Penolakan

...~Happy Reading~...

"Apa lo nggak punya kaca, hah?" bentak seorang laki-laki kepada gadis berambut ikal.

"Berani-beraninya lo suka sama gue!" cemoohnya.

Mereka kini sedang berada di atas tanah lapang, yang biasanya digunakan untuk bermain sepak bola dan sejenisnya.

Dua orang anak berseragam sekolah, kini sedang saling menatap. Namun, bukan tatapan penuh cinta kasih sayang, melainkan tatapan membunuh dari sang laki-laki kepada gadis di hadapannya.

Gadis itu menatap sendu sang laki-laki.

"Tapi-aku ...," sanggah sang gadis.

Gadis berkacamata tebal itu tergagap ketika berbicara. Tangannya hendak menggapai lengan cowok itu, tetapi ditepis langsung dengan kasar olehnya.

"Jangan sentuh gue! Gue nggak mau, tangan kotor lo itu nyentuh tubuh gue. Jauh-jauh dari gue, jijik gue lihat muka lo di sini!" hardik cowok itu.

Gadis itu tertegun, mendengar ucapan cowok itu.

Padahal selama ini, ia mengganggap cowok di depannya adalah seorang malaikat. Karena dia yang selalu menemaninya, saat ia bersedih.

"Tapi ...," gagap sang gadis.

"Lo budeg apa dungu, hah?" bentak cowok itu.

Gadis berpenampilan cupu itu, adalah Rihanna.

Gadis yang selalu dirundung oleh anak-anak di sekolahnya, karena penampilan dia yang sangat norak dan bau badan.

Wajahnya ditumbuhi begitu banyak jerawat, yang memenuhi pipi, dahi, dan juga dagunya. Hingga membuat mereka merasa jijik.

Hanna meremas bajunya erat. Hatinya sakit seperti diiris sembilu, mendengar hinaan demi hinaan yang terucap dari bibir laki-laki di depannya.

Bukan dia tidak tahu, kalau selama ini, orang-orang selalu memandang rendah penampilan ia, yang seperti itik buruk rupa itu.

Wajahnya memang tidak semulus perempuan lain.

Kulitnya juga tidak sesehat dan segar seperti anak dari Pak Kades, yang hobinya perawatan di salon.

Rambutnya yang ikal dan tak terurus, makin membuat penampilannya di pandang sebelah mata, oleh para lelaki.

Ia juga mempunyai masalah dengan bau badan, sehingga membuat orang yang berada di dekatnya ke bauan. Apalagi kedua matanya juga minus, membuatnya harus menggunakan kaca mata.

Laki-laki yang berada di depannya sekarang adalah Bayu Atmaja.

Bola mata hitamnya, menatap tajam gadis di depannya. Tangannya menunjuk wajah Hanna, seolah-olah ia sudah muak melihat wajah tersebut.

Bibirnya berdesis, ketika Hanna yang ketakutan melihatnya.

"Ah, cepat pergi dari sini! Jangan sampai gue pakai kekerasan buat ngusir lo!"

Hanna terperanjat mendengar suara Bayu yang cukup keras, hingga membuat kakinya mundur.

Bayu menyeringai.

Ia mencodongkan tubuhnya mendekati Hanna. Telunjuk tangannya dia gunakan untuk mendorong pelan bahu Hanna berkali-kali, sampai pada akhirnya, ia mendorong tubuh Hanna dengan keras.

Brugh!

Hanna merintih kesakitan, karena pantatnya jatuh mendarat tepat di atas jalan yang berbatu. Tangannya juga ikut terluka, karena di gunakan untuk menahan bobot tubuhnya tadi. Seakan tak bisa dicegah, setetes demi setetes air matanya turun membasahi pipi.

Bayu menyeringai menatap Hanna yang jatuh. Tanpa merasa bersalah, dia melipat kedua tangan di dada. Matanya menatap Hanna yang menangis dengan wajah tak berdosa, seakan-akan itu adalah hal yang pantas didapatkan oleh gadis tidak tahu diri seperti Hanna.

Bayu memposisikan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Hanna, kemudian mencengkram dagunya dengar keras.

Rintihan jelas keluar dari bibir pucatnya, membuat seringai Bayu makin melebar.

"Sebelum lo jatuh cinta sama gue, lo seharusnya ngaca dulu. Tampang kaya gembel gitu aja berani deketin gue, cih!"

Hanna menatap cowok di depannya dengan pandangan tidak percaya.

"Nggak usah sok dramatis gitu. Gue kasih tahu sama lo, yah? Gue nggak mempan sama air mata buaya lo. Sekali lagi gue peringatkan sama lo! Jangan pernah bicara sama gue, atau negor gue lagi di tempat umum, karena gue malu! Kalau sampai ada orang yang tau kalau gue kenal sama lo,"

Hati Hanna terasa diremas, ditusuk dengan belati tajam hingga membuat air matanya tak berhenti mengalir. Perkataan Bayu begitu melukai hatinya.

"Lo kira air mata lo bisa bikin gue luluh sama lo? Nggak usah mimpi, deh lo!"

Bayu menggeram marah saat melihat gadis di depannya hanya menangis, dan diam tak bereaksi apa-apa.

Sreet

Bayu bangun dari jongkoknya. Kemudian menepuk-nepuk tangannya, seolah-olah dia telah memegang sesuatu yang menjijikan. Bahkan tangannya sengaja disemprot, dengan hand sanitizer di hadapan Hanna.

Sreet

Hanna meringis, saat lagi-lagi tubuhnya di hempaskan ke jalan yang berbatu. Dia tidak memedulikan lagi sakit di tangan atau pantatnya, karena sakitnya tidak seberapa di banding hatinya.

Setitik harapan bahwa ini hanyalah _prank_ dari Bayu, tetapi, tak ada perubahan dari mimik wajah cowok itu. Bayu seolah menegaskan bahwa ini bukan lelucon apalagi rekayasa belaka, membuat hati Hanna makin terluka.

"Inget kata-kata gue! Jangan pernah bermimpi untuk bisa bersanding sama gue, karena lo itu bagai itik buruk rupa yang bermimpi menjadi Angsa! Sampai kapan pun, lo itu nggak bakalan bisa selevel sama gue. Camkan itu!"

"Ah ... satu lagi. Bau badan lo itu sangat, menjijikkan," eja Bayu dengan sadis.

Setelah berkata demikian, Bayu melangkah pergi meninggalkan Hanna yang kini mencengkeram erat baju bagian atasnya. Tiba-tiba hujan mulai turun dengan deras membasahi bumi seolah alam tahu dengan suasana hatinya. Kilat dan guntur terdengar saling bersahutan membuat suasana sore itu semakin mencekam.

Hanna tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Tak dipedulikan lagi tubuhnya yang menggigil akibat bermandikan air hujan. Suasana lapangan yang lengang membuat Hanna semakin merasa sendirian di dunia ini.

"Sebenarnya apa salahku, ya, Allah, hingga Engkau menyiksaku seperti ini? Orang yang aku kira malaikat, ternyata sama saja dengan orang lain yang selama ini merisakku. Dia yang aku pikir baik, ternyata sama saja. Aku harus bagaimana, ya, Allah? Aku udah nggak tahan lagi. Aku udah nggak kuat lagi, ya, Allah."

Hanna menangis tersedu-sedu di bawah guyuran air hujan yang begitu deras. Dia menyembunyikan wajahnya yang basah oleh air mata di antara kedua lututnya.

Ia tidak bisa membayangkan hari-harinya nanti, jika dia harus menjauhi Bayu. Selama ini, Bayu yang selalu membantunya saat dia sedang sedih atau sendirian.

Ia juga tidak punya teman selain dia, karena ia tidak percaya diri dengan penampilannya. Lagi pula, mana ada orang yang mau berteman dengan gadis gembel seperti dirinya?

Bayu mau menjadi temannya juga karena merasa kasihan, melihatnya dirisak terus oleh teman sekolahnya. Mungkin kalau orang tua Bayu bukan sahabat baik orang tuanya, mana mau dia jadi temannya.

Tapi kejadian hari ini sangat mengejutkan bagi dirinya. Selama dekat dengannya, Bayu tidak pernah membentak atau berbicara kasar padanya. Bayu adalah tipikal cowok yang baik dan lemah lembut kepada wanita. Akan tetapi, bagaimana bisa Bayu melakukan ini semua padanya?

Luka yang ditorehkan oleh Bayu begitu membekas di hatinya. Sangat-sangat melukainya. Hanna mendongakkan menatap langit gelap sore itu. Dia membiarkan wajahnya terkena air hujan. Sakit di wajahnya yang terkena rintikan hujan tidak sebanding dengan luka di hatinya.

Matanya menatap tajam tanah kosong di depan. Tangannya mengepal erat saat kilasan kejadian tadi menari-nari di atas kepala. Rasa cintanya yang begitu dalam kini ikut luruh terbawa air hujan, yang tersisa kini hanya rasa benci dan dendam.

'Sekarang kalian bisa menghinaku sepuas kalian. Tapi, lihat dan tunggu saja pembalasan dari ku!'

TBC

Terpopuler

Comments

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

walaupun penampilan dan wajah Hanna kurang menarik tetapi hatinya yang cantik akan mampu mengeluarkan aura cantik yg alami.

2022-04-23

0

Syalalala~

Syalalala~

Hanna, semangat 🥺

2022-04-02

0

Ryoka2

Ryoka2

Ntar lanjut baca lagi Thor 💪

2022-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!