Part 3 (revisi)

Perjalanan ke markas cukup membuat Kayla jengkel. Bagaimana tidak? Ban motornya bocor seketika. Siapa yang tega membuang paku di tengah jalan? Gedeg sendiri Kayla dibuatnya. Akhirnya Kayla menelepon anak buah papanya untuk mengambil sepeda motornya di pinggir jalan. Ia tak mau Raka dan Vino menunggunya terlalu lama. beruntung tak jauh dari lokasinya, ada halte bus. Kayla tak perlu lama lagi menunggu ojek atau angkot. Mungkin memang karena jam pulang kerja, makanya bus kota ini terasa sesak.

“Kak Kay!” panggil seseorang.

Benar! Ternyata Raka. Tampak Raka dan Vino melambai ke arahnya yang baru saja naik ke bus. Ternya dua tengil itu juga menggunakan bus kota yang sama. Kayla bergegas menghampiri mereka yang berdiri di tengah. Susah memang untuk sampai ke mereka, karena memang sangat sesak bus ini. Bisa jadi juga mungkin karena postur tubuhnya yang di atas rata-rata lebih menyusahkannya.

“Kalian naik bus kota juga ternyata,” ujar Kayla.

“Mau naik apa lagi memangnya kalua tidak naik ini kak? Hahaha,” jawab Raka.

Kebetulan ibu-ibu yang duduk di samping Kayla turun. Raka dan Vino meminta agar Kayla duduk di kursi itu. Baru hendak duduk, tiba-tiba-

“Jangan berani duduk di sini kamu! Bisa sakit pinggangku tertekan dengan tubuhmu yang gembrot itu!” tegas kakek-kakek yang duduk di sisi kursi yang kosong.

“Kakek, jangan seperti itu kek!” serka Raka.

“Syuutt, diam, tidak apa,” Kayla yang awalnya speechless melihat respon sang kakek, mencoba tenang. Meski sebenarnya hatinya begitu panas. Ingin sekali marah.

“Maafkan aku Kek, aku tidak akan mengganggu kakek,” ujar Kayla meminta maaf.

Setelah perjalanan Panjang itu, akhirnya sampailah mereka di kantor kedua mereka. Hehehe. Kantor khusushon untuk projek komik Deevan. Bersamaan dengan itu datang pula Deevan. Sama kagetnya dengan ketiga bawahannya, bisa-bisanya mereka bersamaan datang ke kantor mereka.

“Kau awasi dengan baik kedua anak ini Kay! Aku tak mau moodku Kembali buruk menjelang makan malam karyawan kantor nanti malam,” ujar Deevan melenggang masuk terlebih dahulu.

“Siap Bos!” jawab Kayla.

“Kalian dengarkan itu. Beritahu aku terlebih dahulu sebelum kalian kirim ke email bos! Jangan sampai aku mengulangi pekerjaan kalian lagi,” ujar Kayla Panjang lebar.

Bukannya menjawab, dua laki-laki itu hanya meringis menimpali. Raka dan Vino memang baru direkrut dua bulan yang lalu. Mereka juga baru lulus sarjana belum lama ini. Makanya mereka memanggil Kayla dengan panggilan kakak. Beruntung Kayla sosok yang humble, sehingga mereka cepat akrab. Tak jarang keduanya berlagak seperti adik Kayla sendiri. Mereka bertiga tampak fokus menggambar dengan iPad masing-masing. Bukan milik mereka, tentu saja fasilitas kantor. Hahaha.

“Kak Kaylaa… aku sudah selesaaiii,” ujar Raka.

“Coba kulihat,” jawab Kayla menghampiri Raka.

“Ini terlalu terang Raka. Kenapa ini berwarna merah? Kau mau melumuri semua ini dengan darah? Dan apa ini? Perbaiki Kembali,” ujar Kayla.

“Kurasa Bos cocok jika disandingkan dengan Kakakku yang satu ini,” gumam Raka.

“Aku mendengarnya,” ujar Kayla dari mejanya.

**

“Kalian kerjakan besok lagi saja. Ayo kita segera makan malam,” ujar Deevan keluar dari ruangannya.

Ya! Malam ini kantor pusat menyelenggarakan makan malam karyawan. Betapa senangnya Kayla satu mobil dengan Deevan. Laki-laki itu terlihat tampan sekali meski sudah bekerja dari pagi hingga malam seperti ini. Sampai di café, ternyata sudah sangat ramai. Deevan menggandeng tangan Kayla menuju kursi yang sudah disediakan untuknya dan beberapa petinggi kantor. Kayla yang mendapatkan perlakuan seperti itu jelas saja kegirangan.

“Koi! Kau ambilkan pencuci tangan,” ujar Pak Bagas salah satu jajaran petinggi perusahaan.

“Dia bukan pelayan di sini!” tegas Deevan menahan Kayla agar tak beranjak.

“Tak apa Deevan, agar dia bergerak, siapa tahu keluar dari sini berat badannya turun,” serka Mila teman kecil Deevan yang juga menjadi kepala divisi marketing.

“Apa baju bunga-bunga ini? Kau baru saja dari taman bunga? Hihi,” sambung Mila mengomentari dress yang Kayla gunakan.

“Jaga mulutmu Mil! Dan lagi! Jangan sekali-kali anda memanggil Kayla ‘Koi’. Dia punya nama,” tegas Deevan. Deevan bisa saja memecat orang-orang ini. Tapi ia masih menghormati mereka, karena salah satu dari mereka adalah pamannya sendiri.

“Tidak apa Pak, biar saya ambilkan,” ujar Kayla.

Ia tak sanggup lagi mendengar cemoohan itu. Lebih baik ia segera menuruti mereka agar mereka segera diam tak membuat mood bosnya Kembali kacau.

“Dia memang mirip ikan Koi. Atau lebih pas dengan pig?” samar-samar Kayla masih mendengar petinggi itu berbisik.

“Kau duduk di meja nomor 12-kan? Tolong antarkan ini ke sana ya!” ujar pramusaji memberikan nampan besar berisi beberapa makanan kepada Kayla.

Belum beres perihal mangkuk cuci tangan, ia sudah diberikan apa lagi ini. Kayla tak bisa menolaknya karena pramusaji itu itu memang langsung pergi ke dapur café. Mau tak mau Kayla mengantarkan makanan itu ke mejanya. Langkahnya yang hampir sampai di mejanya terhenti dikala orang-orang itu sibuk menggunjing tentangnya. Bahkan para petinggi itu juga terus membantah Bosnya agar memindahkan pekerjaannya. Memintanya untuk mencari sekretaris baru yang lebih cantik.

“Ayolah Deev! Banyak kolega yang tak jadi mengikat kerjasama gara-gara babi gemuk itu,” ujarnya mempengaruhi Deevan.

“Jaga ucapanmu! Kubilang tidak ya tidak!” tegas Deevan.

PRANG!!

Nampan yang Kayla bawa jatuh karena tangannya tremor mendengar celotehan para atasan itu. Ia mencoba mengambil nampan itu untuk membereskannya. Spontan Deevan berdiri dan menghampiri Kayla. Kehendak hati ingin membantu Kayla berdiri malah ditepis oleh sang empunya.

Tak kuasa menahan bendungan air matanya, Kayla berlari meninggalkan banyak pasang mata yang memperhatikannya. Ia seolah menjadi bahan candaan mereka.

“Kak Kay!” panggil Raka dan Vino.

Deevan segera mengejar Kayla yang berlari keluar. Menahan lengan Kayla agar berhenti berlari. Tapi lagi-lagi ditepis olehnya.

“Saya akan pulang terlebih dahulu Pak, sepertinya saya kurang enak badan,” ujar Kayla sembari mengusap air matanya.

Deevan memakaikan jasnya kepada Kayla untuk menutupi noda makanan yang terkena dressnya. Ia juga memesankan taksi online untuk mengantarkannya pulang. Ia harus memberikan penegasan kepada pamannya yang tak sopan itu! Ini tak bisa dibiarkan. Kayla adalah karyawan terbaiknya dari dulu.

“Kak Kayla mana Bos?” tanya Raka dan Vino yang menyusulnya keluar.

“Sudah pulang. Jangan ganggu dia terlebih dahulu. Biarkan dia istirahat,” pesan Deevan kemudian kembali ke cafe. Kembali ke café membuat mood Deevan semakin jelek. Tak henti-hentinya dua tetuanya di perusahaan membicarakan Kayla.

“Dari mana sih Van?” tanya Mila.

“Saya pulang dulu! Kau urus pembayarannya Mil. Nanti laporkan ke saya,” bukannya menjawab Mila, Deevan langsung pergi dari café itu.

Pikiran Deevan begitu kalut. Ia tak tahu harus kemana, tapi jika tetap di dalam ruangan tadi, pasti akan membuat moodnya semakin hancur. Beberapa kali Deevan mencoba menelepon Kayla, tapi semua itu nihil. Tak ada tanda-tanda diangkat sang empunya. Jika moodnya sudah buruk seperti ini, yang harus ia datangi sekarang adalah sang Bunda. Ia perlu meminta pendapat sang Bunda. Akhirnya Deevan memutar setirnya berbalik arah untuk menuju ke rumah sang Bunda. Tangan kanan menyetir, kanan kiri Deevan masih setia meremas bubblewrap hingga habis.

Pletok! Pletok! Pletok!

Sekiranya seperti itulah suara bising yang bersumber dari remasan jemari Deevan. Deevan yang baru saja memasuki pos penjagaan perumahan elit Bunda dan Ayahnya, melihat sosok manusia atau apalah itu di pinggiran jalan. Tengah menunduk dan terlihat tubuhnya bergetar. Deevan kenal betul siapa pemilik baju bunga-bunga beterbangan itu. Benar! Tak mungkin Deevan salah melihat, matanya masih sangat sehat dan normal.

Deevan meminggirkan mobilnya sedikit lebih jauh dari Kayla. Sejenak ia perhatikan wanita itu menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Jelas sekali terlihat jika tubuh wanita itu bergetar. Tak tega melihat pundak itu semakin bergetar, Deevan memilih untuk menghampiri Kayla di sana. Semakin dekat dengan wanita itu, semakin terdengar pula isakannya. Kenapa menjadi horor begini suasananya. Deevan merinding sendiri dibuatnya. Atau jangan-jangan ini benar-benar jelmaan makhluk tak bermoral itu?

Deevan duduk di samping Kayla tanpa menyapanya. Kayla yang merasa ada seseorang di sampingnya pun menoleh ke samping ternyata sang boslah yang datang. Ia pikir bapak satpam depan komplek perumahannyalah yang menghampirinya. Karena tadi ia sempat menyapa.

“Bapak?” panggil Kayla dengan lirih.

“Saya bukan Bapak kamu Kayla,” jawab Deevan.

“Bapak ngapain di sini?” tanya Kayla lagi.

“Nggak sengaja lihat baju yang mirip kamu. Saya mastiin untuk berhenti. Ternyata memang kamu,” jawab Deevan.

Kayla merasakan jika air matanya belum mereda pun spontan mengusap matanya. Malu jika kepergok bosnya. Deevan yang melihat itu spontan menarik Kayla dalam pelukannya. Meski sebenarnya tangannya hanya dapat menggapai sebagian tubuh Kayla saja. Setidaknya ia bisa menangkan sedikit. Kayla yang mendapatkan perlakuan itu semakin terharu dibuatnya. Bagaimana mungkin bosnya memperlakukannya seperti ini?

“Kamu bisa pikirkan tawaran saya. Jangan meragukan saya Kay. Dulu saya pernah menjadi mentor di sebuah pusat kebugaran,” ujar Deevan setelah melakukan negoisasi pada Kayla.

“Ini alamat apartemen saya. Kamu bisa temui saya kapan saja kamu siap!” sambung Deevan menuliskan alamatnya di telapak tangan Kayla dengan bulpointnya.

Deevan baru saja memaksa Kayla untuk menceritakan semua keluh kesahnya. Ternyata Kayla sosok orang yang tertutup. Ia hanya bercerita dengan orang-orang kepercayaannya saja. Deevan sendiri harus membujuknya terlebih dahulu untuk mengajak Kayla mencurahkan isi hatinya.

“Ayo saya antar pulang, rumah kamu di perumahan ini jugakan?” tanya Deevan.

Kayla mengangguk dan mengikuti Deevan ke mobilnya. Sebenarnya tak begitu jauh rumah Kayla dari tempatnya merenung tadi, tapi tak apalah diantarkan bosnya. Kayla menunjukkan rumahnya pada Deevan. Deevan melihat rumah yang dapat dibilang mansion itu melongo. Ternyata karyawan plus sekretarisnya merupakan orang yang berada. Dan satu lagi! Rumah Kayla ternyata sangat dekat dengan mansion orang tua Deevan.

“Terima kasih Pak. Maaf saya tidak bisa menawarkan bapak untuk mampir terlebih dahulu. Karena memang sudah larut,” ujar Kayla keluar dan membungkukkan badannya hormat.

Tanpa menunggu jawaban Deevan, Kayla langsung ngancrit masuk ke rumahnya setelah memanggil-manggil penjaga gerbangnya. Deevan tersenyum kemudian lanjut ke tujuan awalnya yaitu sang Bunda.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Tanti Tanti

Tanti Tanti

up

2022-03-06

1

Rini Kurniawati

Rini Kurniawati

lanjut yg byk.... bgs ceritanya

2022-03-01

3

Affian

Affian

lanjut terus dong kak .ceritanya seru nih.

2022-03-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!