Altezza dan Praavena tiba disebuah desa kecil nan indah, terasa sangt sejuk dan nyaman. Jauh dari hiruk pikuk kota yang menyebalkan, hingga mengancam kedamaian Altezza.
Perlahan Praavena menatap wajah sendu sang Altezza yang tak seperti biasanya. "Ada apa dengannya? Kenapa dia seperti ini?" Batin Praavena.
Altezza mengambil handphone miliknya, menghubungi Barita. "Dia pasti mencariku." Batin Altezza.
Panggilan tersambung, tapi belum ada jawaban yang berarti dari Barita. "Kemana dia? Apakah dia baik baik saja? Aku khawatir dengan keselamatannya!" Bisik Altezza dalam hati.
Perlahan Praavena menghampiri Altezza, "maaf, karena aku kamu jadi begini! Kehilangan pekerjaanmu dan sahabat terbaikmu!" Rundung Praavena.
Altezza tersenyum menatap wajah cantik Praavena. "Heeeii, aku hanya khawatir pada Barita! Dia sendiri disana. Semoga dia baik baik saja. " Senyum Altezza memeluk tubuh Praavena.
Mereka hanya diam tanpa bicara, kembali masuk ke pikiran masing masing.
Sementara diluar sana,
Bastian mencari keberadaan Altezza, kembali menyandra Barita agar memberi tahu keberadaan sahabatnya.
"Dimana Pria Jepang itu? Dia berjanji akan memberikan semua bukti pada ku! Tapi dia membohongi ku!" Sarkas Bastian.
"A a ak aku tidak tahu Tuan!" Ucap Barita dengan suara terbata.
BHUUK
BHUUK,
"Sahabatmu ternyata pendusta! Kalian tidak memiliki bukti tapi berani membeberkan fitnah pada istri ku!" Teriak Bastian di wajah Barita.
"Ooogh shiit," Batin Barita merasa bagian tulang rusuknya sedang tidak baik baik saja.
"Aku akan melepaskan mu! Kau harus mencari keberadaan Altezza, bawa dia kehadapanku dalam keadaan hidup. Jika tidak kau akan menyusul Praavena putriku!" Tegas Bastian melepas ikatan tangan Barita dari kursinya.
Ya, Barita dihajar oleh Bastian di kediamannya, setelah mengetahui Altezza meninggalkan apartemen miliknya.
Sementara Gerald juga kehilangan jejak Altezza. Gerald menghancurkan isi apartemen Altezza atas perintah Caroline. Mereka kehilangan semua bukti pembunuhan Praavena yang tersimpan rapih di ruang bawah tanah.
📞"Cepat kau temui pria sipit itu Gerald! Sebelum dia memberi bukti itu pada suami ku! Aku bisa jatuh miskin dan kita akan mendekam di penjara!" Tegas Caroline melalui pesawat telfonnya.
📞"Iya sayang! Aku pasti akan menemukannya! Tenang yah sayang?" Pujuk Gerald pada Caroline.
📞"Kamu terlalu ceroboh! Mencari pria seperti itu saja tidak bisa!" Geram Caroline menutup ponselnya.
Gerald membanting ponselnya, menghancurkan kaca yang ada dihadapannya. "Aku akan kehilangan Sugar Momy ku! Akan aku habisi nyawa anak itu!" Batinnya semakin geram.
Dikediaman Barita,
Bastian meninggalkan Barita tengah menahan rasa sakitnya. Dia meraih ponselnya yang dari tadi menyala diatas nakas. "Altezza!" Bisiknya, kembali melihat semua perkarangan rumah.
Perlahan Barita kembali menghubungi Altezza dan tersambung,
📞"Za, kau dimana?" Tanya Barita.
📞"Aku pergi sebentar, tapi pasti kembali setelah aku tenang bro!" Ucap Altezza.
📞"Aku dihajar oleh keluarga Locateli, mereka mencari mu! Kau membohonginya!" Jelas Barita.
Altezza menarik nafas dalam,
📞"Kemarilah, aku akan menunggumu distasiun!" Altezza menyebutkan nama desa kecil di Italy.
📞"Baiklah!" Jawab Barita.
Tanpa berfikir panjang lagi, Barita benar benar mengemasi keperluannya, menyusul Altezza. "Setidaknya aku pergi untuk kembali membawa semua bukti!" Barin Barita.
Barita menyusul Altezza ke desa yang dimaksud oleh sahabatnya. Selama di perjalanan, Barita hanya diam, menatap arah luar jendela kereta. "Apa benar pembunuh Praavena Ibu tirinya sendiri? Beberapa kali aku bertemu gadis itu, dia sangat pendiam hanya fokus pada pekerjaannya. Tak pernah sekalipun dia berkata kasar atau mengeluh. Hmm, jujur aku mengagumi gadis itu! Tapi Altezza lebih dulu memikat hatinya." Batin Barita saat dalam perjalanan.
"Kenapa Bastian Locateli lebih percaya pada istri keduanya? Atau jangan jangan dia ingin menguasai harta Locateli? Iiighs, pasti Bastian itu bukan tumbuh dari keluarga bahagia! Melainkan broken home!" Kenangnya membayangkan sang motivator yang sangat kejam dan bengis.
"Jika aku jadi dia, aku akan melindungi putri ku! Bukan istriku yang hanya menghabiskan harta ku!" Kekehnya membatin.
Barita mengusap matanya, dia terlonjak kaget,
Melihat kehadiran Praavena duduk persis dihadapannya seperti ini.
Praavena tersenyum, "bisa kita bersahabat?" Ucap Praavena membuat Barita sedikit takut.
Barita celingak celinguk, melihat orang lain disekelilingnya. "Pasti orang akan menyangka aku gila jika berbicara padanya!" Batin Barita.
Barita hanya menjawab pelan, "apa aku bisa berinteraksi denganmu? Mana Altezza? Kenapa kau membuatnya seperti ini? Apa salahnya pada mu? Kenapa tega kau menyakiti sahabatku! Dia akan kehilangan pekerjaannya dan tidak dapat mentransfer uang pada Ibunya!" Kesal Barita tanpa memikirkan perasaan Praavena.
"Kenapa kau menyalahkan aku?" Bentak Praavena mentap Barita.
Barita membalas tatapan Praavena tanpa rasa takut, dia rela mati untuk melindungi pria jepang itu jika ada orang lain yang berusaha mencelakainya. "Dengar, semenjak Altezza bertemu denganmu, dia berubah! Menjadi pria yang lebih tertutup bahkan cendrung tidak ingin bertemu dengan ku! Aku sahabatnya dalam suka duka! Seharusnya kau pergi ke alam mu! Jangan ganggu dia! Kau sudah mati Praavena. Jangan hantui kami! Kami ingin hidup tenang tanpa ancaman dari keluarga mu!" Sarkas Barita.
Praavena menaikkan alisnya, "Altezza yang menabrakku! Dia yang menarik agar aku dekat dengannya! Dia juga yang selalu menggoda ku untuk melayani hastratnya! Aku hanya meminta bantuan agar dia membuka tabir siapa pembunuh ku, dia menyetujuinya! Dia bahkan sangat bahagia dengan ku!" Jawab Praavena membela diri.
"Ooogh, kau anggap dia bahagia? Bastian menembak kakinya, kau anggap dia bahagia? Oke, katakan pada ku dimana letak bahagia Altezza dengan kehadiranmu? Apa kau memberi dia kepuasan luar biasa? Dengar Vena, kau sudah mati! Jangan kau sakiti Altezza! Dia pria baik dan juga punya tanggung jawab! Aku saja, aku siap melakukan apapun untuk mu!" Tegas Barita menatap iris mata Praavena sinis.
Praavena semakin kesal. "Hmmm, teryata kau inginkan aku?" senyumnya licik. "Sahabat seperti apa kau? Kau tahu Altezza mencintai ku, tapi kau ingin kan aku juga!" Kekeh Praavena menjebak Barita.
Barita terdiam, dia baru menyadari ucapannya, "Kenapa aku ngomong gitu? Pastilah dia berfikir jahat tentang ku!" Geram Barita merutuki diri sendiri.
Barita melunak. "Baik, bisa ceritakan bukti itu apakah akurat? Agar kita bisa selamat dari ancaman Bastian?" Tanya Barita pelan agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
Praavena menarik nafas dalam, "semua ada di tas Altezza. Ya, dia sangat kecewa pada ku! Dia ingin aku mengembalikan semua bukti itu, tapi aku tidak mau! Aku ingin Altezza memberikan semua pada Bastian." Rundung Praavena.
"Jangan Altezza, biar aku yang memberikan pada Bastian! Aku akan membawa semua dihadapan sang motivator handal itu!" Remehnya.
"Heeii, dia itu ayahku! Kenapa kau meremehkannya? Kau tau Keluarga Locateli sangat disegani di kota kita! Kenapa kau sangat menyebalkan?" Kesal Praavena.
Barita tersenyum tipis. "Karena dia memukulku hingga memar seperti ini!" Tunjuk Barita mengangkat bajunya terlihat memar dan membiru kehitaman.
Praavena mendekati Barita. "Boleh aku menyentuhmu?" Bisik Praavena.
Barita menelan salivanya, jakunnya semakin turun naik. "Ini tidak akan normal! Aku semakin jatuh hati! Aaaaagh, pantas saja sahabatku rela melakukan apapun demi bersamanya! Dia memang cantik dan wangi bunga mawar!' Batin Barita menikmati aroma tubuh Praavena yang sangat khas dihidungnya.
"Hei!" Kejut Praavena. "Boleh kah aku menyentuhmu!" Ucap Praavena kesal. "Kenapa malah menghayal!" Batinnya.
"Oogh ya! Sentuhlah, semoga sakitnya bisa hilang!" Goda Barita membuat Praavena membesarkan bola matanya.
Barita tertawa, "Maaf!" Ucapnya mulai menutup kedua mata, menikmati sentuhan tangan Praavena. Tangan yang tidak hangat dan juga tidak dingin, tapi sangat menyejukkan dan sedikit membuat teran*gsang, batin Barita terkekeh geli dalam hati.
"Aaaagh!" Des*ah Barita tanpa sadar keluar dari mulutnya.
Praavena semakin kesal, sengaja membuat sahabat Altezza itu semakin masuk kehayalannya. "Rasakan." Geram Praavena terkekeh geli menatap wajah Barita yang berubah seketika, menjadi "uuuugh!" tak bisa di ungkapkan.
👻👻👻👻👻👻👻👻
Tunggulah aku....
Di kota itu....❤️
Happy reading...🔥🤗
Jangan lupa Like and Vote...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Vigiani Nurike
visual nya keren thor🤩 semangat berkarya ya 🤗 suport sllu🥰
2022-03-07
3
DEBU KAKI
berikutnya
2022-02-20
3
✨Happy_wolf◖⚆ᴥ⚆◗🐺❤️
semangat terus iya..
2022-02-19
4