Altezza dan Santo masih menunggu kabar dari Dokter yang menangani Barita dan Caroline di ruang operasi. Gerald dinyatakan meninggal di tempat oleh petugas kepolisian. Tinggal menunggu kabar Caroline dan Barita. Saat ini mereka tengah mendapatkan penanganan medis dengan sangat serius.
Bagian tubuh Caroline dari perut hingga kaki hancur. Tipis harapan untuk menyelamatkan janda Santo satu itu.
Sedangkan Barita, dinyatakan kritis karena mengalami pendarahan hebat di kepala dan dada yang terbentur di jalan.
Sudah lebih 3 jam Dokter melakukan tindakan sesuai permintaan Santo, tapi belum ada kabar yang berarti bagi mereka berdua.
"Tuhan, selamatkan sahabat ku! Jangan ambil dia!" Isak Altezza.
Altezza melihat sebuah lorong, disana ada Praavena tengah menunggu Altezza mendekatinya. "Tuan, saya permisi dulu!" Bisik Altezza pada Santo yang masih tampak sedih.
"Hmm, ya! Belikan aku expreso." Ucap Santo pada Altezza.
"Baik Tuan! Aku permisi!" Tunduk Altezza.
Altezza merasakan hawa yang berbeda saat berpisah dari Santo. Hawa dingin lorong rumah sakit semakin terasa. Altezza melihat sosok Gerald dan Caroline bersama Praavena.
"Ve, jangan tinggalkan aku seperti ini!" Teriak Altezza berlari sekencang kencangnya mendekati Praavena, tapi semakin Altezza berlari Praavena semakin menjauh. "Venaaaaa! Jangan pergi!" Teriak Altezza di lorong yang semakin panjang. Altezza terhenti, meringkuk menangis dilantai koridor rumah sakit.
Bug,
Bahu Altezza ditepuk oleh pria tua yang biasa menemaninya disaat dia tengah mengalami kesedihan yang teramat dalam.
"Bangunlah, jangan menangis! Sahabat mu sudah tenang." Tegas pria tua itu.
"Jangan bilang aku kehilangan mereka Tuan!" Ucap Altezza terisak.
"Dunia kalian berbeda anak muda! Tidak baik untuk tubuh mu melayani nafsunya!" Jelas pria tua itu pada Altezza.
"Tapi aku sangat mencintainya Tuan! Jangan katakan ini pada ku! Aku tidak sanggup kehilangan sahabat dan kekasih ku Tuan! Aku mohon, tolong sahabat ku!" Ratap Altezza di lantai koridor rumah sakit itu.
Tiba tiba terdengar suara Santo memanggil Altezza, "Za, Ezza!" Teriak Santo pada Altezza yang masih meratapi sahabat dan kekasihnya.
Altezza menoleh ke belakang, melihat Santo tengah berbicara dengan ketiga Dokter yang menangani Barita dan Caroline. Altezza bergegas mendekati mereka.
"Bagaimana keadaan Barita Dokter?" Tanya Altezza menatap lekat mata Dokter penuh harap akan memberi berita baik untuknya.
"Maaf Tuan, Tuan Barita dan Nyonya Caroline sudah meninggal dunia!" Jelas Dokter menepuk lembut bahu Altezza.
Altezza benar benar berteriak frustasi, "berarti kau yang di maksud Praavena tadi Bar! Bariiiiitaaaaa!" Teriaknya terdengar lantang di koridor rumah sakit. Suara isak tangis Altezza sangat menyayat hati yang mendengar.
Benar saja, tak menunggu lama Bastian, Amanda dan putrinya Jessey hadir disana. Menghampiri Santo menanyakan kronologis kejadiannya pada mantan suami pertamanya itu.
Altezza masih terisak, ada dendam dihatinya. Karena mobil istri Bastian dia harus kehilangan Barita sahabat terbaiknya. Sakiit, sangat sakit. Kehilangan sahabat sekaligus kekasih. Altezza menyandarkan tubuhnya di dinding ruang operasi, sambil menunggu jenazah sahabatnya dibawa keluar oleh petugas.
Jessey mendekati Altezza, "apakah kau mengenal Mami Caroline?" Tanya Jassey.
Altezza enggan menjawab, dia hanya termenung menatap wajah cantik Jessey. "Aku kehilangan Praavena dan Barita karena Mami mu itu!" Bisiknya menggeram dengan wajah masih memerah.
Santo mendekati Altezza, "kita akan kerumah duka! Aku memutuskan untuk mengkremasi Barita." Jelas Santo pada Altezza.
"Jangan Tuan! Kuburkan saja. Kirim dia ke Roma. Agar keluarganya tau bahwa Barita telah tiada." Tegas Altezza.
Tentu Santo mengangguk setuju, karena jenazah Caroline dan Gerald akan di bawa ke Roma. "Baiklah, kita akan segera menuju Roma." Jelas Santo menepuk pundak Altezza.
Setelah Bastian dan Santo saling bicara, Bastian hanya fokus pada jenazah Caroline. Dalam hatinya penuh tanda tanya "kenapa Caroline ada bersama Gerald? berarti Caroline memang menyembunyikan perselingkuhannya hingga dia mati!" Geram Bastian.
Jenazah ketiganya di bawa secepat kilat menuju Roma, akan di adakan acara pemakaman di gereja Keluarga Locateli.
Altezza benar benar tak meninggalkan peti jenazah sahabatnya, hingga dia dibawa oleh Barita ke alamnya yang berbeda.
"Za, maaf kan aku! Aku diam diam menyukai gadis mu!" Ucap Barita pada Altezza.
"Kenapa kau lakukan itu pada ku Bar? Kau tau aku sangat mencintai Praavena. Kenapa kau tega merebut kekasih sahabatmu!" Geram Altezza menatap lekat mata elang Barita.
"Dia sangat menawan Za! Biarlah aku menjaganya disini. Pulanglah kau, kembalilah bersama Ibumu. Dia sangat merindukanmu Altezza! Jangan kau siksa dirimu dikota ini." Jelas Barita.
Altezza menunduk, ini kali keduanya dia kehilangan kekasih. Dulu Walode meninggalkannya karena kecelakaan. Kini Praavena merebut nyawa sahabatnya karena kecelakaan juga.
"Za, maaf kan aku! Kau pria terbaikku!" Bisik Praavena memeluk erat tubuh Altezza.
"Jangan Ve, aku akan menunggumu di perempatan jalan pertama kita bertemu. Jangan tinggalkan aku Ve! Please, bawa aku bersamamu! Bawa aku bersama kalian!" Teriak Altezza, membuat orang orang disekitarnya membangunkan pria jepang yang sangat frustasi itu.
"Tuan, apa kau bermimpi?" Ucap seorang ibu mendekati Altezza.
"Hmmm, dimana aku?" Tanya Altezza.
"Kau masih di rumah duka. Sebentar lagi kita akan mengadakan pemakaman sahabatmu!" Jelas Ibu itu lagi.
Altezza mengusap lembut kepalanya. "Hmmm, ya! Aku permisi dulu." Ucap Altezza memilih keluar dari dalam ruangan tempat istirahat tamu. Dia mencari Santo yang tengah berbincang dengan sahabatnya. Altezza menghampiri Santo.
"Tuan, apakah kita akan kembali hari ini ke Milan?" Tanya Altezza pada Santo.
"Hmm, ya! Setelah pemakaman kita akan segera ke Milan. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan bersama orang orang ku!" Jelas Santo.
"Apakah aku boleh tinggal bersama mu selama di Milan?" Tanya Altezza pada Santo.
"Hmm, ya! Kita akan tinggal bersama. Apakah kau ada masalah?" Tanya Santo sedikit penasaran.
"Tidak Tuan, aku hanya kelelahan." Jelas Altezza memilih berlalu meninggalkan Santo.
Altezza kembali mendekati peti mati milik Barita. Perasaannya sangat campur aduk, beginikah rasanya kehilangan sahabat baik, batin Altezza kembali menangisi Barita dan Praavena.
Mata Altezza kembali menatap kearah seorang gadis yang mirip Praavena. "Vena!" Tanya Altezza.
Gadis itu menatap Altezza, "Aku Jessey, bukan Praavena." Tegas gadis itu kesal menatap Altezza. Memilih meninggalkan pria jepang itu sendiri di depan peti Barita.
Pria tua kembali mendekati Altezza, "sudah sering aku ingatkan padamu, jangan kau mendekati arwah yang bergentayangan, itu akan mengambil separuh jiwamu anak muda!" Jelas pria tua itu pada Altezza.
Altezza hanya mengangguk, memahami apa yang dimaksud pria tua itu. "Aku akan kembali ke Jepang. Setelah semua ini selesai. Aku tidak ingin berada disini dan tidak akan kembali ke kota ini!" Batin Altezza.
Itu hanyalah hati yang berduka karena kehilangan. Santo tidak akan pernah membiarkan Altezza pergi, karena perasaan bersalah Santo pada kematian sahabat sekaligus mantan istrinya.
Berat berat..😭 to be co n ti nu e...
👻👻👻👻👻👻👻👻👻
Happy reading...🔥🤗
Jangan lupa Like and Vote...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Danie a
lebih sukak ceritanya yang ini sih timbang yang paras😁 ditunggu lanjutannya😉
2022-03-04
3
DEBU KAKI
mantap kak
2022-03-02
3
pat_pat
semangat
2022-03-02
4