Terabaikan

Setelah kejadian kemarin Kerin hanya diam dia tidak menjawab atau pun melirik Abdillah, Abdillah yang tidak mengerti dengan perubahan sikap Kerin.

Dek, panggil Abdillah.

Kerin hanya diam menatap tv yang ada di depannya yang sedang menyiarkan berita.

Kerin, ucap Abdillah.

Nyonya Kerin, bentak Abdillah.

Akhirnya Kerin melihat ke arah Abdillah.

Berhenti memanggil tuan Abdillah, balas Kerin sambil melihat kembali ke arah tv.

Kau terus saja mengabaikan ku, ucap Abdillah.

Lalu? Masalahmu apa?

Abdillah terdiam, benar juga harusnya dia tidak perduli.

Sudahlah aku akan pergi menjemput Vira, ucap Abdillah.

Terserah kau saja, ucap Kerin sambil meninggalkan Abdillah.

Abdillah hanya diam menatap punggung istrinya yang masuk ke dalam kamar.

Hah kenapa aku harus peduli padanya, batin Abdillah.

Abdillah pergi keluar dan mengemudi mobilnya menuju ke rumah Vira untuk menjemputnya, Kerin yang melihatnya diatas hanya diam meratapi takdirnya.

Kenapa? Kenapa dia tidak membujukku? Ah aku terlalu berharap seperti suami lain, aku terlalu berharap dia menghargai ku menjadi istrinya, kenapa tuhan memberikan takdirku seperti ini? Kerin membersihkan air matanya yang hendak turun.

Sudahlah biarkan dia, lebih baik aku berjalan-jalan keluar.

Kerin mengambil tasnya dan pergi keluar, agar pikirannya menjauh memikirkan pria yang tidak menghargainya sama sekali, Kerin terus berjalan, dia melihat pasangan pasangan yang sedang bahagia hati Kerin juga ingin merasakan seperti itu lagi, Tapi kini itu hanya angan-angan semoga saja Tuhan memberikan takdir baik untuknya.

Kerin duduk dikursi yang disediakan di taman, dia hanya diam sambil menatap anak-anak yang sedang bermain dengan orang tuanya, Kerin jadi rindu saat masa masa dulu, dia selalu bermain seperti bersama orangtuanya. Saat Kerin sedang melamun ada seseorang yang memanggilnya, dan Kerin pun terkejut.

Kerin, Kerin pun menoleh ke arah suara.

Gilang? tanya Kerin.

Gilang adalah sahabat Kerin saat masa SMA dulu, tapi karena Kerin menikah dengan Abdillah dia meninggalkan Gilang di kampung.

Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini, ucap Gilang sambil duduk disebelah Kerin.

Kau kesini tidak memberitahuku, ucap Kerin sambil mempeoutkan bibirnya yang membuat Gilang semakin gemas padanya.

Maaf Kerin kau mengganti nomormu, makanya aku tidak bisa memberitahu mu, ucap Gilang.

Kerin tersenyum, dia tidak ingat akan hal itu.

Maafkan aku, aku tidak memberitahumu soal mengganti nomor, ucap Kerin.

Tidak apa-apa, jawab Gilang.

Lalu keheningan mendatangi mereka, Gilang memecahkan keheningan dengan menceritakan masa masa dulu saat SMA.

Aku ingat masa dulu kau sangat bawel jika aku tidak menuruti kemauanmu, ucap Gilang.

Kerin tersenyum mengingat itu.

Kau selalu mengingat itu lang? tanya Kerin.

Mau es krim? tanya Gilang, Kerin melirik lalu mengangguk tanda mengiyakan.

Gilang pergi membeli es krim, dia tidak menanyakan mau es krim rasa apa karena dia tau Kerin suka es krim rasa coklat.

Nih, Kerin mengambil es krim yang diberikan Gilang.

Kau masih ingat dengan es krim kesukaanku, Kerin memakan es krim nya sampai belepotan seperti dulu.

Gilang terkekeh sambil mengelap es krim yang ada di pipi Kerin, Kerin membeku lalu terlintas wajah Abdillah di pikiran dia langsung menepis tangan Gilang, Gilang diam melihat Kerin.

Maaf aku kaget lang, ucap Kerin sambil menundukkan kepalanya tidak berani menatap Gilang.

Tidak apa-apa, Gilang tersenyum.

Gilang aku harus pulang ini sudah sore, Kerin bergegas ingin pergi tapi ditahan oleh Gilang.

Biar aku antar, ucap Gilang.

Tidak usah Gilang, aku bisa sendiri. Kerin pergi dari hadapan Gilang.

Rin kau tetap seperti dulu, dan perasaan ku padamu masih sama, ucap Gilang sambil menatap punggung Kerin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!