The New True Beauty]

The New True Beauty]

Part 1

Teriakan dan gedoran dari balik pintu sukses mengusik tidur pagi Kayla Sherly Sifabella.

Tapi itu tak menjadikan Kaila beranjak dari tidurnya. Ia masih setia meringkuk di dalam selimut nan tebal Bersama boneka kesayangannya. Berbeda dengan pemilik suara teriakan tadi, Mama

Kaila tak kehabisan akal. Ia mencari kunci cadangan kamar anak gadisnya yang menurutnya cukup malas itu. Bahkan suaminya ikut terkena semprotan maut karena tak mau membantunya menemukan kunci cadangan.

“Jangan teriak-teriak napa sih? Ini ha kuncinya,” ujar Papa Kayla terhadap istrinya.

Mama Kaila bergegas Kembali naik ke lantai dua untuk membangunkan putrinya. Ditariknya

selimut tebal Kaila hingga sang empunya merengek tak terima. Mama Sandra bahkan sampai menarik tangan Kaila agar duduk dari tidurnya.

“Kalau gini terus, kamu malah tambah gendut nanti Kay. Pulang kerja nangis-nangis gara

dibully, tapi diajak berubah kok malas-malasan sih! Habis subuh itu jangan suka tidur lagi Kay,”

ujar sang Mama geram.

Mama dan Papa Kayla bisa dibilang memiliki kekayaan yang cukup banyak. Papa Kayla

memiliki bisnis property. Laki-laki berdarah Jepang itu memiliki perawakan yang gagah di

umurnya yang sudah tak muda lagi. Sang Mama yang berdarah Indonesia juga memiliki paras

yang tak buruk. Pada dasarnya Kayla adalah gadis yang cantik. Tapi semenjak SMA, ia seperti bertranformasi menjadi hulk. Kayla menjadi sosok orang yang hobi mengemil dan malas berolah

raga. Jadilah semenjak SMA, Kayla menjadi lebih berisi.

“Maa, lima menit lagi deh. Ini weekend lho Ma, waktunya bobok cantik,” jawab Kayla

meminta perpanjangan waktu.

“Nggak ada! Ayo olah raga sama Papa!” teriak Mama.

***

Setelah drama pagi itu, Kayla tak ambil pusing lagi. Ia benar-benar malas dengan kata olah

raga. Ia ingin bermalas-malasan ria dengan cemilan favoritnya Ketika weekend. Jika weekend ia harus berhadapan dengan sang Mama, maka ketika hari kerja, ia harus berhadapan dengan rekan kerjanya. Pagi ini Kayla sudah siap dengan kostum ternyaman menurutnya. Kayla memilih

bekerja dengan menggunakan sepeda motor hasil jerih payahnya selama bekerja. Ia selalu saja

tak mau jika sang Papa menawarkan untuk berangkat bersama.

Bukan tanpa alasan ia tak mau. Ia minder jika berjalan bersama Mama ataupun Papanya.

Terus saja parasnya menggiring obrolan atau gunjingan dari orang-orang di sekitar. Makanya

Kayla selalu tak mau diajak hangout keluar. Sebenarnya Kayla adalah anak yang manja terhadap orang tuanya. Tapi itu ketika ia berada di rumah. Ia bisa betah Bersama sang Papa walau hanya bermain game berdua. Atau ketika Sang Mama mengajak mengobrol, ia bisa betah berduaan.

Tidak ketika berada di luar rumah. Kayla akan berlagak seolah dirinya bukan anak dari kedua

orang tuanya. Mama Papanya sendiri bahkan bingung harus bersikap seperti apa. Kayla takut jika mempermalukan orang tuanya yang cukup dikenal banyak orang, memiliki anak yang gendut, kudet, bahkan tak tahu make-up. Padahal orang tua Kayla sudah sering kali menasehati Kayla, tapi prinsip itu sudah tertanam jauh di dalam lubuk hatinya.

“Pagi Pak,” sapa Kayla pada security di kantornya.

“Pagi Mbak Kay… Semangat bekerja Mbak!” jawab bapak itu.

“Assiiaaapp Pak!”

Sepertinya kali ini Kayla terlalu pagi dating ke kantor. Sengaja memang! Untuk meminimalisir pertemuannya dengan karyawan lainnya. Kayla melihat jam yang melingkar ditangannya. Masih pukul 6 pagi. Waktu yang sudah ia prediksi dari semalam. Orang kantor biasanya akan berdatangan pada pukul 7 tepat, ia memiliki waktu satu jam untuk menetralkan hatinya,

“Pagi Kay!” sapa Deevan.

“Eh! Pagi Pak” jawab Kayla terkaget-kaget.

“Tumben Pak berangkat pagi bener?” tanya Kayla basa-basi.

“Kebetulan tadi bangun kepagian Kay,” jawab Deevan mengikuti Kayla masuk ke lift.

Sebenarnya Kayla tengah berkelut dengan pikirannya. Kenapa bosnya menaiki lift karyawan.

Mungkin karena kondisi kantor masih pagi, makanya sang bos bebas memilih lift yang mana. Kayla memilih merapikan penampilannya di dinding lift. Sedangkan Deevan memerhatikan

Kayla sedari tadi.

Deevan POV

Lucu melihat Kayla membenahi dirinya. Sebenarnya Kayla tak buruk tanpa make-up, karena wajahnya tampak bersih tanpa adanya noda-noda membandel di wajahnya. Tapi entah mengapa orang-orang banyak yang membullinya. Tentu itu membuatku merasa kasihan terhadapnya. Aku ingin membantunya, tapi bagaimana caranya. Takut jika ia nanti tersinggung jika aku tawari

untuk membimbing dia mewujudkan pola hidup sehat.

Berulang kali aku menemukan beberapa jenis cemilan di laci. Bahkan ada laci khusus

cemilan. Jelas saja perbadanannya tak terkontrol. Melihat Kayla yang tiba-tiba menoleh,

membuat Deevan memalingkan wajahnya.

“Ada apa Pak?” tanya Kayla merasa bingung akan perubahan ekspresi bosnya.

“Iya? Apa? Saya duluan ya Kay,” jawabku bingung.

Beruntung lift segera sampai di lantaiku. Bukan hanya lantaiku sebenarnya, lantai divisi

Kayla juga berada di sini. Kulihat dari kaca jendela, tampak Kayla sibuk mempersiapkan

komputernya. Tak lupa dengan satu toples berisi cemilan yang baru saja ia isi ulang. Aku hanya

dapat menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Selama bekerja bersama Kayla, aku tak pernah kesulitan. Kayla benar-benar membantu. Bahkan sekarang Kayla menjabat sebagai sekretaris serta menggarap beberapa naskah yang akan diterbitkan secara online ataupun cetak.

Beruntung mendapatkan karyawan ulet seperti dirinya. Walaupun sebenarnya banyak

omongan dari orang yang berlalu lalang. Apalagi klien yang akan bekerjasama. Banyak dari

mereka yang memandang fisik Kayla. Sekretaris masak penampilannya nggak menarik? Padahal

yang diperlukan saat ini adalah kemahiran, keuletan dan kejujuran.

“Mbak Kay? Selamat pagi, udah selesai berapa naskah Mbak? Hahaha,” sapa rekan kerja

Kayla.

“Baru dikit Yu,” jawab Kayla. Para karyawan mulai berdatangan ke kantor.

“Udah Mbak nyemilnya, ntar tambah melar lhoo!” celetuk Sisil rekan kerja Kayla juga.

Diambilnya cemilan Kayla, dengan santainya ia membuka tong sampah di samping meja

Kayla dan membuangnya.

“Sil! Apaan sih! Mubazir tahu!” ujar Kayla kaget akan tindakan Sisil.

Kalau hendak dimakan, ia tak masalah. Tapi kalua dibuang seperti itu, ia tak terima. Masih

banyak diluaran sana yang membutuhkan makanan dari pada dibuang. Toh ini urusannya hendak makan apapun.

“Mbak, sadar diri dong. Mbak itu udah saatnya diet. Nggak pengen apa badan kayak aku

gini? Kasihan Pak Deevan juga selalu dapet kritikan soal sekretarisnya. Lagian, Pak Deevan

kenapa sih kok nggak cari sekretaris yang lebih menarik dari pada Mbak?” ujarnya lagi.

Kayla memilih untuk diam tak menanggapi ocehan rekan kerjanya itu. Sedangkan yang lain

hanya menyaksikan perdebatan mereka berdua. Diko, Maya, dan Intan yang biasanya

membelanya. Tapi mereka belum datang. Melanjutkan pekerjaannya adalah pilihan terbaik.

Sisil yang merasa tak digubris lagi memilih untuk ke tempat kerjanya. Kayla yang juga bertugas

sebagai sekretaris CEO memilih untuk ke meja sekretaris. Ya! Kaya memang memiliki dua meja

di kantor ini. Meja di divisinya dan meja khusus sekretaris. Untuk menghindari ocehan Sisil, lebih

baik ia pergi dari ruangan ini. Bekerja di meja ini sepertinya cukup aman.

Jika sedari tadi Kayla sibuk dengan mengedit naskah para penulis, kini Kayla berpindah

haluan untuk menggarap gambaran. Deevan selain menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan penerbitan, ia juga menulis beberapa komik yang dimuat di laman web khusus. Disini, Kayla ikut

andil membantu Deevan dalam membuatnya. Tetap Deevan yang mengatur alur dan konsep

cerita, Kayla hanya membantu menggambar saja. Bukan hanya Kayla, tapi Deevan juga

mempercayakan kepada dua anak buahnya yang lain. Sebentar lagi Deevan akan rilis comic

barunya, jadi ia dan timnya bekerja kelas mengejar target waktu yang telah ditentukan.

“Pagi Kayla!” sapa Mbak Niken yang setahu Kayla adalah pacar dari bosnya.

“Pagi nona Niken,” jawab Kayla dengan senyum ramahnya.

Kayla tahu benar jika senyuman yang terpancar dari bibir Wanita di depannya itu adalah

fack. Ntahlah, sebenarnya Kayla benar-benar tak senang dengan pacar bosnya itu. Ia memiliki

sebuah firasat jika pacar bosnya itu bukan perempuan baik-baik.

“Deevan ada di dalam?” tanya Niken.

“Ada Nona, sebentar saya telvonkan beliau terlebih dahulu,” jawab Kayla mengambil

ganggang telepon.

“Nggak usah! Biar aku masuk sendiri,” potongnya kemudian berlalu meninggalkan Kayla.

Disinilah Deevan sekarang. Tengah sibuk mengecek gambaran yang telah dikirim Raka dan Vino. Tampak ia memijit keningnya yang sedikit memusing. Ini sudah kali keempat, dua

karyawannya itu mengirimkan hasil gambaran mereka. Tapi belum ada yang tepat menurut

Deevan. Diambilnya potongan buble wrap yang sengaja ia bawa dari apartemennya tadi.

Beginilah kebiasaan unik seorang Deevan. Perasaan emosinya selalu ia luapkan dengan meremas bable wrap. Tak tahu mengapa, ia merasa sedikit lebih tenang setelah meremas buble wrap.

“Hallo baby,” ujar Niken menghampiri Deevan.

Deevan yang mood-nya sedang kacau tak merespon Niken. Disimpannya bubble wrap yang

dipegangnya itu di dalam laci.

“Dimana Kayla ini? Bisa-bisanya Niken datang tak meneleponnya dulu,” batin Deevan dengan marahnya.

Ia sungguh tak ingin diganggu sama sekali saat ini. Tapi nenek lampir ini malah datang.

Bukan nenek lampir, lebih tepatnya adalah pacar.

“Aku ada meeting sebentar lagi. Sebaiknya kau pergi dulu Nike.” Ujar Deevan mengambil

ganggang teleponnya.

Niken dengan gamblangnya duduk di pangkuan Deevan. Mana mau dia pergi begitu saja?

“Pliss Nik, jangan sekarang. Aku sedang sibuk!” ujar Deevan mendorong Niken agar turun

dari pangkuannya.

“Hallo? Iya Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kayla di seberang telepon. Deevan

sampai lupa jika teleponnya sudah tersambung.

“Ke ruanganku sekarang juga!” ujar Deevan tegas.

Niken yang melihat mood Deevan semakin buruk menjadi bingung sendiri hendak

bagaimana.

“Pulanglah Nike, aku sedang ada masalah dengan perilisan comicku,” ujar Deevan.

“Akukan pengen jalan-jalan sama kamu baby,” ujar Niken.

“Pergilah jalan-jalan sendiri dulu baby. Nanti kutransfer ke rekeningmu,” ujar Deevan.

Merasa tujuannya sudah berhasil, sontak Niken mengecup pipi Deevan dan melenggang

melewati Kayla yang baru saja masuk. Jangan tanyakan Kayla melihat adegan ciuman itu atau

tidak. Itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Tapi rasa kagum dan ngefans terhadap Deevan

tak pernah luntur. Ya! Kayla salah satu penggemar Deevan juga.

“Kemari Kay!” ujar Deevan.

Kayla berjalan dengan ragu menghampiri Deevan. Tak dapat dipungkiri, ia merasa takut jika

mood bosnya sudah seperti ini. Kayla berdiri tak jauh dari meja Deevan. Tak berani duduk

karena belum dipersilahkan.

“Apa kerjamu selama ini? Kenapa cara kerja Raka dan Vino belum sesuai dengan intruksiku?

Kau tak mengawasi mereka? Tugasmu tak hanya membantuku menggambar! Tapi juga

mengecek kinerja mereka berdua!” tegasnya.

Ini yang Kayla tak suka. Disaat-saat hendak rilis sebuah komik, pasti sang bos akan sensi.

Dan itu semua pasti terluapkan kepadanya. Padahal sebenarnya itu semua bukan semestinta

pekerjaan Kayla. Oh ya! Sepertinya bos Kayla lupa jika pekerjaan yang diberikan kepadanya

sangatlah banyak. Editing naskah tulisan juga pekerjaan Kayla. Kayla pun terkadang bingung

membagi waktunya. Tapi, disini ia lagi-lagi tak berani mengutarakan keluh kesahnya. Ia hanya

bisa menunduk mendengarkan celotehan Panjang x lebar x tinggi sang bos tercinta.

“Kau perbaiki kinerja mereka sekarang ini juga!” tegas Deevan.

“Baik Pak,” jawab Kayla.

Akhirnya hal ini terjadi lagi. Selalu seperti ini. Selalu berakhir dengan pekerjaan Kayla yang

ditambah. Sepertinya Kayla harus menceramahi dua anak sepejuangannya agar lebih serius

mengerjakan perintah atasan mereka. Tentu saja agar Kayla tak kerja dobel lagi.

Sesuai perintah, Kayla segera memperbaiki gambaran dua kunyuk yang berulah tadi. Bosnya

itu garcep sekali sudah mengirimkan hasil gambaran mereka. Setelah Kayla lihat, ternyata

memang benar tak sesuai dengan intruksi Deevan. Jelas saja sang bos marah. Kayla mengambil gawainya dan mulai mengetik di grup khusus mereka berempat. Yakni Kayla, Raka, dan Vino.

Sebenarnya ada grup tersendiri yang di dalamnya ada Deevan. Tapi Raka sengaja membuat dua

grup yang satu tanpa Deevan agar bisa menggunjing ria bersama. Hahaha.

‘Setelah pulang kerja langsung ke markas! Jangan langsung pulang. Ada wejangan untuk

kalian,’ Begitulah kira-kira yang Kayla ketik.

Singkat cerita, kini Kayla sudah siap membereskan meja kerjanya untuk berangkat ke

markas. Deevan memang sengaja menyiapkan kantor lagi untuk mereka bekerja selain di kantor

utama. Agar lebih fokus dan lebih mudah untuk meeting bersama tentunya.

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Erna Duwi setiana

Erna Duwi setiana

suka bget

2023-02-19

0

Lia Nurlaila

Lia Nurlaila

hadiirrr...udh d masuk favorit jg tp nunggu tambah part ny biar g nanggung 🤭😘

2022-03-03

1

Yuli Astuti

Yuli Astuti

Ibu sdh membacanya lhu, makasih banyak

2022-03-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!