuk meminta bill nya... Setelah oma mendapatkan billnya, oma mengeluarkan blackcard miliknya untuk membayar makan siangnya...
"Oma biarkan aku saja yang membayarnya...." Alena mendorong blackcard oma dan menggantinya dengan kartunya...
"Ta-tapii..." kasir itu tergagap..
"Lakukan atau aku akan marah!!!" ancam Alena..
"Baik nona.." kasir itu mengangguk ketakutan karena tatapan oma sudah seperti tatapan membunuh..
Setelah semua selesai, Oma dan Alen menuju mobil oma untuk pulang... Lagi-lagi Alena membuat oma kagum dengan caranya tadi...
"Harusnya oma yang membayarnya.. Bukankah oma yang mengajakmu makan siang??" Oma membelai rambut panjang Alena dengan penuh kasih sayang...
"Hehe.. aku tidak enak oma, aku makan banyak sekali...." Alena mencoba mencari alasan yang masuk akal, ia cukup tahu diri karena ia memang menghabiskan semua hidangan hingga bersih tak bersisa...
Setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di kediaman orang tua Alena..
"Sudah sampai, mari masuk oma..." tawar Alena..
"Baiklah.." Oma menyetujuinya karna ia ingin bertemu dengan kedua orang tua Alena..
Semua pelayan menyapa ramah Alena dan Alena membalasnya dengan senyuman hangat lalu bertanya "Apa kalian sudah makan siang???"
"Belum non, kami menunggu nona pulang..."
"Lain kali tak perlu menungguku, jika sudah saatnya makan maka kalian harus makan... Kalau kalian kena tipes kan aku juga yang rugi..." Alena mengerucutkan bibirnya...
"Ahh nona bisa aja.." para pelayan tertawa mendengar ucapan Alena...
"Bibi, Alen minta tolong buatkan minum untuk oma ya..Juice aja bi yang bagus buat kesehatan..."
"Baik non.."
Alena mempersilakan oma untuk duduk dan lagi-lagi oma terpukau dengan kepribadian Alena.. Ia tak memandang pelayan sebagai pekerja, Alena benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik dan perhatian....
Setengah jam berbincang tak ada tanda kedatangan orang tua Alena "Apa orangtuamu sedang pergi???"
Alena mengangguk "Mereka sedang ada urusan di Korea dan akan kembali kemari bersama kak monita besok"
"Baiklah jika begitu oma pamit pulang, lain kali oma akan berkunjung kemari sayang..."
Alena mengangguk dan mengantarkan oma hingga mobil, tak lupa juga ia mencium tangan oma...Begitu mobil oma tak terlihat, Alena masuk ke dalam rumah.. Ia harus mandi karena tubuhnya sudah sangat lengket...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments