Praavena meninggalkan kediaman Locateli malam itu juga. Dia memilih menginap di hotel dari pada harus bersama Ibu tiri dengan semua sifat jahatnya. Semua pengawal mengetahui kejadian malam itu. Tapi tidak menyangka bahwa CCTV semua ruangan telah di non aktifkan oleh Caroline.
Beberapa kali Praavena menghubungi Bastian, tapi tidak ada jawaban yang berarti dari motivator handal itu. "Pi, angkat!" Geram Praavena, kemudian membanting handphone miliknya didinding hotel.
Praavena menghabiskan waktu sendirian tanpa teman. Beberapa kali dia meminta pada sahabatnya agar menemaninya malam itu, tapi tidak ada yang bisa dengan alasan mereka memiliki kesibukan yang lain.
"Ternyata teman itu tidak ada disaat kita butuh! Teman selalu ada disaat kita senang dan banyak uang. Disaat ini aku butuh Papi! Tapi dia terlalu sibuk dengan dunianya." Isak Praavena diatas ranjang kamar hotel.
Praavena kembali tertidur tanpa menghiraukan apapun tentang keluarganya.
Saat Praavena terjaga tak seorangpun yang mencarinya. Ternyata, selain dia kehilangan sosok Ibu dia juga kehilangan sosok seorang ayah. Hidupnya benar benar hancur. Dengan pengkhiatan yang dilakukan orang terdekatnya.
"Tuhan, ambil saja nyawaku! Jangan buat hidup ku sepeti ini! Saat ini aku butuh Papi, tapi dia terlalu sibuk dengan dunianya tanpa memperdulikan aku." Isaknya menangis diranjang kamar hotel.
Praavena berencana akan menghabiskan waktu di pusat pemberlanjaan, tapi Gerald menghubunginya.
"Ngapain dia menghubungi ku?" Batin Praavena.
Tak ingin istirahatnya terganggu Praavena mengangkat panggilan telfon Gerald.
📞"Ya!"-Praavena.
📞"Kamu dimana sayang? Aku khawatir?"-Gerald.
📞"Kamu masih sama Caroline? Kamu tega sama aku! Kamu renggut kehormatanku, kamu tidur dengan orang tua tiri ku! Aku akan membeberkannya Gerald! Kau laki laki bajingan yang tidak pantas untuk ku! Kita putus!" Tegas Praavena menutup sambungan telfonnya.
Gerald menggeram, tak menyangka akan ketahuan secepat ini oleh Praavena. Tentu Gerald merasa terancam, segera menghubungi Caroline. Mencari jalan agar semua tidak terbongkar ketelinga Bastian Locateli.
Caroline meminta Gerald untuk segera menghabisi putri tirinya itu, segera melacak keberadaan Praavena siang itu.
Tentu menjadi mimpi buruk bagi Praavena, ternyata siang itu, adalah siang terakhirnya hidup didunia nyata.
Deg,
Barita tersadar dari dunia Praavena. "Stop! Aku tidak sanggup meneruskan ini Altezza! Jujur aku tak tega untuk melihat kejadian itu. Kenapa kita di pertemukan sekarang? Kenapa nggak dari dulu?" Barita menangis menatap Altezza.
"Jika aku jadi Praavena aku tidak akan sanggup! Mungkin aku akan bunuh diri Za!" Barita semakin frustasi.
Altezza segera mendekati Barita. "Heii bro, tenanglah! Semua akan baik baik saja! Kita akan membantu Praavena menyelesaikan kasus ini!" Jelas Altezza.
"Kita bukan detektif Za! Kita hanya orang biasa! Kau hidup dari berita, aku dari karierku! Apa kau sanggup mesti kehilangan pekerjaanmu hanya demi menguak kasus ini? Ini gila Za! Gila! Aku tidak akan sanggup melanjutkannya! Nyawa kita akan terancam." Tegas Barita.
Altezza tertegun, kembali duduk di pinggir kasur, menatap Barita yang mengacak rambutnya, menggeram bahkan mengeluarkan kata kata kotor.
Altezza tak ingin mengganggu sahabatnya melampiaskan emosinya. Dia merebahkan tubuhnya diranjang, menatap langit langit. Begitu banyak cobaan baginya selama ini. Tak terbayangkan kariernya sebagai wartawan berakhir.
Altezza mencari pemberitaan tentang suami pertama Caroline Locateli di handphone pintar miliknya, mengschrool mencari. Klik klik klik klik, muncullah beberapa berita bahwa suami pertama Caroline adalah pemilik salah satu media di kota.
"Hmmm, menarik!" Batin Altezza.
Altezza mengirim pesan ke email yang tertera, agar secretarisnya mengatur jadwal jumpa mereka. "Aku yakin akan ada jalannya. Jika mengadu dua kekuatan ini!" Altezza kembali membatin.
Altezza melihat Barita sudah mulai tenang kembali, "Beberapa hari lagi mungkin kita akan mendapat pencerahan. Saat ini istirahatlah. Jangan berdiri saja!" Goda Altezza pada Barita.
"Hmmm!" Ucap Barita kembali mendekati Altezza.
"Kita seperti pasangan homo! Aku akan menyewa kamar sebelah! Agar aku bisa membawa gadisku kesini untuk menemani ku!" Ucap Barita.
Altezza mengangguk, "ternyata kau sangat ingin ditemani wanita daripada aku!" Kekeh Altezza menggoda Barita.
"Ya iyalah! Kalau kau menemani ku, kita mau ngapain?" Barita berlalu menemui sipemilik gueshause itu.
Barita membayar kamar persis disebelah kamar Altezza, hingga mereka tidak terlalu jauh jika ada hal, yang membahayakan.
Barita mengambil tasnya, menghubungi kekasihnya yang tinggal tak begitu jauh dari desa itu. "Sudah berapa bulan aku tidak bertemu dengannya." Batinnya terkekeh.
Altezza hanya melihat sahabat terbaiknya berlalu, "ternyata dia memiliki kekasih!" Batin Altezza.
Saat Barita meninggalkan kamar Altezza, tentu kemunculan Praavena sangat dirindukan oleh Altezza.
"Kamu kenapa menghilang dari ku!" Rengek Altezza dipaha Praavena.
Praavena mengusap lembut kepala Altezza, "apakah aku harus menemanimu bersama sahabatmu itu?" Goda Praavena.
"Setidaknya kau jangan menjauh dari ku!" Rengeknya dipaha Praavena. Tangan Altezza mulai mengelus lembut paha mulus itu.
"Za!" Bisik Praavena lembut.
"Hmm!" Usap Altezza, semakin naik ke pangkal paha gadis itu.
"Hmmmzh," Praavena menutup matanya, menikmati sentuhan tangan Altezza yang semakin nakal.
Perlahan Altezza menaikkan dres yang digunakan Praavena, sungguh membangkitkan gairahnya jika sudah menyentuh Praavena.
Perlahan tapi pasti Altezza benar benar menikmati tubuh indah itu. entah didunia mana, bagi Altezza itu sangat indah. Des*ahan keduanya saling bersahutan tanpa persaan takut. Altezza benar benar melakukannya bersama Praavena.
Berkali kali keduanya meng*erang, mend*esah nikmat, saling membalas dan semakin menggila. "Ooogh yes!" Ucap Altezza saat mencapai pelepasannya.
Praavena tersenyum puas, baginya Altezza pria Jepang yang sangat hot di ranj*ang.
Altezza terlelap, setelah melakukan pergulatan panas sore itu. "Kenapa tubuhnya begitu ringan yah? Sepertinya sangat elastis. Dengan mudah aku melakukan apapun! Rasanya juga sangat berbeda! Ini benar benar luar biasa!" Batin Altezza.
"Za, bangun!" Ucap Praavena setelah menyediakan makan malamnya.
"Hmmm!" Altezza menatap wajah cantik gadisnya. "Kenapa kamu secantik ini, hmmm!" Bisik Altezza.
Wajah Praavena kembali memerah merona, "jangan goda aku! Aku nggak suka!" Kekeh Praavena.
"Iiighs, aku serius! Jika kamu ada didunia nyata, aku akan menikahimu dan kita tinggal di Jepang. Maukah kamu melakukan renkarnasi?" Ucap Altezza serius menatap hezel manik Praavena.
Praavena menelan salivanya, jujur baru kali ini dia melihat keseriusan dimata seorang pria yang tulus mencintainya. "Apa yang harus aku lakukan? Kita tidak mungkin bisa bersama Za! Dunia kita sangat berbeda! Dan kau akan menemukan gadis yang tepat. Setelah aku membuka kedok Caroline aku pasti akan kembali ke alamku. Tidak akan ada renkarnasi Za!" Tunduk Praavena.
Altezza menatap mata indah itu, ingin rasanya dia ikut bersama gadis itu tapi bagaimana dengan ibuku, batinnya.
"Ibuku!" Batinnya menahan sebak didada.
👻👻👻👻👻👻👻👻
Happy reading...🔥🤗
Jangan lupa Like and Vote...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Tyara Lantobelo Simal
Aku mampir
semangat
Next
2022-02-21
2
DEBU KAKI
lanjutkan
2022-02-20
3
Pemenang YAWW 9 😴🤕
tega...😭😭😭
2022-02-20
3