Hari ini adalah hari kedua orientasi di sekolah Alena, kedua temannya tidak menginap karena takut bila kesiangan lagi.. Alena bisa bangun subuh karena ia mendapatkan tidur yang berkualitas semalaman, dia segera pergi ke dapur membantu para asistennya membuat sarapan... Alena memperlakukan semua pegawainya seperti keluarga, ia tak segan-segan membantu pekerjaan rumah hingga para pekerjanya merasa sungkan...
Selesai menyiapkan sarapannya, Alena bersiap sarapan.. Ia sarapan sendirian karena kedua orang tuanya sedang mengurus bisnisnya di Korea.. Kakak pertamanya bernama Raditya, ia berprofesi sebagai dokter dan pagi ini ia belum pulang jaga dari rumah sakit.. Kakak keduanya bernama Monita, kini ia sedang menempuh pendidikan di Paris.. Ia ingin sekali mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang designer makanya ia memutuskan untuk sekolah di Paris...
"Bibiii..." panggil Alena
"Ya nona.. ada yang bisa bibi bantu??"
"Kemarilah panggil semua pelayan di sini, duduk dan temani aku sarapan..."
"Tapi non.."
"Tak ada bantahan bi, atau aku akan marah..." ancam Alena..
"Baik nona"
Semua pelayan duduk di kursi yang sama dengan Alena, mereka dengan antusias mendengarkan cerita Alena tentang orientasi hari pertamanya kemarin.. Alih-alih prihatin, mereka justru terbahak-bahak mendengar kisahnya...
"Sudah cukup hiburan pagi ini, aku akan bersiap.. Hari ini suasana hatiku sedang senang makanya aku tak akan membuat masalah hari ini...Kalian harus menghabiskan semua yang ada di meja makan ini okay??" ucap Alena sembari berjalan ke kamarnya untuk mandi...
"Nona Alena memang sangat baik hati ya..." ucap salah seorang pelayan..
"Iya benar, hatinya benar-benar tulus.. Itulah mengapa aku enggan mencari pekerjaan lain, hubungan kita dengan nona Alena sudah sangat dekat.. Ia bahkan memperlakukan kita layaknya saudara.. Ia membagi makanan yang ia makan kepada kita tanpa membeda-bedakan.. Ia selalu memberi kita hadiah saat kita berulang tahun, membawakan oleh-oleh setelah pulang liburan bahkan kadang ia mengajak kita liburan bersama..." Bi Sum membicarakan bagaimana baiknya Alena selama ini walaupun usianya masih sangat muda..
"Iya benar" semua setuju dengan pendapat bi Sum..
Mereka segera menghabiskan sarapan mereka dan kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.. Alena sudah siap untuk berangkat ke sekolah pagi ini, seperti biasa ia akan berangkat bersama supir pribadinya... Di tengah perjalanan supir Alena mengerem mendadak karena menghindari seorang nenek-nenek di depannya.. Alena terkejut karena badannya ikut terbanting ke depan, beruntung ia memakai Seatbelt sehingga ia hanya terkejut saja..
Alena segera turun membantu nenek-nenek tadi untuk berdiri.. "Maaf oma kami kurang berhati-hati, apa ada yang terluka?? Mari kita ke dokter..." Alena mengucapkannya dengan tulus..
"Nak, oma baru saja di rampok dan di tas oma ada berkas penting..." Oma itu terlihat panik dan nafasnya tidak beraturan seperti habis lari maraton..
"Whaaaattt???" Alena segera berbalik melihat dua pria yang sedang berlari membawa kabur tas oma..
"Oh mama maafkan Alena kali ini..." Alena berlari ke dalam mobil mengambil pistolnya lalu menembak kaki dua orang perampok itu... Alena berlari untuk mengambil tas oma namun masih ada perlawanan dari dua perampok itu... Bukan masalah besar, berkat dari TK papanya memasukkan Alena ke kelas bela diri maka Alena menghajar mereka.. Setelah berhasil melumpuhkan kedua perampok itu, Alena menelpon kantor polisi agar dua perampok itu bisa ditangkap... Alena berlari membawa tas milik oma dan menyerahkannya...
"Oma ini tas anda..Silakan di periksa apakah isinya masih utuh" Alena mengulurkan tas itu pada oma itu dan segera diperiksa isinya.. Oma itu bisa menghembuskan nafas lega saat mengetahui bahwa dokumen pentingnya masih ada di sana...
"Ohh oma, maafkan aku... Ikutlah denganku dan supirku akan mengantar oma ke rumah sakit.. Aku akan menghubungi kakakku, ia adalah seorang dokter... Ku mohon jangan menolak permintaanku oma... Aku merasa bersalah karena hampir saja menabrak oma.. Jika oma tak mau menuruti kata-kataku, aku bisa mimpi buruk selama tujuh hari tujuh malam...Pleaaasee..." Alena mengatupkan kedua tangannya di dada sebagai bentuk permohonan..
Oma itu tertawa mendengar penuturan gadis muda di hadapannya itu.. Ia memperhatikan seragam sekolah yang dipakai oleh Alena dan dengan senang hati sang oma menuruti kata-kata Alena... Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Alena..
"Ini sudah pukul 7 nak, apa kau tidak akan terlambat pergi ke sekolah..." tanya oma..
"Iya terlambat, tapi tidak apa-apa.. Yang penting aku harus memastikan oma dalam kondisi yang baik-baik saja..." Alena tersenyum tulus..
"Bagaimana jika kau di hukum nak??"
"Hmm.. itu sudah pasti oma.. Oma tak perlu memikirkan hal itu, aku bisa menanggung semuanya bahkan jika sekolah mengeluarkanku karena aku tidak tertib maka dengan senang hati aku akan mencari sekolah lain.. Oma tak perlu khawatir berlebihan.. Ada banyak sekolah namun hanya ada satu oma seperti anda bukan..." Alena mengerling jenaka..
"Kau anak yang luar biasa.. Aku menyukai pola pikir dan caramu memperlakukan orang lain.. Orang tuamu sudah berhasil mendidikmu dengan baik..." Oma itu tersenyum hangat..
"Oh oma, aku terharu karna tak ada orang yang menyanjungku sebaik oma..." Tanpa ragu-ragu Alena memeluk sang oma layaknya omanya sendiri..
15 menit perjalanan sampailah Alena dan oma di rumah sakit tempat Radit praktek.. Radit sedari tadi sudah mondar-mandir di depan untuk memastikan korban yang ditabrak Alena dalam kondisi yang baik-baik saja... Ia adalah kakak tertua dan harus bertanggung jawab saat kedua orang tuanya sedang pergi.. Begitu melihat mobil Alena, Radit segera mendekat dan memeriksa kondisi Alena dan Oma..
"Apa kau baik-baik saja??" tanya Radit khawatir..
"Ya aku baik-baik saja, tolong lakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Oma dan pastikan semua baik-baik saja..." ucap Alena cemas..
"Tenanglah semua akan baik-baik saja" Radit mengacak rambut adiknya lalu membawa sang oma untuk melakukan pemeriksaan.. Satu jam berlalu dan semua hasil pemeriksaan baik-baik saja.. Alena bisa bernafas lega kali ini, ia membawa oma kembali ke mobil..
"Oma.. katakanlah dimana rumah oma.. Kami akan mengantar oma.." ucap Alena dengan sopan..
"Ke sekolahmu saja dulu, kau sudah sangat terlambat bukan Alena??"
"Apa tidak apa seperti itu oma??" Alena tampak ragu, rasanya tak sopan jika ia tak mengantarnya hingga ke rumah..
"Kau sudah mendengar dari kakakmu jika hasil pemeriksaan oma semuanya baik.. Lalu apalagi??"
Alena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mengangguk atas jawaban dari pertanyaan oma.. Supir Alena melajukan mobilnya menuju sekolah Alena.. Setibanya di sana Alena meraih tangan oma dan menciumnya "Aku pamit oma, semoga kita bisa bertemu lagi.. Jaga kesehatan oma dan tetap hati-hati karna sekarang banyak orang jahat... Sampai jumpa oma.."
Setelah berpamitan Alena turun dari mobil mengabaikan Axton yang melihatnya datang terlambat... Axton tak mencegahnya masuk malah ia mendekat ke mobil Alena.. Bagi Alena ini kesempatan baik dan Alena segera masuk ke sekolah..
Sialnya Tania sudah siap untuk menghukum Alena karena terlambat lagi di hari keduanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments