Terima Kasih Cinta

Terima Kasih Cinta

Terima Kasih Cinta - Bagian 1

SIANG yang terik, seorang gadis melangkah lunglai di jalanan. Keringat mengucur di dahinya. Tubuhnya lemas. Karena ia belum makan. Tapi tidak punya waktu bersantai makan karena adik-adik di panti sudah menunggunya.

“Kak Tanvi..”

Ia menoleh.

Alif. Mengendarai mobil memanggilnya.

Alif turun dari mobil dan menghampirinya. “Kakak apa kabar?”

Ia tersenyum kecil. “Alhamdulillah baik, Lif. Kamu apa kabar? Udah lama nggak main ke panti.”

Alif terkekeh. “Iya, Kak. Soalnya Alif masuk sekolah asrama. Sekarang udah masuk kelas 11.”

“Bagus kalo gitu. Tapi kok kamu bawa mobil sendiri? Emang udah punya SIM? Umur kamu kan baru 16 tahun.”

“Belum punya sih, Kak. Tenang aja. Alif bawa mobilnya nggak jauh-jauh. Nggak sabar nyobain mobil baru hadiah dari Papa. Soalnya Alif berhasil masuk lima besar di sekolah.”

“Hebat kamu. Trus sekarang lagi libur?”

“Iya, Kak. Lusa Alif baru balik ke asrama lagi. Oh ya, Alif anter Kakak. Sekalian Alif mau ketemu adik-adik panti.”

“Boleh.”

***

Tanvi Malika Andrena, 23 tahun. Seorang mahasiswi angkatan terakhir. Dia menghabiskan hidupnya dengan mengabdi di panti asuhan tempatnya dewasa.

Dia ditinggalkan di panti waktu masih bayi. Menurut Bu Ratna, ibu panti yang menemukannya, tengah malam ada suara tangisan bayi. Begitu dilihat, ada keranjang berisi bayi perempuan yang baru berusia beberapa hari diletakkan di depan pintu. Bu Ratna mencoba mencari tahu siapa yang membuang bayinya. Namun tidak menemukan petunjuk.

Sejak itu Tanvi tumbuh besar di panti. Setelah Bu Ratna meninggal 5 tahun lalu. Tanvi, Dena, dan Indah yang tertua bertanggungjawab mengurus kelangsungan panti mereka.

Waktu Tanvi umur 5 tahun, ada yang ingin mengadopsinya. Namun Tanvi tidak mau.

Alif dibesarkan di panti ini. Ketika Alif berusia 9 tahun, Alif diadopsi suami istri kaya yang tidak punya anak. Meski begitu Alif tidak lupa pada Tanvi dan adik-adik panti. Alif selalu membantu jika ada kesulitan. Berkat didikan Bu Ratna semasa hidup. Agar senantiasa saling menjaga.

Untuk kelangsungan panti, Tanvi, Dena, dan Indah membagi tugas mereka. Tanvi mengurus keperluan sekolah adik-adik panti. Dena mengatur keuangan dari donatur dan meng-handle semua pengeluaran. Sedangkan Indah mengurus rumah dan keperluan penghuni panti.

***

“Kak Tanvi.”

Tanvi baru selesai mandi, menoleh. “Kenapa, Nira?”

“Buku gambar Nira abis, Kak.”

Gadis kecil berumur 5 tahun itu menyunggingkan senyum imut membuat Tanvi tersenyum juga. “Iya besok Kakak beliin ya. Sekarang kamu tidur, besok kan sekolah.”

“Ini, Kak. Ada surat dari Bu Guru.”

Tanvi menerima. “Iya Kakak baca. Nira tidur sana.”

Begitu Nira meninggalkan kamar, Tanvi membaca surat.

“Surat dari siapa, Vi?” tanya Dena masuk kamar.

“Dari sekolahnya Nira. Besok kamu bisa ke sekolah Nira? Soalnya besok aku harus ke kampus daftar sidang skripsi.”

“Emang ada apa di sekolah Nira?”

“Bagi rapot. Cuma bentar aja. Abis ambil rapot, anter Nira pulang. Tempat kerja kamu kan deket sekolah Nira.”

“Duuh gimana ya?”

“Ayo dong, Den… aku sebentar lagi kan mau sidang skripsi. Ntar kalo aku lulus trus kerja kan untuk kita semua juga. Besok aku harus dateng pagi-pagi supaya nggak keduluan sama yang lain. Jadi aku dapet jadwal ujian minggu-minggu ini. Soalnya….”

“Iya iya.. aduuuhh kebiasaan ni anak kalo ngomong kayak kereta api. Iyaa ntar aku minta ijin sama bos deh.”

“Yesss.. thank you, sisterrrr… I love you pokoknya..”

“Pokoknya jangan lupa traktir kalo udah lulus.”

“Beres.”

“Vi, nih makan dulu.” Indah membawakan sepiring nasi dengan lauknya.

“Makasih, Ndah.” Tanvi langsung makan dengan lahap.

Dua saudaranya keheranan.

“Kamu nggak makan setahun?”

Tanvi nyengir. “Pulang dari kampus kemaren langsung ke perpustakaan, trus ke Bekasi, ke rumahnya Bu Rike, buat bimbingan skripsi. Kemalaman jadi nginep di sana. Paginya nggak sempet makan langsung ke kampus lagi revisi skripsi terakhir, trus bimbingan lagi. Masih untung bisa berdiri.”

“Kamu harus jaga kesehatan dong, Vi. Kalo kamu sakit, kan kita khawatir.”

“Tau nih.. jangan sampe ya kamu pingsan pas wisuda.”

“Iya, nggak lagi-lagi deh.”

Tanvi ingin menyelesaikan kuliahnya tahun ini. Dia sempat cuti kuliah 2 tahun karena bekerja untuk kelangsungan panti. Begitu Dena dan Indah mendapat pekerjaan, Tanvi melanjutkan kuliahnya.

Dena bekerja sebagai waitress di tempat karaoke. Sedangkan Indah kasir minimarket. Mereka bertiga membagi tugas mengurus panti. Ada 7 anak yang mereka urus.

Tanvi ingin begitu lulus segera mendapat pekerjaan yang memadai.

***

Setelah bersih-bersih, Tanvi naik ke tempat tidur. Ia membuka laci dan mengambil secarik kertas lusuh.

Tanvi Malika Andrena

Hanya sebaris tulisan. Tulisannya bengkok-bengkok, ia bisa membayangkan tangan yang menulisnya gemetar.

Kertas ini ada dalam keranjang bayi tempatnya ditemukan. Hanya berisi namanya. Selama ini ia sudah berusaha mencari tahu di rumah sakit terdekat, bidan, dan klinik bersalin, tentang bayi-bayi yang dilahirkan kisaran 1 minggu dari tanggal dia ditemukan. Berharap mengetahui siapa orangtua kandungnya.

Namun hasilnya nol. Dia tidak menemukan apa-apa.

“Tanvi, ada Kak Farhan tuh di luar.” Indah masuk kamar.

Tanvi kaget. “Serius? Malem-malem gini?”

“Baru juga jam 20.15. Sana temuin dulu.” Indah mengambil piring bekas dan keluar kamar.

“Ada apa ya?” Tanvi menggulung rambutnya dan keluar kamar menuju teras. “Kak Farhan?”

Farhan menoleh dan berdiri. “Maaf ganggu malem-malem.”

“Oh nggak pa-pa, kok nggak nelepon dulu mau dateng?” Tanvi duduk di sampingnya.

“Soalnya aku tau kamu lagi sibuk akhir-akhir ini. Jadi aku nggak mau ganggu.”

“Maaf ya, Kak. Jadi jarang ada waktu buat Kakak.”

“Santai. Aku tau kok kamu lagi berjuang demi adik-adik panti. Aku nggak keberatan, dan malah bangga sama kamu.”

Tanvi tersenyum.

“Oh ya, ada titipan dari Papa.” Farhan mengeluarkan amplop tebal. “Semoga bermanfaat untuk adik-adik panti.”

“Alhamdulillah.” Tanvi menerima senang. “Terima kasih ya, Kak. Kami emang perlu untuk biaya karyawisata Cita dan Didi ke Yogya.”

“Iya sama-sama. Papa senang bisa bantu panti ini. Kalau ada keperluan, jangan segan bilang sama aku.” Farhan mengusap kepala Tanvi sekilas. “Gimana skripsi kamu?”

“Udah di-ACC, Kak. Besok mau daftar untuk sidang. Mudah-mudahan kekejar untuk sidang minggu depan. Aku nggak mau nunda lagi, tahun ini harus lulus.”

“Kamu pasti bisa. Aku percaya sama kamu. Dan, aku juga udah siapin hadiah istimewa kalo kamu lulus.”

“Oh ya? Apa tuh, Kak?”

Farhan mencubit hidung Tanvi gemas. “Namanya juga hadiah, masa’ dikasih tau?”

“Ahh Kakak bikin aku penasaran aja.”

“Kan surprise. Pokoknya kamu harus jaga kondisi. Kalo perlu bantuan, telepon pemadam kebakaran aja.”

“Lho kok pemadam kebakaran?”

“Biar padamkan api kebingungan kamu.”

“Ahhh Kak Farhan nih udah malem main kata-kata. Otakku udah lowbatt ini nggak bisa mikir.”

Farhan tertawa. “Coba sini liat yang udah lowbatt?”

Tanvi cemberut.

Farhan memegang kedua pipinya, lalu beranjak mencium dahi Tanvi, lembut.

Tanvi jadi salah tingkah.

“Met tidur ya, jangan lupa mimpiin aku.”

Farhan balik badan dan pergi dengan mobilnya.

Tanvi terpana. Hatinya berbunga-bunga.

Ia bergegas masuk. Nampaknya tidurnya akan nyenyak.

***

Farhan anaknya Pak Tito, donatur panti yang merupakan pengusaha sukses. Pak Tito teman baik Pak Rano, kakaknya Bu Ratna, pendiri panti. Atas dasar itu juga Pak Tito menjadi donatur tetap di panti.

Farhan yang lebih tua 7 tahun darinya sudah setahun terakhir ini menjadi kekasihnya.

Awalnya Farhan sering datang ke panti untuk mengantarkan uang. Karena sering bertemu, mereka jadi dekat, hingga Farhan mengungkapkan perasaannya.

Hanya saja mereka masih merahasiakan hubungan mereka dari keluarga Farhan. Tanvi belum yakin keluarga Farhan menerima mereka. Mereka saling mencintai. Farhan memperlakukannya dengan baik. Meski dia masih bingung ingin hubungan ini dibawa ke mana.

Memikirkan masa depan adik-adik panti sudah menguras tenaganya. Dan ia bisa melanjutkan kuliah pun atas bantuan biaya dari Pak Tito. Ia takut disebut tidak tahu balas budi. Makanya Farhan setuju menyembunyikan hubungan mereka sampai Tanvi siap.

***

Sidang skripsi Tanvi sukses dengan yudisium memuaskan. Tak sabar ia segera mengabarkan kabar baik pada Farhan, dan saudara-saudara panti.

“Selamat ya, Sayang. Aku bangga sama kamu.” Farhan mengungkap rasa gembiranya begitu menjemput di kampus.

“Wisudaku bulan depan. Kak Farhan harus dateng ya.”

Farhan memeluk bahu Tanvi, mesra. “Iya aku pasti dateng. Kita ke rumah yuk?”

“Hah? Ke rumah Kakak?”

“Iya. Eh jangan mikir macem-macem dulu. Di rumah ada acara ulang tahun Kakek. Papa minta aku ngundang kamu dan adik-adik panti.”

“Ohh kalo gitu aku kabarin Dena sama Indah dulu.” Tanvi mengeluarkan HP.

“Enggak usah. Mereka sama adik-adik udah ada di rumah dari tadi. Aku suruh supir jemput mereka.”

“Duuhh aku jadi ngerepotin, Kak.”

“Nggak ada yang repot buat kamu. Eh itu apa?”

Tanvi menunjukkan amplopnya, bangga. “Ini surat keterangan aku lulus. Dengan ini aku mau coba ngelamar kerja. Kalo nunggu sampe ijazahku keluar bulan depan, kelamaan.”

“Kamu udah list perusahaan yang mau kamu kirim?”

“Belum, Kak. Kemaren-kemaren pikiranku fokus untuk sidang aja.”

“Aku pasti bantu. Siapa tau ada posisi bagus buat kamu di perusahaan Papa.”

“Tapi…”

“Nggak ada tapi-tapian..” Farhan mencubit pipi Tanvi, gemas. “Sekarang rileks dulu. Biar nggak stress. Yuk kita pulang.”

“Iya, Kak…” kata-katanya terhenti ketika tiba-tiba ia merasa dunia berputar dan tubuhnya limbung.

Farhan memegang lengannya, bingung. “Kamu kenapa?”

Tanvi mengerjapkan matanya. “Kepalaku pusing.”

Farhan memapahnya masuk mobil. “Kamu tuh kecapean. Menjelang sidang skripsi pola hidup kamu nggak sehat. Nanti kamu istirahat di rumah aja.”

Tanvi tidak membantah, hanya memijat-mijat kepalanya yang berat.

***

Pak Tito sekeluarga menyambut kedatangan Tanvi dan memberi selamat atas kesuksesan sidang skripsinya. Bahkan Pak Tito menawarkan pekerjaan di perusahaan.

Tanvi belum bisa mencerna setiap kejadian karena kepalanya sakit.

Akhirnya Farhan membawa Tanvi istirahat di kamarnya.

Baru saja berbaring, Tanvi sudah terlelap.

“Kak Farhan, Tanvi kenapa?” tanya Dena cemas.

“Dia cuma kecapean. Butuh istirahat.” Farhan menutup pintu kamar.

“Belakangan ini Tanvi kurang tidur, makan juga sedikit. Dena udah bilang supaya Tanvi jaga kesehatan. Masih aja begadang untuk belajar. Ambruk deh.”

“Udahlah kamu jangan khawatir. Biarin dia istirahat di sini dulu. Nanti kalau kondisinya sudah membaik, aku anter dia pulang ke panti.”

“Kalau begitu titip Tanvi ya, Kak. Kami permisi dulu. Udah malam. Besok kan adik-adik sekolah.”

“Ya. Aku anter kalian.”

Mereka keluar rumah.

BRAKKKK!

Semua kaget, dan melihat ada mobil menabrak pagar hingga engsel kunci terlepas.

“Dena, Indah, kalian sama adik-adik masuk duluan ke mobil.” Farhan menghampiri mobil hitam dan membuka pintunya. “Fal! Lo mabuk lagi?”

Fally Kurniawan, saudara sepupu Farhan yang baru menyelesaikan studi S2 di Inggris, tertawa tanpa dosa. “Gue cuma minum dikit. Sorry ngerusakin pagar lo lagi.”

“Dasar!” Farhan menuntunnya keluar mobil. “Gue anter ke kamar.”

“Enggak usah, bro. Gue bisa sendiri.” Fal menepuk bahu Farhan. “Lo ada keperluan kan, gue bisa sendiri kok.”

Farhan mengamati sepupunya. Memang Fal masih bisa berdiri tegak, pandangannya juga masih fokus. Mungkin ia memang tidak terlalu mabuk. “Ya udah, sana. Hati-hati kalo lewat ruang tengah. Bokap nyokap lo juga ada di sana. Kalo Kakek tau lo mabuk lagi, bisa abis lo!”

Fal terkekeh. “Santai…”

Farhan masuk mobil dan melaju meninggalkan rumah.

***

Tanvi terbangun ketika sudah pagi. Ia mengerjapkan mata aneh mengingat bukan kamarnya.

“Oh iya, kemaren aku sakit, jadi tidur di rumahnya Kak Farhan,” gumamnya setelah mengingat.

Tiba-tiba ia terdiam, aneh. Tangan siapa yang sejak tadi memegang tangannya?

Ia menoleh dan kaget melihat laki-laki yang tidak dikenalnya, tidur di sampingnya tanpa mengenakan baju.

“Astagfirullah al’adzim!” pekiknya tertahan.

Ia tidak bisa menyembunyikan wajah paniknya, ketika tiba-tiba pintu terbuka lebar.

Dalam sekejap dua pasang mata menatapnya kaget.

“Tanvi?! Fal!?!”

“Kak Farhan!?”

Semua orang berdatangan ke kamar dan kaget.

“Apa-apaan ini?!” teriak Kakek menggelegar membangunkan pria telanjang dada di sampingnya.

Tanvi tersudut sambil menarik selimut.

“Lho ini ada apa? Kok semua ngumpul di kamarku?”

“Fal, ini kamar gue,” tegas Farhan.

Fal masih mencerna yang terjadi karena semalam mabuk. Ia menoleh dan menyipit melihat perempuan tidak dikenalnya berselimut. “Lo siapa?”

Tanvi tidak dapat menahan tangisnya.

***

Fal dan Tanvi disidang oleh keluarga.

“Kek, ini salah paham. Aku nggak kenal gadis itu.” Fal coba menjelaskan. Sementara Tanvi hanya duduk tanpa berani mengangkat kepalanya.

“Salah paham bagaimana? Kalian sudah melakukan hal yang tidak sepantasnya.” Kakek geleng-geleng kepala.

Farhan hanya diam, tidak habis pikir yang terjadi.

Fal coba menjelaskan semalam ia mabuk dan salah masuk kamar. Kamarnya dan kamar Farhan bersebelahan. Dan tidak melihat ada Tanvi karena gadis itu berselimut. Fal juga melepas bajunya karena kotor terkena muntahan.

“Kamu mabuk dan tidak ingat apa-apa?” tanya Pak Tito

“Iya, Om.”

“Kalau begitu, siapa yang menjamin semalam kalian berdua tidak melakukan apa-apa?”

Fal tidak bisa menjawab, karena memang tidak ingat.

Farhan angkat bicara. “Pa, mungkin ini salahku juga. Harusnya semalam aku antar Fal ke kamarnya karena dia sedang mabuk. Dan Tanvi lagi sakit makanya aku biarkan tidur di kamarku. Sepulang dari panti, aku tidur di kamar Kakek. Sama sekali tidak terpikir akan begini jadinya.”

Semua terdiam.

Orangtua Farhan, orangtua Fal, Kakek beserta Nenek, memandangi mereka tidak yakin.

“Om Tito, Papa, Kakek, tolong percaya. Aku dan dia nggak saling kenal. Gimana bisa aku ngelakuin hal itu sama orang asing?”

Pembelaan Fal tidak bisa diterima Kakek.

“Apapun penjelasan kamu, ini sudah terjadi. Dan demi nama baik keluarga, Kakek memutuskan, kamu harus menikahi gadis itu.”

JLEGERRR!!

Serasa ada petir menyambar mereka bertiga. Fal, Farhan, dan Tanvi.

***

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!