Bahagiaku Sederhana
Drrttt..drrt...
Diliriknya handphone milik Devan.
"Dev...sunshine telpon tuh.."
Devan yang tadinya berbaring malas-malasan,dengan cepatnya loncat dari tempat tidur lalu menjawab panggilan itu.
"Hallo san..."
...
"Iya sayang... Aku akan tepati janjiku, Sabtu besok kita jalan-jalan ya"
...
Rangga bosan kalau sepupunya itu pamer kemesraan, jiwa jomblonya seakan meronta-ronta iri mendengarnya.
Ia terpaksa segera keluar dari kamar sepupunya itu dengan lirikan mata kesal.
"5 hari itu nggak lama kok, yang sabar ya nanti kita langsung ketemuan aja di mall xx..oke bye sayang"
Panggilan terputus..
Devan tersenyum bangga melihat banyaknya chat masuk di handphone nya itu, mulai dari yang menanyakan kabar dirinya sampai laporan tentang kabar si pengirimnya.
Sementara itu di teras, Rangga duduk bertemankan laptop dan secangkir teh.
Duda keren itu sedang disibukkan dengan tugas akhir, kelulusannya nanti merupakan hasil kerja keras selama ini. Dia ingin menjadi seorang dokter.
Devan keluar rumah lalu menghampiri Rangga "Sedang apa bro ? Sibuk bener"
Rangga hanya melirik sekilas tanpa menjawab.
"Ah iya.. sepupu gue yang satu ini kalo udah fokus susah diganggunya, tukang sate lewat sampe nggak kecium baunya, tukang bakso lewat nggak kedengeran ting ting mangkoknya"
Devan duduk di kursi depan rangga dengan ocehan yang masih tak dihiraukan sang duda.
"Van... mama mau ngomong sebentar dong" Bu Sandra nampak duduk disamping Devan sambil mengelus pundaknya. Salad buah yang ia bawa diletakkan dekat laptop Rangga.
"apa mama sayang?" sahut Devan.
"mau ya mama kenalin sama anak temen arisan mama !"
"kok maksa sih ma?"
"yang ini tuh mantep Van,super cantik, lulusan luar negri, udah punya usaha sendiri, baik ,bicaranya lembut, sopan , dan yang pasti orang tuanya pun sepadan sama kita" jelas Bu Sandra meyakinkan Devan untuk mau ia jodohkan dengan pilihannya.
"tinggal di luar negri tuh pergaulannya bebas mah, apa mama bisa jamin dia masih ori?"
"Van, dia belum pernah pacaran belum pernah kenal cowok kecuali ayahnya lah, ya pasti dia alim" Bu Sandra kekeuh pada pendapatnya yang memang selalu menilai orang langsung pada covernya.
"pokoknya kenalan aja deh dulu, masalah kecocokan bisa di atur lagi, pikirin baik-baik dari pada kamu macarin cewek nggak jelas bibit bebet bobotnya diluaran sana".
ujar Bu Sandra berlalu pergi, masuk kedalam rumah.
"udah lah Van mau aja dijodohin ! biar cepet jadi CEO "timpal Rangga seraya menyicipi salad buah dekat laptopnya itu.
"pilihan mama aku kurang sreg, selalu aja buru-buru minta dinikahin ! mumpung masi muda man harus banyak berpetualang dulu" ujar Devan tanpa beban. Lalu ikut mengambil potongan salad buah yang sedang dimakan Rangga.
Devan sebagai anak tunggal yang selalu dimanja membuatnya tumbuh menjadi seorang yang egois, selalu semaunya sendiri tak mau hidupnya terbebani oleh tanggung jawab. Makanya walau di usianya sudah menginjak dewasa kepemimpinan perusahaan tempat ia bekerja masih diambil alih oleh om Erik adik angkat ayahnya sebagai CEO.
"Van... lihat mangkok salad buah mama nggak ?" tanya Bu Sandra, suaranya terdengar mendekat.
"ada nih" teriak Devan, dia pun menyerahkan mangkok bergambar ayam jago itu kepada mamanya.
"dasar nggak ada akhlak" celetuk Bu Sandra saat menerima mangkok kosong dari Devan.
..........
"Sudah 4 hari tidak ada kabar. Dikantorpun jangankan makan siang, dia tak pernah sekedar basa-basi menyapa..lalu aku harus apa? Sudah 2 tahun hubunganku digantung seperti ini. Aku bosan !"gumam Sania.
Didalam kamar rumah minimalis miliknya, Sania sering kesepian.
Di umurnya yang baru menginjak 22 tahun pemikirannya sudah cukup dewasa.
Tamat sekolah SMK dia memutuskan untuk merantau ke ibu kota.
2 tahun bekerja tenyata nasib baik berpihak padanya, disaat teman-temannya habis masa kontrak kerja Sania justru diangkat sebagai karyawan tetap.
Gaji yang lumayan besar tak membuat Sania berfoya-foya. Selain ditransfer kepada kedua orang tua, Sania memikirkan betul untuk masa depannya.
Sania gadis yang supel dan periang. Rajin dalam bekerja,ketika banyak overtime kesempatan itu selalu diambil tanpa kenal lelah.
Menghabiskan waktu untuk membaca novel adalah cara Sania menghilangkan rasa kesepian dan penat setelah seharian bekerja.
Rumah cluster minimalis modern type 50/72 tertata cantik rapi setiap hari hanya dtinggali oleh Sania seorang.
Tak masalah punya rumah walaupun seorang perempuan yang kemungkinan nanti setelah menikah dia harus ikut suami, rumah itu investasi, jika memang tidak ditempati bisa dikontrakkan atau dijual lagi untuk tabungan masa depan. Begitulah cara berpikir Sania.
Hari yang dijanjikan Devan pun tiba. Sania tengah bersiap merias diri untuk bertemu Devan.
"Selamat pagi non..sepertinya mau pergi ya? Kok pakai motor, tidak djemputkah?" Tanya security cluster ketika melihat Sania memarkirkan motor maticnya didepan pos.
Sania menyerahkan bungkusan kantong plastik putih. "Iya pak mau pergi..itu lontong sayur buat pak Ujang sama pak Dadang"
"Terima kasih non. Setiap weekend selalu kirim sarapan untuk kami" tersenyum sumringah menerima kantong dari tangan Sania.
"Sama-sama, saya jalan dulu pak dadang..assalamualaikum " Sania menstarter motor lalu memutar handle gas pergi keluar dari perumahan itu.
"Waalaikumsalam.." menyaut salam bersamaan, pak Dadang pun menoleh.
"Denger aja kalo ada yang nyebut makanan"
"Hehe.. rejeki pagi dang" saut pak Ujang yang berdiri di pintu pos.
"kasian non Sania...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Summer
sabar rangga, cukup beli racun tikus saja
2024-04-27
0
Brian Taroalfatih
hahhhh
2022-12-13
0
Zenun
kalo liat Sania keinget ceu tari y
2022-02-16
0