Sapa seorang gadis...

Reina menunggu Altezza di depan rumahnya. Menatap keindahan Desa Shirakawa yang akan dia tinggalkan menuju Milan atas tekadnya bersama Altezza. "Hmmm, aku akan merindukan desa kelahiran ku!" Batinnya menatap keindahan Shirakawa.

Altezza keluar bersama Fuji, membawa tas ransel dan bekal yang telah di persiapkan oleh ibu tercintanya. "Maaf telah lama menunggu!" Senyumnya menatap Reina yang sangat natural.

Reina menggunakan baju kaos berwarna biru langit dan celana levis. Di balut cardigan di balut sneakers biru seusianya.

"Kau seperti anak SMA yang ingin kuliah di Milan!" Goda Altezza mengacak rambut Reina.

Reina mengelak kesal karena rambutnya yang lurus menjadi berantakan kembali. "Za, kau!" Geram Reina.

Altezza dan Fuji tertawa melihat gadis abege itu kesal di pagi hari.

"Ingat pesan ibu yah Za! Jangan kau urusin roh halus itu lagi! Walau mereka baik pada mu tetap saja mereka bukan di dunia kita. Jangan ceroboh. Tutup mata bathin mu untuk melihat hal ghaib. Jika kau memang lebih yakin dengan Jesus seperti bos mu Tuan Santo, lebih baik kau belajar dengannya. Kau mengerti pesan ibu?" Tegas Fuji pada putra kesayangannya.

Altezza mengangguk kemudian mengeluarkan amplop coklat berisi beberapa lembar mata uang yen dia beri ke Fuji. "Terimalah ini Bu!" Ucap Altezza menggenggam tangan Fuji.

Mata Fuji membulat seketika, "apa ini? Aku tidak butuh ini Za! Aku hanya ingin kau selalu di dekat ku!" Isak Fuji yang tak bisa membendung air matanya.

Altezza memeluk erat tubuh kurus yang masih terlihat cantik alami dan lembut itu. "Terimalah Bu! Ini aku beri untukmu! Hasil keringat ku! Aku mohon, doakan aku selalu. Aku ingin hidup tenang di Milan merintis karier ku!" Bisik Altezza membendung air matanya.

"Tapi ini banyak sekali Za! Apa kau memiliki simpanan? Aku tidak ingin menyusahkan mu! Kau adalah putraku, aku tidak ingin kau kekurangan disana." Fuji kembali terisak jika mengingat putranya harus berkerja keras demi mengumpulkan pundi pundi yang tak seberapa dari media.

Altezza mengecup kening Fuji, "aku selalu cukup di sana. Saat ini Tuan Santo memberi ku upah lebih dari cukup." Senyum Altezza menenangkan hati sang ibu.

Fuji tersenyum lega. "Kau jaga Reina, jangan kau sia siakan dia! Anggap dia sahabat atau adikmu. Jangan kau buat dia bersedih! Aku tidak ingin orang mengcap jelek tentang mu Za! Kau ingat pesan ku? Jika kalian memang mau bersama teruskan, jika tidak jangan kau rusak Reina. Dia gadis baik dan jujur! Kau mengerti?" Tegas Fuji menasehati Altezza.

Altezza mengangguk, melirik Reina yang tengah bersedih akan meninggalkan Shirakawa.

"Bi, aku pergi! Doakan kami, semoga Milan merubah hidup kami menjadi lebih baik!" Senyum Reina.

Fuji mengecup kening Reina, "aku berharap kau menjadi menantuku. Tapi Altezza mengatakan kau tidak suka dengan putraku!" Goda Fuji mengusap lembut wajah Reina.

Reina menyeka wajahnya, "Maafkan aku, Bi! Aku menganggap Altezza hanya sebagai sahabat, tidak lebih. Doakan aku mendapat tambatan hati di sana." Ucap Reina tersenyum menatap Fuji.

Fuji mengangguk, melepas Altezza dan Reina menuju Milan. Tentu dengan deraian air mata. Baru beberapa hari putranya kembali, harus pergi lagi demi meraih cita citanya. "Kenapa mereka tidak ingin di Tokyo? atau di tempat lain yang lebih indah. Kenapa mesti Milan atau Roma?" Batin Fuji setelah melepas putranya dan Reina.

Altezza membawa Reina, menaiki bis menuju Tokyo. Jarak tempuh dari Tokyo ke Milan memakan waktu lebih kurang 14 jam 30 menit. Cukup melelahkan. Mereka menggunakan pesawat class ekonomi, sesuai kemampuan mereka.

Beberapa kali Reina merasa mual dan ingin muntah di karenakan ini kali pertama dirinya menggunakan pesawat terbang.

"Apa kau ingin makan sesuatu?" Tanya Altezza saat mengusap tengkuk Reina agar lebih tenang.

"Hmm, nggak usah! Aku hanya enggak biasa Za! Seumur hidup baru kali ini aku menggunakan pesawat!" Jujurnya masih merasakan perutnya bergejolak.

Atezza meminta minyak angin kepada pramugari dan segelas teh hangat untuk Reina.

"Minum teh ini! Setidaknya akan menenangkan mual mu!" Bisik Altezza.

Reina menyeruput sedikit teh yang ada di hadapannya, menerima pijatan dari Altezza. "Maaf Za, aku telah merepotkan mu!" Ucapnya pelan.

Altezza tersenyum, "tidurlah! Aku akan menjagamu. Biasanya jika di bawa tidur akan terasa lebih enak." Jelas Altezza mengatur kursi Reina agar lebih nyaman.

Reina merebahkan tubuhnya, wajah cantiknya terlihat pucat. Altezza terus mengusap kening Reina agar lebih tenang.

Perlahan Altezza menatap gadis itu, ada perasaan kasihan menyelimuti lubuk hati Altezza. "Dia gadis baik, sangat sopan dan jujur. Kenapa dia tidak bisa menyukai ku? Apakah aku terlalu egois di matanya?" Batin Altezza.

Altezza menarik nafas dalam, merebahkan tubuhnya lebih dalam memejamkan mata. Altezza kembali ke alam bawah sadarnya bertemu Praavena kembali.

"Ve," Sapa Altezza saat melihat Praavena menggunakan gaun indah yang biasa dia kenakan saat bersamanya.

Praavena menoleh, "Za, aku sangat merindukan mu! Kenapa kau menjauh dari ku Za? Apa kau tidak mencintaiku lagi?" Ucap Praavena tak bisa menggapai Altezza.

Altezza terbawa suasana perasaannya. "Aku masih mencintaimu Ve! Kau yang pergi tanpa kata dariku! Kenapa kau begitu cepat meninggalkan aku membawa Barita bersama mu? Kenapa kau rebut sahabat ku Ve? Dia sahabat ku! Kembalikan dia Ve! Aku mohon! Dulu kau mengambil Kioto, kini Barita, nanti siapa lagi Ve? Jangan kau siksa aku seperti ini! Kembalilah Ve!" Isak Altezza memohon pada Praavena.

"Za, maafkan aku! Aku tidak bisa menggapai mu! Aku ingin kau bahagia! Tuan Santo yang merencanakan pembunuhan Caroline dan Gerald hingga melibatkan Barita. Jangan salahkan aku! Aku hanya ingin yang terbaik untukmu! Kau tau alam kita sangat berbeda! Aku mencintai mu Altezza! Sangat mencintaimu." Ucap Praavena semakin menjauh kemudian menghilang menembuas awan.

"Ve, Ve, Venaaa!" Teriak Altezza tersentak dari tidurnya. Altezza melihat kiri dan kanan, menyeka keringat yang mengucur deras di kepala hingga leher. Menelan saliva berkali kali. Ada perasaan mual yang dia rasakan. Cepat Altezza membuka seatbeltnya berlari menuju toilet pesawat.

Bhuug...

Altezza terjatuh, kembali menutup mulutnya cepat berlari memasuki toilet.

"Altezza?" Batin seseorang yang mengenalnya, kembali ke kursi masih menatap pintu toilet.

Sementara di dalam toilet Altezza mengeluarkan semua isi perutnya. "Huuuwek, huweeek, huweeek!" Perlahan Altezza mengusap tengkuknya. "Kenapa aku masih teringat Praavena? Kenapa sulit bagi ku untuk melupakan dia?" Batin Altezza kembali merasa frustasi.

Altezza mencuci wajahnya dengan air menyeka menggunakan tisyu. "Tuhan, bantu aku melupakannya. Dia sudah tenang Tuhan!" Isaknya kembali mengusap wajah tampannya.

Perlahan Altezza membuka pintu toilet, menghembus nafas dalam melangkahkan kaki menuju kursi semula.

"Altezza!" Sapa seorang gadis saat Altezza melewatinya.

Deg,

Altezza menoleh, menatap nanar wajah gadis cantik yang tengah tersenyum menatapnya.

"Kau?" Ucap Altezza kaget....

Bersambung....👻

Happy reading...🔥🤗

Jangan lupa Like and Vote...😘

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Siapakah dia?? aku penasran thor..
dtunggu next update

2022-03-08

4

DEBU KAKI

DEBU KAKI

siapa ?

2022-03-08

4

XMYZLX

XMYZLX

Boom like, balik

2022-03-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!