Happy Reading 🌹🌹
Saat ini Sky tengah berada di kamar apartemen milik patner ranjangnya.
Sky tengah telentang dengan matanya yang terpejam dan leng***n yang keluar dari bibirnya.
Sky segera membalik posisinya di atas tubuh wanita tersebut. Dengan gerakan yang cepat dia mengeluar masukkan burung gagaknya.
Wanita yang di bawahnya menjerit nikmah, sedangkan Sky semakin berkobar hawa nafsunya.
"Ahh, Sky... Baby ohhh... ahhh"
"Yes Baby, ahh... kamu nikmat sekali"
"Yeah, Baby faster"
Plak... plak.. plak..
Suara yang saling bertabrakan ikut meramailan suasana panas tersebut, hingga pada akhirnya mereka meledakkan kenikmatannya.
"Ahhhhh..." lenguhan panjang keluar dari bibir Sky dan wanitanya.
Sky segera mencabut burung gagaknya, dan pergi ke kamar mandi.
Dengan segera Sky, mengenakan baju dan celananya. Dirogohnya saku dalam celananya dan mengambil satu kartu ATM yang biasa untuk membayar jasa mereka.
"Sky kau tidak menginap disini,? Ucap wanita tersebut.
"No, aku harus pulang. Kau tau aku tidak pernah tidur satu ranjang dengan wanita, kecuali bergumul dengan mereka." Jelas Sky
Sky segera menaruh kartu ATM tersebut di atas nakas samping tempat tidur. Dia segera pergi untuk pulang ke rumah.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi, Putri segera bangun dan membersihkan dirinya.
Dia beberes rumah sebelum pergi ke pasar, dengan berjalan kaki Putri menuju pasar tradisional terdekat.
Di pasar, Putri memilih beberapa sayuran dan lauk sederhana yang dapat dihangatkan jika tidak habis. Karena Putri juga harus membeli satu set alat makan dan satu wajan, tidak lupa juga beras beberapa liter.
Uang yang di bawa Putri sebenarnya cukup untuk membeli lebih, karena dia belum berhasil mendapatkan pekerjaan. Jadi dia harus berhemat.
Putri segera pulang, dan memasak beras juga sayuran yang sudah dia beli.
Dengan cepat dan telaten kini masakan Putri sudah matang, dia mendinginkan nasi dan sayuran yang akan dia bawa untuk bekal selama mencari pekerjaan nanti.
Di kediaman keluarga Wiratama, para maid tengah naik turun dari lantai satu ke lantai dua secara bergiliran.
Karena beberapa dari mereka gagal untuk membujuk Nona mereka agar membukakan pintu kamar.
"Nyonya, non Bintang tetap tidak membukakan pintu kamarnya," Jelas salah satu maid.
"Bagaimana ini Pah, Bintang mengurung dirinya di dalam kamar," Ucap Bulan yang tengah panik karena anaknya tidak membukakan pintu kamarnya.
"Ayo Mah, kita yang bujuk dia." Ajak Doni kepada istrinya.
Segera mereka naik ke lantai dua, kini mereka sudah mengetuk pintu kamar Bintang.
Tok.. tok.. tok...
"Bintang, buka pintunya nak," Ucap Bulan
Prang.... pyar...
Suara barang-barang yang pecah dari dalam kamar Bintang, semakin membuat panik Mamanya.
"Pah, dobrak pintunya!" Seru Bulan kepada suaminya.
Brak... brakk... brakk
Setelah beberapa kali percobaan dan di bantu oleh satpam, Doni berhasil membuka pintu kamar putrinya secara paksa.
"Bintang!!" Seru Bulan dan Doni.
Mereka melihat Bintang yang sudah bersimbah darah di pergelangan tangannya.
Dengan gerakan cepat, Doni membopong Bintang dan berlari menuju kemobilnya.
Kini mereka sudah sampai di salah satu Rumah Sakit, dengan cemas Doni menunggu di depan pintu ICU. Sedangkan Bulan kini tengah menangisi kondisi anaknya.
"Keluarga saudari Bintang!" Seru salah satu Dokter.
"Saya dok, saya Ayahnya." Jawab Doni cepat, dia segera berjalan mendekat ke arah Dokter yang tadi menangani Bintang.
"Kondisi pasien saat ini kritis, karena cukup banyak kehilangan darah jadi kami membutuhkan darah tambahan. Mohon segera ada yang mentransfusi darah, karena di Rumah Sakit kami hanya tersedia satu kantong darah saja. " Jelas dokter kepada Doni, Bulan yang mendengarnya tambah panik
"Dokter, ambil darah saya saja." Ucap Bulan.
"Golongan darah pasien AB+, jadi antara Ibu atau Ayah yang sama golongannya segera ikut suster kami." Jelas dokter.
Deg
Seketika wajah keduanya pucat pasi, AB+ tapi tidak ada yang memiliki golongam darah tersebut, entah Doni maupun Bulan.
Mereka saling melihat, dan seakan berkomunikasi melalui pandangan mata mereka.
"Baik dok, saya akan segera memberikan kantong darah yang dibutuhkan. Tolong selamatkan anak saya." Ujar Doni
Dengan segera Doni menelfun asistennya untuk ke PMI membawakan kantung darah yang di butuhkan.
Selang 20 menit asistennya sudah sampai di Rumah Sakit, dengan segera Doni menyerahkan kepada suster yang bertugas mengecek kondisi Bintang secara berkala.
"Zidan tolong kamu berjaga di sini sebentar, saya dan istri saya akan pulang untuk mandi dan membawakan beberapa pakaian untuk Bintang." Ucap Doni kepada asistennya.
"Baik, Tuan."
Dengan segera Doni dan Bulan berjalan keluar menuju area parkiran Rumah Sakit, disana mereka hanya duduk di dalam mobil tanpa ada yang berbicara.
Tangis Bulan pecah "Hiks... Papah sebenarnya Bintang anak siapa? Kenapa golongan darahnya berbeda dengan kita berdua?" Tanya Bulan kepada suaminya.
"Papah juga tidak tau Mah, Papah juga baru tahu jika golongan darah Bintang berbeda dengan kita." Ucap Doni frustasi
"Pah, segera lakukan tes DNA" Ucap Bulan
"Bakklah Mah, ayo kita turun lagi segera kita melakukan tes DNA" ujar Doni yang menyetujui usulan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Asmun Asmun
waaa
2025-03-14
0
kacangtanah22
🤣🤣🤣🤣
2024-11-13
0
Anonymous
(((( mengeluar ))))) 🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-07-12
0