Altezza kembali ke Santo Stefaano untuk menemui Praavena yang sudah lebih sebulan tidak ditemuinya. Tapi betapa terkejutanya dia melihat restoran miliknya sudah rata hangus terbakar tanpa ada yang memberi tahu padanya. Altezza sibuk mencari Praavena. "Dimana dia? Kenapa dia tidak menemuiku? Apakah dia marah pada ku? Praaavenaaaaaa!" Teriak Altezza diatas perbukitan.
Seorang pria tua menghampiri Altezza, menepuk pelan pundaknya. "Siapa yang kau panggil anak muda?" Ucap pria tua itu duduk disamping Altezza.
Altezza masih menundukkan wajahnya, mengusap kasar wajah jepang itu sangat kasar. "Aku kehilangannya Tuan! Dia membenci ku! Dia tidak ingin bersama ku!" Ucap Altezza tanpa menatap pria tua itu.
"Hmmm, dia masih ada didekatmu! Dia hanya butuh waktu untuk kau benar benar mencarinya." Jelasnya menenangkan Altezza.
"Apa kau tau siapa yang menghancurkan restoran ku Tuan?" Tanya Altezza pada pria tua itu.
"Hmm, mereka hanya musuhmu! Ada pria yang ditemukan disana! Mereka pikir itu kau! Seharusnya kau pergi mencari berita itu ke dewan kota. Mereka berkali kali menghubungi mu, tapi tidak ada jawaban darimu dan sahabat mu!" Jelasnya kemudian menghilang entah kemana tanpa disadari oleh Altezza.
"Apaa?? Korban?" Altezza menoleh kesamping dimana pria tua itu duduk, justru dia tidak menemukan pria itu lagi. "Kemana dia? Siapa dia? Apakah dia yang selalu mengikutiku? Bagaimana nasib Kioto? Apakah dia benar benar mati atas kejadian kebakaran naas itu?" Tangis Altezza berlalu meninggalkan perbukitan itu, menuju restorannya kembali.
Altezza benar benar mencari keberadaan Praavena dan kabar tentang sahabatnya Kioto. Altezza menghubungi Barita, memberi kabar yang terjadi di Santo Stefaano. Meminta Barita mencari tau siapa pelaku yang meluluh lantahkan tempat usaha mereka melalui Tuan Santo.
"Ooogh Tuhan! Begini sekali mereka menghancurkan hidupku! Hingga aku kehilangan Praavena. Dimana dia? Ve, Vena," Teriak Altezza mengelilingi area yang hangus terbakar seorang diri.
Seorang pria paruh baya menghampiri Altezza. "Anak muda, kau kemana? Kami mencarimu!" Sapanya pada Altezza.
"Aku sedang ada pekerjaan di Milan Tuan, dan sangat sibuk hingga aku melupakan restoran ku! Bagaimana keadaan Kioto orang kepercayaanku Tuan?" Tanya Altezza pada pria itu.
"Hmm, Pria Jepang yang mirip dengan mu itu meninggal anak muda! Dia hangus terbakar dilantai dua. Kami tidak bisa membantunya Tuan! Kejadian sangat cepat dan mencekam. Kami mendengar beberapa orang menyebut namamu anak muda. Mengatakan bahwa kau telah mati terbakar didalam sana." Jelasnya pada Altezza.
Altezza menangis menangkup wajahnya, "maafkan aku Kioto! Maafkan aku. Apakah kau bertemu dengan Praavena hingga dia meninggalkan ku?" Tangisnya membatin.
Pria paruh baya itu menepuk lembut bahu Altezza, "kuatlah kami telah menguburkannya di pemakaman dekat gereja tua! Kau bisa kesana!" Jelasnya.
Altezza bergegas menuju pemakaman dibelakang gereja yang dimaksud pria itu, mata Altezza tertuju pada sosok Praavena tengah duduk didekat makam Kioto.
Altezza mendekati Praavena, "Ve!" Sapa Altezza pada bahu gadisnya.
Praavena menoleh langsung memeluk Altezza, " Aku takut Za!" Isaknya.
Altezza membalas pelukan Praavena, "aku khawatir Ve, aku khawatir kamu menghilang dan meninggalkan ku! Lebih 1 bulan kita berpisah, aku benar benar merindukan mu!" Isak Altezza memeluk tubuh Praavena.
"Jangan tinggalkan aku Za! Aku nggak mau disini sendiri! Mereka melihatku! Gerald membawa orang pintar untuk menangkapku! Hingga aku tidak bisa menyelamatkan Kioto!" Isaknya semakin dalam di dada Altezza.
"Shiiit! Berarti mereka menyakiti keluargaku!" Geram Altezza membatin.
"Tenanglah, kita akan ke Milan setelah aku menemui dewan kota." Pujuk Altezza masih mengusap bahu Praavena.
Praavena mengangguk. Altezza duduk bersimpuh mendoakan Kioto agar bahagia dialam syurga. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya menemui dewan kota Santo Stefaano.
Pihak terkait menjelaskan ini adalah sebuah kecelakaan, tidak disengaja. Karena kompor yang digunakan meledak, menurut pihak dewan kota.
Tentu Altezza tidak mudah percaya begitu saja. Dia kembali kerestorannya, mencari puing puing yang masih tersisa. "Aku yakin, ini sengaja! Dilantai dua tidak ada kompor! Kenapa mereka mengatakan Kioto meninggal karena kompor?" Batin Altezza.
"Sangat naas bukan? hikz." Batin Author.
Praavena menemani Altezza, tak ingin jauh dari pria jepangnya itu. "Gerald pelakunya Za! Aku melihatnya malam kejadian itu!" Jelas Praavena.
"Dia bersama siapa? Apakah Caroline ikut dengannya?" Tanya Altezza.
"Tidak, melainkan dengan salah seorang pendeta yang ingin menarikku masuk ke sesuatu tempat Za! Aku mohon jangan pergi lagi! Aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi! Aku takut Za!" Jelas Praavena dilengan Altezza.
"Hmm, tenanglah! Kita kembali malam ini juga, ayoo!" Altezza menggandeng tangan Praavena, tentu tidak luput dari incaran Gerald yang sejak tadi mengikuti Altezza.
Altezza bergegas menuju terminal bis, menyadari bahwa ada yang mengikutinya. Berusaha berlindung dibalik tiang terminal. "Bangsat, dari tadi dia mengikuti ku ternyata!" Batin Altezza menyembunyikan diri.
Altezza mengalihkan pandangan Gerald, agar dia tidak tau Altezza menaiki bis kearah mana. Tak lupa Altezza menghubungi Tuan Santo melalui pesan singkat menyatakan dirinya sedang terancam di Santo Stefaano.
Altezza terus berlari meninggalkan terminal, menuju stasiun. Dia berhasil meninggalkan Santo Stefaano menuju Milan malam itu sesuai anjuran Tuan Santo dan Barita. Sepanjang perjalanan Altezza masih tak tenang, "kenapa mereka mencari ku? Apakah Tuan Santo tidak memegang janji yang dia ucapkan pada ku?" Batin Altezza berkecamuk didalam kepalanya.
Matanya basah menangisi kepergian Kioto yang sangat tragis dan begitu cepat. "Kenapa mereka tidak memberi kabar kepadaku? Seminggu lalu Kioto hanya mengatakan ada yang mencariku seorang wanita!" Kenang Altezza mengambil handphone miliknya dari kantong jacket.
Altezza melihat foto seorang gadis, "Jeseey Locateli, kenapa dia mencari ku? Apakah mereka semua sedang mengancamku?" Batin Altezza sepanjang perjalanan.
Altezza tak mampu memejamkan mata sepanjang perjalanan. Dia sengaja memesan expreso sebelum menaiki kereta agar lebih tenang dalam berfikir.
Altezza memeriksa semua pesan dari Kioto. Mereka komunikasi terakhir 4 hari lalu. Berarti kejadiannya masih baru, pria bajingan itu masih ada di Santo Stefaano, batin Altezza.
⌛Selama 3 jam perjalanan, tentu membawa Praavena yang tak kasat mata bersamanya. Mereka tiba pukul 03.00 dini hari waktu Milan. Altezza membawa Praavena keapartemen yang berbeda. Barita membantu Altezza mencari apartemen di area yang tidak begitu jauh dari Barita tinggal. Apartemen yang diberi Tuan Santo sangat nyaman, bahkan bisa dikatakan mereka sangat dilindungi dari makhluk tak kasat mata disana.
Altezza membawa Praavena masuk keapartemen baru mereka. "Masuklah," ajak Altezza.
Praavena tersenyum, menatap seisi ruangan. Tak begitu besar, tapi cukup dan nyaman untuk mereka tempati.
"Lebih bagus dari apartemenmu di Roma!" Goda Praavena.
Altezza tersenyum, "ya, Barita yang membantuku mencari ini! Semoga kau suka!" Senyum Altezza.
"Hmmm, aku sangat menyukainya." Peluk Praavena.
"Syukurlah! Jujur aku tak bisa menemani mu setiap hari disini. Aku dalam pengawalan Tuan Santo! Aku harap kau mengerti, yang pasti kau jangan menghilang lagi! Aku takut!" Titah Altezza.
Praavena mengangguk mengerti. "Yang pasti aku tidak bisa memasuki area Tuan Santo. Dia pria kuat." Rungut Praavena.
"Ya, dia meminta aku meninggalkanmu! Mengirimmu kealam mu! Sebelum aku menyakiti orang orang terdekatku!" Tunduk Altezza.
Praavena menatap lekat mata kekasihnya. "Maafkan aku, terlanjur membuatmu jatuh cinta!" Ucap Praavena dihadapan Altezza.
Altezza mengusap pipi lembut itu, tak ingin memikirkan ucapan Tuan Santo. Baginya dia sangat menikmati hubungan ini walau dialam yang berbeda.
To be co n ti nu e
👻👻👻👻👻👻👻👻
Happy reading...🔥🤗
Jangan lupa Like and Vote...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
DEBU KAKI
dah selesai meninggalkan jejak, lanjooootkeun
2022-02-26
4
Pemenang YAWW 9 😴🤕
semakin penasaran aqoooh...🔥🔥🤧
2022-02-25
4