"Hallo Grace." Chiara menjawab panggilan telepon dari Grace sambil mengambil posisi duduk di bangku beton yang ada di bawah salah satu pohon yang cukup rindang di tepi jalan, yang kebetulan merupakan area alun-alun kota.
"Bagaimana? Apa akhirnya kamu bisa menolak rencana pernikahan konyolmu itu?" Grace langsung bertanya dengan nada suara tidak sabaran.
"Sudah. Tapi entahlah, aku yakin pada akhirnya tante Mona akan tetap memaksaku menikah dengan Romi."
"Chiara! Kamu harus menolaknya, Romi itu, salah satu teman kakakku, dan dikenal suka main perempuan!" Sebuah teriakan dari Jaka yang duduk di sebelah Grace, membuat Grace menyenggol bahu Jaka dengan bahunya, memberi tanda agar laki-laki yang juga merupakan sahabat Chiara itu agar diam.
Mendengar teriakan Jaka karena mendengar pembicaraan antara Chiara dan Grace, melalui handphone yang dibuat mode loud speaker oleh Grace, membuat Chiara menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan keras.
Grace yang ingin berusaha membantu Chiara, langsung melotot ke arah Jaka yang berencana membuka mulutnya kembali.
Kali ini bukan hanya melotot, Grace sengaja menutup bibir Jaka dengan salah satu telapak tangannya, membuat Jaka sedikit megap-megap karena Grace juga menutup hidungnya tanpa sengaja.
"Kalau saja bisa aku menolaknya...." Chiara berkata sambil menghela nafasnya, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang ramai di depannya.
"Hah! Tidak adakah laki-laki yang kamu sukai dan mau menikah denganmu seperti yang diminta tantemu Mona?" Grace yang tahu syarat yang dibicarakan oleh Mona, mencoba mencari solusi.
"Tidak ada. Kamu tahu persis siapa saja yang dekat denganku."
"Tahulah... dan aku juga tahu banyak teman kita laki-laki yang menyukaimu, sayangnya kamu tidak pernah merespon mereka." Chiara tersenyum kecut mendengar kata-kata Grace.
"Hah! Asal bicara saja kamu ini! Lagipula, siapa juga anak laki-laki yang bersedia menikah di usia sedini kita ini. Kalaupun ada, belum tentu orangtuanya memberi ijin, kecuali keluarga Romi yang aku yakin ada perjanjian tersembunyi dengan tante Mona mengenai usaha orangtuaku." Kata-kata Chiara membuat Grace dan Jaka saling berpandangan.
"Kamu yakin sekali Chiara?" Jaka langsung menyahut dengan pertanyaan kepada Chiara.
"Tentu saja, karena dari beberapa orang yang yang menjadi kandidat, sudah dipilih-pilih oleh tante Mona sebelumnya, semuanya berasal dari keluarga dengan latar belakang usaha perhotelan. Apa aku tidak patut curiga melihat itu? Aku yakin tante Mona sedang merencanakan sesuatu terhadap bisnis hotel milik almarhum papa dan mama." Chiara berkata dengan nada terdengar kesal.
"Betul juga, apalagi sedari awal dia mendesak sekali untuk kamu menikah muda, dengan salah satu pengusaha perhotelan." Grace mulai ikut mencurigai ada sesuatu yang sedang direncanakan tante Chiara, dan yang pasti itu bukan sesuatu yang baik.
"Eh, tapi kamu ada dimana sekarang? Jangan bilang kamu sedang melarikan diri dan berjalan tidak tentu arah sendirian." Grace bertanya karena dia bisa mendengar suara kendaraan dan beberapa kali bunyi klakson sebagai latar belakang suara Chiara di telepon.
Bagi Grace apa yang baru saja dia tanyakan pada Chiara, menjadi sesuatu yang wajib dia tanyakan, mengingat bagaimana Chiara merupakan orang yang jika sedang banyak pikiran, memiliki kebiasaan pergi dari rumah, dan menyusuri jalan sendirian sampai hati dan pikirannya tenang.
"Aku sedang berada di dekat alun-alun. Jangan khawatir, kakiku sudah lelah berjalan, apalagi sepatu hak tinggi ini cukup menggangguku." Chiara berkata sambil melepas sepatu high heels yang dikenakannya, membiarkan kakinya bertelanjang kaki.
"Aku akan pulang sekarang, dan bersiap-siap menerima omelan dari tante Mona. Aku akan menghubungi taksi online." Chiara berkata kepada Grace yang berencana mengatakan sesuatu, tapi panggilan teleponnya dengan Chiara sudah diputus oleh gadis cantik itu.
"Bagaimana? Apa menurutmu hari ini dia akan baik-baik saja?" Jaka langsung bertanya kepada Grace yang langsung menghela nafas panjang.
"Apa aku hari ini berpura-pura berkunjung ke rumah Chiara ya?" Grace yang orangtuanya dulu juga merupakan teman dari almarhum orangtua Chiara, berkata kepada Jaka yang langsung terdiam sesaat.
"Lebih baik jangan kalau tidak ingin diomeli tante Mona. Sekarang dia pasti sedang kesal sekali karena Chiara menolak perjodohan itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana naga itu meyemburkan api kemarahannya pada Chiara." Kalau tidak ingat bahwa mereka sedang dalam pembicaraan yang serius tentang Chiara, rasanya Grace ingin tertawa mendengar Jaka menggambarkan Mona seperti seekor naga berapi.
Terlihat elegan dengan cara berpakaian dan penampilan mewahnya, tapi memiliki wajah mengerikan seperti seekor naga.
# # # # # # #
Chiara pulang ke rumah dan berniat langsung berlari menuju kamarnya, untuk menghindari Mona yang tampak mondar-mandir di ruang keluarga, sengaja menunggu kepulangan Chiara dari tindakannya melarikan diri di tengah pembicaraan antara mereka dan keluarga Romi.
Tapi sayangnya, Mona langsung melihat sosok Chiara yang baru datang itu.
"Chiara! Kesini kamu!" Sebuah teriakan yang terdengar melengking langsung terdengar dari bibir Mona begitu melihat sosok Chiara yang berusaha berlari sambil menenteng sepasang sepatu high heels di tangannya, membuat Mona bertambah marah.
Chiara yang sudah hampir mencapai pintu kamarnya terpaksa menghentikan langkahnya, dan berjalan dengan langkah ragu ke arah Mona yang langsung mendengus keras karena sangat kesal.
"Lihat penampilanmu sekarang!" Mona berkata sambil telunjuk tangannya menunjuk ke arah wajah Chiara, lalu ke tangan Chiara yang sedang menenteng sepatunya, membiarkan kakinya bertelanjang kaki, bahkan terlihat kotor karena terkena debu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 432 Episodes
Comments
♈⛎♎ chann💫💫
maraton baca nya ka er💪💪🤭
2022-07-19
2
Rinisa
Next read. . .🤗
2022-02-17
3
Una_awa
Aaron pergi kemana ya? Kirain nyusul chiara😁
Next kak Er, masih nyimak nih🤗
2022-02-17
3