Rangga memang bernasib sial sudah jidat nya di jitak. Sekarang telinganya. Salahnya sendiri sih. Usil dengan papanya. Dia pun baru bisa memakan kue buatan sang mama.
" Pa, bukannya harus bulan depan ya, peresmian hotel Lexus," sahut Rangga yang juga ikut bekerja di perusahaan tempat papanya bekerja. Di bagian perancangan.
" Tiba-tiba pak Arya memberi kabar. Katanya di percepat 2 Minggu lagi. Bagaimana papa tidak pusing. Papa bahkan belum menemukan model yang cocok untuk promosi hotel," keluh Danu yang sampai detik ini belum mendapatkan solusi dari masalahnya.
" Hmmmm, papa tenang saja, soal itu serahkan kepada Rangga. Rangga banyak kenal aktris dan model terkenal. Rangga akan mencari yang terbaik dan hasilnya akan memuaskan," sahut Rangga mencoba membantu.
" Apa papa bisa percaya dengan kamu?" Tanya Danu ragu.
" Apa aku pernah mengecewakan papa?" tanya balik Rangga dengan menantang.
Harus di akui Danu. Putra pertamanya itu memang selalu bekerja dengan baik. Jika tidak mungkin group lexus sudah menendangnya.
" Oke baiklah, tapi secepatnya," sahut Danu memberi kesempatan Rangga untuk membantunya.
Lumayan meringankan pekerjaannya. Sementara dia bisa mengerjakan hal yang lain.
" Sip, santai," sahut Rangga yakin kembali mengunyah kue buatan sang mama.
" Aku pulang," sahut Rachel yang pulang dari tempat hangout nya.
" Pulang itu salam, bukan aku pulang," sahut Rangga yang dengan nada menyindir.
" Syirik aja," jawab Rachel yang mencium punggung tangan papanya dan mamanya. Lalu duduk di samping papanya. Mengeluarkan ponselnya dan fokus melihat ponsel itu.
" Mana kunci mobil sini?" tanya Rangga.
" Nih," sahut Rachel tidak ikhlas meletakkan di atas meja.
" Ya sudah Rangga pergi, dulu," ucap Rangga.
" Mau kemana kamu?" tanya Sahila.
" Biasa ma, nongkrong," sahut Rangga santai.
" Rachel, baru pulang dan sekarang kamu yang pergi. Apa tidak bisa di rumah saja," oceh mamanya dengan kelakuan anaknya.
" Mah, ini itu malam Minggu, ini waktunya kencan," jawab Rangga dengan santainya.
" Kencan-kencan dari mana," desis Sahila kesal.
" Sudah aku pergi dulu," ucap Rangga pamit.
" Aku dulu, aku dulu," baru ingin berdiri sekarang rumah itu kembali ricuh dengan 2 bocah remaja.
Siapa lagi jika bukan Ziva dan Zavier anak kembar yang berusia 17 tahun itu sekarang sedang lari-larian saling mendahului menuruni anak tangga tanpa ada rasa takut jatuh.
" Ziva, Zavier pelan-pelan nanti kalian jatuh," teriak Sahila melihat kelakuan anak kembarnya itu yang selalu saja bertengkar di setiap kesempatan.
Ziva dan Zavier berlari dan berdiri di depan Rangga dengan saling mendahului.
" Apa?" tanya Rangga ketus yang sudah yakin jika ke-2 adiknya itu. Pasti ada maunya.
" Kak, pliss antar aku nonton konser. Ini sudah terlambat pliss kak," ucap Ziva memohon agar di antar oleh kakaknya.
" Tidak kak," Zavier langsung menggeser Ziva dan berdiri di depan Ziva.
" Tidak kak, kakak harus mengantarku, kelapangan bola, aku harus bertanding hari ini," sahut Zavier yang juga memohon.
" Tidak kak, aku duluan," sahut Ziva menggeser Zavier
" Tidak aku duluan," sahut Zavier lagi menggeser Ziva.
Hal itu terus mereka lakukan. Sementara Sahila, Danu, Rachel sudah terbiasa melihat situasi itu mereka hanya geleng-geleng.
" Ziva, Zavier sudah jangan ribut," Sahila harus mengambil alih untuk menenangkan anak kembarnya itu.
Sementara Rangga hanya diam saja. Dia akan menunggu tawaran yang paling bagus dulu.
Rangga memang selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan siapa tawarannya yang menggiurkan itulah yang akan di turutinya.
" Ma, aku aku harus melihat konser, tiketnya akan hangus. Jika telat sedikit saja," rengek Ziva.
" Aku juga harus pergi, itu lebih penting," sahut Zavier tidak mau kalah.
Sementara Rachel yang fokus pada Hanphonenya hanya geleng-geleng, sudah terbiasa dengan kelakuan adik kembarnya yang memang terus seperti itu.
" Sudah cukup, kalian jangan bertengkar terus, Rangga kamu antar Ziva dulu baru Zavier," sahut Sahila mengambil jalan tengah. Ziva tersenyum mendengarnya.
" Tidak bisa ma, Zavier bisa telat," berontak Zavier.
Rangga mulai garuk-garuk kepala. Setelah ini pasti akan ada yang ngambek.
" Ya sudah kamu antar, Zavier baru Ziva," sahut Sahila mengubah perkataannya.
" Tidak bisa mah, konsernya bisa tutup," brontak Ziva.
" Pokoknya Zavier duluan," sahut Zavier menegaskan.
" Tidak bisa, harus Ziva," sahut Ziva tetap kekeh.
" Zavier,"
" Ziva,"
" Zavier,"
" Ziva,".
" Kalian ber-2 kembali kekamar," sahut Danu dengan nada sedikit keras.
" Papa," sahut serentak Ziva dan Zavier yang langsung merengek.
" Tidak ada yang mau mengalah sih, jadi tau sendiri akibatnya," sahut Rachel yang masih fokus pada ponselnya.
" Kalian berdua, jika sudah tau akan pergi. Seharusnya lebih cepat. Agar jadwal kalian tidak bertabrakan. Jadi tidak seperti ini, kebiasaan," ucap Danu kesal.
Zavier dan Ziva hanya menunduk dengan wajah yang sama-sama merengut.
" Oke sudah kan tidak ada yang mau berangkat jadi saya otw dulu," ucap Rangga berdiri.
Memutar-mutarkan kunci mobilnya di jari telunjuknya berjalan dengan langkah yang santai.
" Kakak," lirih Ziva dengan kesal.
" Sudah Ziva, sana kamu masuk kamar, kamu juga Zavier, kalian belajar," ucap Sahila.
" Mama ini kan malam Minggu, ini waktu santai untuk para anak sekolah. Bukan belajar," protes Ziva.
" Terus mau ngapain," sahut Rachel. " Tuh Kak Rangga sudah pergi, siapa yang mau anterin kalian, makanya jangan pada keras kepala," sahut Rachel ikut emosian.
" Issssss, gara-gara kamu sih," ucap Ziva menyalahkan Zavier.
" Apaan," sahut Zavier.
" Kamu harus mengalah, kamu cowok," sambar Ziva.
" Kamu yang lebih besar," sahut Zavier tidak mau kalah.
" Kamu lah," sambar Ziva lagi.
" Kamu lah," sahut Zavier lagi.
" Kalian kekamar!" bentak Danu.
" Sudah sana naik, kekamar masing-masing," bujuk Sahila.
Ziva menghentakkan kakinya. Kesal karena tidak jadi pergi menonton konser. Lalu pergi kekamarnya dengan penuh kekecewaan.
" Kamu masih mau di sini?" tanya Rachel pada Zavier.
" Hhhhhhh, padahal ini sangat penting," sahut Zavier dengan tidak bersemangat nya meninggalkan ruang tamu dan masuk kekamarnya.
" Dasar pada keras kepala sih," desis Rachel.
" Ya sudah Rachel mau kekamar dulu," ucap Rachel berdiri.
" Rachel, kamu sudah telpon Kiara?" tanya Danu.
" Iya Pa, nanti Rachel telpon. Rachel naik ke atas dulu," ucap Rachel pamit.
Ke-2 orang tuanya mengangguk.
" Kiara jadi pulang Pa?" tanya Sahila pada suaminya.
" Dia memang harus pulang, dia sudah di Do. Bulan kemarin. Tetapi masih kekeh berada di Paris.
" Mungkin dia ingin mencari kampus lain, untuk melanjutkan kuliahnya," sahut Sahila.
" Anak itu memang keras kepala, sudah untuk bisa kuliah ditempat yang layak. Malah mencari masalah. Dan sampai sekarang malah mempertahankan diri di sana. Padahal masih ada kesempatan untuk mengambil beasiswa nya. Tetapi tetap tidak mau," ucap Danu yang memang harus sabar menghadapi Putri ke-3 nya.
" Mas, biarlah Kiara melakukan apa yang ingin di lakukannya. Jika dia lelah dia pasti akan mengalah. Aku yakin Kiara tau mana yang terbaik untuknya," ucap Sahila yang mencoba memahami semua sifat anak-anaknya.
" Kamu benar, Kiara memang jauh berbeda dengan yang lainnya. Ambisinya terlalu tinggi. Semoga saja ketika kembali ke Indonesia dia bisa mendapatkan apa yang dia mau," sahut Danu dengan penuh harapan.
Memiliki 5 anak memang membuat Danu harus bekerja keras lebih giat. Agar semua anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang layak.
Rangga Ardana Bramana putra pertamanya yang yang berusia 28 tahun yang sekarang bekerja di group Lexus bagian perancangan meski sudah tua. Tetapi lihatlah kelakuannya seperti anak kecil yang pekerjaannya usil terus.
Rachel Amanda Bramana putri ke-2 nya yang berusia 25 tahun. Yang sekarang hanya bekerja toko kue kecil-kecilan milik keluarganya.
Kiara Ofelius Aletta Bramana Putri ke-3 nya yang berusia 19 tahun yang kuliah di Paris.
Ziva Zelina Bramana dan Zavier Zelin Bramana anak terakhirnya yang kembar. Yang sekarang masih menempuh sekolah menengah atas di Internasional Lexus di Jakarta.
************
Paris
Hotel Lexus
Dengan lesuh Kiara menurunkan hanphone dari telinganya. Setelah menerima telpon dari kakanya. Kiara meletakkan ponselnya di samping kopernya yang masih terbuka di atas tempat tidur.
" Aduhhhhh wajahnya di tekuk terus, bukannya ini ya mau kamu selama ini," sahut Bella yang terbaring telungkup di atas tempat tidur sambil bermain game dengan serius.
Kiara kembali melanjutkan pekerjaannya menyusun barang-barangnya ke dalam koper. 2 tahun di Paris harus membuat Kiara pulang kampung. Karena bulan lalu di deportasi dari kampusnya.
" Iya ini memang mau nya aku, ke luar dari kampus Lexus sialan itu," sahut Kiara dengan kesal membenarkan perkataan sahabatnya. Yang sama-sama orang Indonesia dan kuliah di tempat yang sama.
" Lalu kenapa sedih Kiara?" tanya Bella.
" Aku tidak sedih, aku justru bahagia, karena bisa keluar dari Lexus. Aku akan buktikan jika aku bisa sukses tanpa naungan dari Lexus tidak ada nama-nama Lexus," ucapnya dengan yakin.
" Tapi aku melihat kamu, seperti tidak bersemangat," ucap Bella melihat wajah murung sahabatnya.
" Aku hanya menyayangkan Semuanya tidak sesuai rencana. Oke aku berhasil ke luar dari kampus Lexus. Meski caranya di DO. Tapi aku pikir setelah keluar dari Lexus. Aku bisa mendapatkan kampus baru dengan mengandalkan beasiswa. Ternyata tidak semudah itu," jawab Kiara dengan wajah lesuhnya.
" Belum lagi saat kembali ke Indonesia aku akan di bully saudara-saudaraku. Mereka akan mengejekku, karena aku di Do dari kampus. Padahalkan aku sendiri yang membuat diriku di Do," lanjut Kiara yang sudah tau saat pulang ke Indonesia dia pasti di ejek.
...Kiara Ofelius Aletta Bramana...
Bersambung
Hay para leader pertama ingin mengucapkan terima kasih yang sudah mampir dan sering suport novel-novel aku yang lain.
Ini novel terbaru aku. Aku hanya banyak belajar. Dan membuat novel semenarik mungkin dengan alur cerita yang berbeda-beda. Semoga di sukai dan masuk selera masing-masing.
Jangan lupa terus kasih suport Vote. like koment dan jadiin favorite kalian. Terima kasih untuk semuanya aku tunggu koment dan sarannya ya
Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments