Dengan cepat Abdillah berlari ke tempat parkiran dan melihat dua perempuan lalu menghampiri nya.
Assalamualaikum, ucap Abdillah.
Walaikumsalam, jawabku seraya melihat ke belakang dan melihat seorang pria yang tidak lain dia adalah suamiku.
Dek kenapa kamu pergi. Kenapa tidak izin sama mas. Mas tadi cari kamu kesana kesini, tadi mas tanya sama penjaga vila katanya kamu mau pergi ke Semarang. Jawabnya dengan panik sambil menatapku.
Jawab dek kenapa tidak izin kenapa langsung pergi, ucapnya.
Kerin hanya diam tak tau harus menjawab apa.
Maaf mas, ucap Nisa.
Mas siapa yah kok datang datang bicara seperti itu ke temen saya jangan macem macem ya mas Kerin itu sudah saya anggap adik saya sendiri. Kalau mas berniat mau nyakitin adik saya atau berbuat jahat lebih baik mas pergi aja sekarang. Ucap Nisa dengan nada tinggi dan tegas.
Maaf mbak, saya akan menjawab pertanyaan mbak, ucapnya.
Wanita yang ada di samping mbak adalah istri saya dan saya adalah suaminya, jawabnya.
Kalau masalah tadi saya juga kurang tau soalnya tadi pas akad Kerin langsung lari mbak.
Rin bener dia suami kamu? tanya Nisa dengan nada tinggi.
Memberanikan diri
Iya sa dia suamiku, menghela nafas.
Nisa pun kaget.
Kenapa bisa jadi begini, Kerin lihat muka ku, jawab apa yang telah kamu perbuat...
Gak sa, dengan cepat aku menjawab.
Maaf mbak sebelumnya tapi saya dan istri saya ingin nyelesaikan masalah ini dulu ya mbak mohon pengertiannya mbak, ucapnya seraya menarik tanganku.
Jangan sa jangan tinggalin aku sendiri.
Dek kenapa kamu takut ya sama mas?
Ahhh nggak mas bukannya begitu, aku cuma bingung.
Rin karna kenyataannya kek begini kita gak jadi pulang kampung karena kamu sudah punya suami walaupun pulang kan harus izin dulu sama suami kamu, aku duluan ya. Ucapnya lalu pergi.
Iya sa, sambil memikirkan apa yang dikatakan Nisa.
Abdillah pun membuyarkan lamunan istri nya itu.
Maaf mas, ucap Kerin.
Iya gak ppa. Ucapnya.
Dek mas mau tanya kenapa tadi kamu lari dek. Jawab jujur ya dek kamu kan sekarang istri mas, mas kan berhak untuk tau.
Kerin pun bercerita di depannya Abdillah suaminya itu. Kerin gak tau harus berbuat apa di dalam hati Kerin sesak mas.
Ya sekarang adik itu istri mas, jadi kalau ada masalah adik bisa cerita ke mas. Jangan kek gitu lagi ya selesain baik baik. Ucapnya.
Iya mas.
Iya udah dek pulang ke rumah yuk, ajaknya.
Ke rumah siapa mas? tanyaku
Ke rumah mas, jawabnya.
Ayuk dek Abdillah pun menggenggam tanganku karena kini aku sudah sah jadi istrinya.
Kerin pun kaget.
Kenapa dek? tanyanya.
Ehh gak ppa kok mas.
Abdillah pun senyum dengan tingkah istrinya karena dia tau kenapa istrinya bersikap seperti itu. Membuat dirinya tersenyum karena karena menurutnya istri nya itu menggemaskan.
.
Sesampainya di rumah.
Assalamualaikum, ucapku dan Abdillah.
Walaikumsalam, jawab umi.
Abdillah dan aku pun menyalami umi.
Alhamdulillah dengan gembira umi memelukku. Akhirnya mantu umi ketemu, ucapnya.
Kenapa kamu lari tadi Rin? tanya umi.
Maaf mi, jawab ku.
Aku hanya berminta maaf tanpa menjawab apa apa.
Iya udah kalau gak mau cerita gak ppa kok, ucap umi dengan lembut.
Iya udah mi Abdillah sama istri Abdillah masuk dulu ya mi, ajaknya.
Aku hanya mengangguk kan kepala.
Iya udah sana bersih bersih.
Abdillah masuk ke rumah menuju kamar sambil menggenggam tanganku tanpa melepas nya.
Aku pun hanya menuruti tanpa melepas nya karena memang sekarang dia suamiku, batinku.
Adik mandi dulu sana sudah mau Dzuhur. Ucapnya.
Iya mas, jawabku.
Selesai mandi kerin pun bingung harus berbuat apa karena ini pertama kalinya dia berdua dan sekamar dengan seorang pria apalagi dia akan melaksanakan shalat dengan seorang pria.
Karna saking patah hatinya Kerin yang dulunya rajin shalat tapi karna rasa pahit dan kekecewaan yang membuat dirinya jauh dari agamanya sendiri.
Tanpa dia sadar ada yang memanggilnya.
Pasti dia suamiku.
I iyaa, dengan gugup.
Kenapa tidak pakai mukena? ucapnya.
Saya....
Saya tidak bawa mukena, jawabku dengan menundukkan kepala.
Lupa? tanya nya dengan heran.
Enggak Kerin gak lupa, jawabnya dengan gugup.
Abdillah menghela nafas.
Dek jadi kamu selama ini gak shalat? tanya Abdillah.
I iyaa, jawab Kerin dengan gugup dan malu.
Iya udah tunggu sebentar. Ucapnya pergi ke arah lemari.
Iya mas, ucapku.
Abdillah menuju lemari mengambil mukena yang sudah disiapkan nya untuk wanita yang akan menjadi istrinya kelak.
Nih dek pakai mukena ini aja, ucapnya sambil memberikan mukena itu padaku.
Aku pun heran kenapa dia mempunyai mukena. Apa mas Abdillah sudah punya istri sebelum menikah denganku, batin Kerin.
Kerin memberanikan diri bertanya padanya.
Ma..s.. mas, ucapku dengan terbata-bata.
Iya dek kenapa? tanyanya.
Ini mukena punya siapa ya? tanyaku.
Apa mas sudah punya istri sebelum nikah sama aku, kalau mas sudah punya istri. Gak ppa kok sekarang bisa ceraikan Kerin.
Kerin gak mau jadi perusak rumah tangga orang mas, ucapku dengan menundukkan kepalaku.
Astaghfirullah, adek kok pikirannya sampe ke perceraian dek, ucap Abdillah.
Biar mas jelasin ya, mukena itu mas beli saat mas berumur 17 tahun, mas berinisiatif membelinya untuk istri mas kelak. Penjelasan nya.
Kerin pun terdiam.
Dek sekarang kamu istri mas, jadi mukena itu hak kamu dek, ucapnya.
Maaf mas harusnya Kerin minta penjelasan dulu sama mas, ucapku menyesal.
Iya gak ppa asal kamu jangan bicara cerai lagi yah, ucapnya.
Iya mas, ucapku.
Iya udah yuk ambil wudhu, ajak Abdillah.
Iyah mas, ucapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments