Part 4

Sampai di rumahnya Kayla disambut oleh Mbok Rini yang memang tengah menunggu Nona-nya itu. Pasalnya, Kayla tadi menginfokan jika akan pulang pukul delapan, tapi sampai pukul sepuluh belum sampai rumah. Setelah Mbok Rini melihat Kayla turun dari mobil melalui cctv, langsung membukakan pintu untuknya. Betapa terkejutnya Mbok Rini melihat dress yang dipakai Kayla sudah belepotan dengan bekas makanan. Sepertinya sudah dari tadi, karena memang sudah mengering bekas itu.

“Ini kena apa Non?” tanya Mbok Rini dengan mencoba membersihkan noda itu meski sebenarnya ia tahu itu percuma.

“Mbook,” rengek Kayla memeluk Si Mboknya yang kini Kembali menangis.

Percayalah, Mbok Rini tenggelam dalam pelukan Kayla yang memang berpostur tubuh besar. Beliau menenangkan Kayla dengan menepuk-nepuk Pundak Kayla. Si Mbok memilih diam saja karena percuma ia bertanya, tak ada jawaban. Kayla terus menangis hingga mengundang Mamanya yang ikut panik. Anaknya pulang-pulang langsung menangis.

“Udah nggak usah kerja lagi! Mama nggak mau lihat kamu pulang nangis-nangis terus!” tegas Mama.

Kayla mendengar hal itu diam seketika. Dilepasnya pelukannya dengan Si Mbok lalu ke arah Mamanya. Mama yang tak tega melihat sang anak, sontak mengajaknya duduk di sofa ruang keluarga. Menenangkan Kayla terlebih dahulu barulah mengajaknya bicara dari hati ke hati.

“Kayla mau ikut program menurunkan berat badan ke temennya Kayla,” ujar Kayla.

“Sama Mama dan Papa-kan bisa sayang…” ujar Mama.

Sang Mama melongo dibuatnya. Mama dan Papa Kayla sebenarnya bisa merubah penampilan anaknya sendiri. Sering kali Mamanya mengajak Kayla berolah raga hingga mengatur pola makan Kayla agar lebih sehat. Bahkan Mamanya selalu mengecek kamar anaknya, mencari-cari jajanan yang sengaja diumpetin olehnya.

“Mama-kan sering ikut Papa perjalanan bisnis, nanti kalua Mama nggak di rumah bisa aja aku main licik. Kalau aku ke orang lain, pasti orang itu ngawasin Kayla terus,” jawab Kayla dengan kekeh-nya.

“Memangnya kalau sama orang lain, kamu nggak bisa main licik?” serkah Mama.

Kayla diam seketika. Benar juga. Tentu saja ia bisa main licik. Tapi yang akan merubahnya itu Deevan, laki-laki yang ia cintai. Pasti dirinya bisa lebih fokus dalam tujuan awalnya. Kayla tak berani mengaku jika yang akan membantunya adalah bosnya sendiri atau bisa dibilang dambaan hatinya.

“Ya sudah, Mama izinkan. Kamu minta izin ke Papamu dulu sana!” ujar Mama akhirnya.

Tak tega melihat wajah sedih sang anak rasanya. Mama Kayla sebenarnya mengakui wajah anaknya itu tak buruk. Bagaimana mungkin cetakannya dengan sang suami yang cantik dan tampan bisa menjadikan keturunan mereka anjlok? Dulu di bangku sekolah anaknya tampak anggun nan ayu. Semenjak kuliah lah badannya membesar. Bahkan foto di rumah tak ada yang menunjukkan Kayla gendut. Semua foto Kayla yang dipajang, merupakan foto sebelum dirinya mengembang. Bahkan foto wisudanya tak dipasang karena Kayla malu. Kayla langsung melepaskan pelukan Mamanya. Berlari, tapi lebih terkesan berjalan cepat. Hendak mencari sang Papa.

“Papa di mana?” tanya Kayla.

“Di kamar,” jawab Mama.

Mbok Rini tersenyum melihat tingkah Nona-nya itu. Ia juga kasihan sebenarnya, tapi Si Mbok juga tak tega mendengar rengekan Kayla yang kelaparan. Dulu Kayla sempat mencoba diet dengan bantuan sang Mama. Saat sang Mama pergi dengan Papanya, ia merengek dengan Si Mbok karena lapar. Padahal belum saatnya makan. Dari situlah diam-diam Kayla makan dan ngemil atas bantuan Si Mbok tercinta. Gagal sudah programnya.

Kayla segera ke kamar orang tuanya mencari sang Papa. Beruntung kamarnya tak dikunci. Sang Papa terlihat tengah duduk bersandarkan ranjang sembari membaca buku. Jangan lupakan kacamatanya yang bertengger dengan rapinya di hidung mancung itu.

“Papa!” panggill Kayla.

“Hy baby…” jawab Papa. Kayla berhambur kepelukan Papa dan menyenderkan kepalanya di dada bidangnya.

“Oughh!” napas Papanya tercekat menerima pelukan Kayla.

“Ayo besok kita olah raga sayang,” celetuk Papanya.

“Kayla mau ikut program diet yang dimentori temannya,” ujar Mama yang sudah masuk ke kamarnya.

“Bagus dong! Kapan mau mulai? Orangnya ke sinikan? Atau kamunya yang harus ke tempat pelatihannya?” tanya Papa sangat berexited.

“Nggak tahu, besok Kayla coba temuin coach nya,” jawab Kayla.

Jika Kayla sudah mengantongi izin dari sang Papa dan Mama, kini saatnya kita beralih kepada Deevan yang kini sudah berada di mansion sang Dady and Momy. Deevan sudah disambut oleh Momynya di depan mansion. Sebelumnya Deevan telah mengabari Momynya jika ia akan bermalam di mansion. Momynya sudah paham betul jika kedatangan anaknya itu tak lain dan tak bukan adalah untuk mencairkan mood yang buruk. Dipeluknya sang anak dengan erat. Sudah lama bocah ini tak pulang ke rumah.

“Mampir kemana hmm? Momy nungguin dari tadi tahu!” ujar sang Ibunda.

“Sorry Mom, tadi nganterin temen pulang pas searah,” jawab Deevan.

Di ruang keluarga tampak dadynya tengah menonton sinetron yang tengah booming dikalangan ibu-ibu se-Indonesia raya merdeka. Dapat dipastikan jika Dadynya terpaksa ikut menonton serial itu. Karena apa lagi jika bukan karena Momy.

“Ngapain pulang Van? Ganggu kebersamaan Momy sama Dady saja!” sapa Dadynya.

Sontak satu lemparan bantal sofa melayang di kepalanya. Deevan terkikik melihat pembelaan sang Momy.

“Anak pulang tu disambut! Bukan malah digituin!” protes Momy.

“Rasain,” batin Deevan Bahagia melihat Dadynya.

Tentu saja ia tak berani berbicara secara langsung. Bisa-bisa dicoret dari daftar KK dirinya nanti. Deevan merebahkan kepalanya di pangkuan Momynya. Lihatlah tatapan Dady sekarang. Muka masam dengan tatapan membunuh ditujukan kepada Deevan. Dijulurkannya lidahnya kepada Dady. Semakin terbakar amarahnya. Anaknya sudah berani berulah sekarang. Hahaha.

“Mom, Momy kenal sama penghuni di rumah nomor 12?” tanya Deevan tiba-tiba.

“Itu mah rumahnya Tante Mayang. Kenapa?” tanya Momy balik.

“Nggak papa sih, tadi Deevan nganterin rekan kerja ternyata rumahnya di situ,” jawab Deevan.

“Iya? Rekan kerja kamu itu cewek?” tanya Momynya lagi.

Deevan hanya mengangguk menimpali sang Momy. Sedangkan Dadynya hanya menyimak tanpa berniat ikut nimbrung di dalamnya. Bukan karena tak tahu dengan orang yang dimaksud anaknya. Tapi Dadynya hanya ingin tahu kemana arah percakapan anaknya. Papa Kayla merupakan teman bisnis Dady. Jika memang benar yang dimaksud Deevan adalah Kayla, itu akan menjadi rencana besarnya. Sering kali Dady Deevan berkunjung ke rumah Papa Kayla. Tampak beberapa foto gadis ayu nan manis terpampang indah di dinding ruang tamu.

“Oalah, anaknya Mayang sekarang kerja di kantor kamu? Kapan-kapan ajak main ke rumah Deev. Cantik banget anaknya,” ujar Momy.

Deevan melongo seketika. Ia, ia mengakui jika wajah Kayla memang cantik, terurus. Tapi ia tak tahu yang dimaksud cantik oleh Momynya itu dalam kategori apa.

“Iyaa kapan-kapan Deevan ajak,” jawab Deevan sekenanya.

Jika sedari tadi ia berbincang Bersama Momy dan Dady, saat ini Deevan sudah berada di kamarnya berdua dengan Momynya. Tentu saja ia tak mau curhat dengan adanya Dady. Jadilah kini Deeevan dan Momsky duduk berdua di sofa balkon kamar.

“Om Bagas terus desak Deevan buat ganti sekretaris,” ujar Deevan.

“Kamukan tahu sendiri gimana Om kamu itu,” jawab Momsky lirih.

Ia tahu benar jika Om Bagas atau lebih tepatnya adiknya itu memang gila perempuan. Jessy sebenarnya kasihan terhadap anaknya yang harus menuruti adiknya yang diajukan suaminya menjadi penasehat perusahaan. Hingga sampai sekarang Deevan yang menjadi CEO pun tak bisa semaunya bertindak.

“Mom, nggak papakan kalua aku nyari cara biar Om Bagas lengser dari kantor?” tanya Deevan hati-hati.

Momsky tampak berpikir sejenak. Ia yakin pasti nanti adiknya itu akan protes padanya. Ntah bagaimana bisa ia memiliki adik yang seperti itu. Akhirnya Jassy menyetujui Tindakan anaknya.

“Hati-hati, jangan nantinya membahayakan kamu Van,” pesan Momynya.

“Deevan bisa jaga diri Mom,” jawab Deevan dengan senyuman mautnya.

“Deevan mau bantuin seseorang buat program diet Mom,” ujar Deevan akhirnya.

“Tumben, kamu udah lama lho nggak bantuin orang berusaha hidup sehat,” respon Momy.

“Orang itu perempuan yang Deevan tanyain tadi Mom,” ujar Deevan.

“Mama lihat, badannya udah bagus saying… kenapa diet lagi?” tanya Momynya kaget.

“Bagus gimana sih Mom, hamper obesitas gitu berat badannya. Kapan Momy ketemu dia?” jawab Deevan tak kalah kagetnya.

“Heh! Ngomongnya yang baik dong Van! Momy nggak pernah ketemu langsung sih, tapi sering main ke rumahnya. Momy lihat di fotonya cantik banget anaknya,” sambung Momsky.

Deevan mengambil gawainya dan mencari foto Kayla. Ditunjukkannya kepada Sang Momy. Sontak Momynya meneguk salivanya berat. Benarkan gadis yang ia lihat di foto itu adalah gadis ini?

“cantik kok anaknya. Tengok wajahnya, bersih Deev,” jawab Momynya lirih.

“Deevan bakal merubah cewek ini Mom. Deevan nggak mau sekretaris Deevan diganggu terus. Deevan nggak mau harus ganti sekretaris lagi. Deevan udah konek sama Kayla,” tekat Deevan.

“Momy dukung! Awas aja nanti kamu malah jatuh hati sama perempuan itu,” jawab Momynya dengan senyuman mengejek.

“Ya nggaklah Mom! Deevan murni hanya ingin membantu dia,” sanggah Deevan.

“Momy pegang ucapan kamu. Meskipun Momy nggak yakin,” ujar Momy.

Jassy yakin perempuan gendut dari jepretan anaknya itu nantinya akan bertransformasi menjadi bidadari dunia. Jassy yang baru melihat tubuh ideal Kayla dari foto pun yakin jika nanti hasilnya akan secantik itu pula.

“Tapi Deevan masih nunggu keputusan dia Mom. Dia belum menyetujui tawaran Deevan,”

Di belahan dunia lain, tampak Kayla tengah merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kayla tengah asik memperbaiki gambarannya yang belum diselesaikan tadi di kantor. Tiba-tiba ia penasaran dengan notifikasi WhatsApp grup kantor. Dibukalah dengan dirinya ya Wak! Ternyata dari kepulangannya tadi orang-orang itu sedang asik menggunjinginya. Menyesal rasanya ia masuk ke grup tanpa atasannya. Ya! Tentu saja ada grup tanpa atasan di kantornya.

Kayla yang sudah malas membaca cemoohan itu sontak memilih untuk keluar dari grup obrolan. Apa seburuk itukah dirinya? Dengan sebalnya Kayla membuang gawainya ke sofa. Sedangkan iPadnya ia matikan dan segera ia simpan. Moodnya Kembali rusak kali ini.

Teringatlah ia dengan percakapan si Bos tadi di pinggir jalan. Sepertinya ia harus menerima penawaran Bosnya. Kayla turun dari tempat tidur dan mengambil gawainya Kembali.

‘Bapak tidak berubah pikiran untuk menjadi pelatih sayakan?’ dikirimnya pesan kepada Deevan. Tekatnya sudah bulat kali ini.

Deevan yang masih setia bersama Momy-nya acuh tak acuh membuka notifikasi di gawainya. Seketika matanya membulat melihat siapa yang mengirimnya chat.

‘Itu tergantung dengan kamu, kalua besok pagi kamu dating ke apartement saya, dengan lapang dada saya akan mementori kamu,’ jawab Deevan.

‘Siap! Saya ke tempat bapak besok pagi!’ sambung Kayla.

Lega sudah hati Kayla setelah memberitahukan kepada Deevan jika dirinya mau dimentori dirinya. Kayla sengaja tidur cepat agar esok hari ia bisa bergegas ke apartemen Deevan. Begitupun dengan Deevan, ia sontak memeluk Momy-nya.

“Dia menerima bantuan Deevan Mom!” seru Deevan.

...Bersambung ...

Terpopuler

Comments

I'm beautifull

I'm beautifull

Dedy buciin Ihh😂😂😂

2022-03-14

1

I'm beautifull

I'm beautifull

Dedy buciin 😂😂😂

2022-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!