Aku pun membuka pintu kamar mandi terlihat sosok pria yang sangat gagah memiliki kulit berwarna sawo matang yang sedang duduk sambil membaca buku.
Yah dia adalah suamiku seorang ustadz dari pesantren Balqis dan sekaligus putra sulung dari kiyai Kamal yang kini sudah berumur 57 tahun.
Sudah selesai, tanyanya padaku.
Sudah, jawabku.
Abdillah menghampiri ku dan beranjak dari kursi untuk pergi ke kamar mandi.
Iya sudah mas ambil wudhu dulu ya.
Iya mas, jawabku.
.
Selesai shalat aku pun menyalami seorang pria yang menjadi imamku ini tanpa ku sadari dia mengecup keningku.
Blusssss
Ku tundukkan kepalaku agar tidak terlihat pipi merahku yang sudah seperti kepiting rebus.
Iya sudah mas pergi mengajar santri dulu ya, kalau adek bosan dek jumpai umi saja, ucapnya.
Aku hanya mengiyakan sambil menganggukkan kepalaku.
Iya sudah mas berangkat dulu ya assalamualaikum, ucapnya sambil menyodorkan tangannya padaku.
Aku pun mengalami nya, walaikumsalam jawabku.
Setengah jam ku rapikan bajuku dan ku letakkan di dalam lemari.
Aku bingung aku harus melakukan apa di rumah ini. Aku lihat ada satu ember cucian kotor, aku pun berniat untuk mencuci nya.
Kamar mandi nya dimana yaa
Ah itu dia ternyata mas Abdillah memiliki kamar mandi di kamarnya tidak denganku kamar mandi saja terpisah dengan kamarku.
Satu jam aku menyuci lalu ku bilas dan ku jemur pakaian itu dibelakang rumah.
Ahhh akhirnya selesai juga, ucapku.
Kulihat jam tangan ku masih menunjukkan jam 2 aku mengerjakan apalagi ya, pikirku.
Nak, panggil umi.
Aku pun melihat ternyata umi yang memanggilku dan aku pun langsung menghampirinya.
Assalamualaikum mi, ucapku.
Walaikumsalam, umi.
Kamu ngapain nak? tanya umi dengan lembut.
Lagi jemur pakaian mas Abdillah mi, jawabku.
Yaallah banyak sekali bajunya. Umi pun melihat ke arah jemuran dimana pakaian mas Abdillah aku jemur.
Nak pasti kamu capek, maafin anak umi ya mungkin karna bik Minah lagi pulang kampung jadi gak ada yang nyuciin umi selama seminggu. Kemarin umi tidak ada di rumah karna lagi pergi undangan jadi nya gak bisa nyuci pakaian nya Abdillah, jelasnya.
Maaf ya nak, ucapnya.
Aku pun tersenyum
Gak ppa mi ini kan sudah kewajiban Kerin sebagai seorang istri untuk mengurus suami, bener kan mi?
Iya nak kamu benar, ucap umi sambil membalas senyumanku.
Tapi apa kamu sudah menjalankan kewajiban mu sebagai seorang istri ranjang nak, tanya umi terkekeh.
Aku pun tersipuh malu dengan apa yang ditanyakan umi padaku.
Ummah, panggil seorang paruh baya yang sedang memanggil istrinya.
Iya bi.
Nak walaupun kamu menikah dengan putra kami karena kesalahpahaman tapi tetap saja kewajiban adalah kewajiban dan kamu harus menjalaninya dengan ikhlas ya nak, nasehat umi.
Iya mi, jawabku.
*****
Assalamualaikum mi, salamku.
Walaikumsalam mi, jawab umi dengan senyuman.
Umi lagi masak apa? tanyaku.
Lagi masak kentang sama ikan teri nak. Oh iya kamu sudah shalat ashar belum nak? tanya umi.
Kerin gak shalat mi
Kenapa? tanya umi.
Lagi datang bulan mi, ucapku dengan malu.
Gak usah malu kan sama sama perempuan, jawab umi.
Iya mi, umi boleh Kerin bantu? ucapku.
Kamu sudah bisa masak?
Sudah dong mi, jawabku menyombongkan diri.
Umi pun terkekeh.
Iya sudah kalau begitu kamu masak kentang sama ikan teri nya ya, ucap umi.
Aku pun menjawab, oke mi.
Alhamdulillah akhirnya selesai juga, ucap umi.
Iya mi, ucapku.
Baiklah kita susun di meja makan ya, ucap umi.
Iya mi, ucapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments