Ada apa dengannya

“Kenapa ada masalahnya gue ajak Daddy lo ngomongm Haah?" ucap Halana seperti merasa tak ada yang salah

"Oh.. atau jangan-jangan...jangan-jangannya masalahnya, itu di Elo iya.. Ngaku lo takut gue dapetin hati Daddy lo terus abistu Daddy bilang Halana kamu jadi istri Aslan aja selamanya, Huuh... Anda bercanda. Enak aja gue juga ogah, lagian lo apaan sih pake natap muka gue deket banget," ucap Halana kesal gemas mendorong dada Aslan menjauh tidak bisa menjauh dan malah Halana mundur mengikuti langkah kaki Aslan yang maju terus mendorongnya.

"Ih.. Apaan sih ini, Lan.. gue baik ya.. sabar gue gak nendang paha atas lo," ucap Halana mengancam ketika tidak mempan tapi, malah Halana terpojok diatas Sofa.

"Kau tahu Arti kata peringatan maka, dengar dengan telinga lalu ke otak berpikirlah sebelum bicara," ucap Aslan dengan jari menjewer kedua telinga Halana tak terlalu keras tapi, cukup sakit sekali.

Lalu telunjuk jari tangan kanannya mendorong dahi Halana hingga kepala berulangkali terhuyung kebelakang serasa seperti Halana orang yang tak bisa berpikir baik.

Menepis jari Aslan Halana menatap marah.

"Oiya.. Kalo gitu... Lo manusia harus pakek Hati lo kalo lagi ngomong sikap tingkah Ama Cewek. Terus Lo pikir baik baik, Lo perhatiin baik-baik nanti kedepan Lo bakalan jadi Suami yang berbakti pada nusa dan bangsa perioritasin istri." Kata Halana menunjuk dada bidang Aslan dengan jarinya berkali kali sambil di tekan lalu naik ketas menepuk kepala Aslan berkali kali terlihat seperti tidak sopan, turun lagi dengan kedua jarinya menekan-nekan pelipis Aslan.

Aslan langsung meraih kedua tangan Halana dan di tahan di samping kepala Halana.

"Kau..."

"Apa... Apa lo paham." Halana balik menantang wajah datar alAslan.

"Kau mau menjadi istri yang di utamakan suami, Hem." Aslan memulai memancing Amarah Halana.

"APA! ENGGAK!" Bentaknya didepan wajah.

"GUE JIJIK GAK MAU JADI ISTRI YANG DI UTAMAIN AMA SUAMI KEK LO... AMIT-AMIT JABANG BAYI... AMPUN GUE," ucapnya dengan nada tinggi.

Aslan semakin menekan kedua tangan Halana menepel pada sofa.

"Kau mengharapkannya," ucap Aslan lagi.

"ENGGAK... ENGGAK BAKALAN SEUMUR HIDUP GUE, GUE GAK ADA NIATAN MAU NIKAH MAU PUNYA ANAK, ASAL LO TAHU KALO KEBEBASAN ITU LEBIH BERMAKNA BUAT GUE, DAN ITU LEBIH BAIK," ucap Halana menarik nafasnya lalu menghelanya menatap seluruh wajah Aslan kesal.

"NGERTI LO!" Bentak nya lagi lebih keras. Seketika kakinya menendang bagian bawah Aslan.

Aslan bergeming. Halana terdiam menatap tak ada respon dari Aslan.

Aslan berdiri tiba-tiba dan melepaskan tangannya dari tangan Halana, Halana langsung berdiri dan mendorong Aslan hingga jatuh duduk diatas sofa.

Aslan duduk tenang setelah Halana pergi dari hadapannya.

Di sini Halana mencabuti rumput sambil duduk mengoceh marah marah.

"Gila emang gila, gue abis ngapain tadi, Malu bener maluu... gue," ucapnya sambil mencabuti rumput juga masih kesal dengan apa yang terdi dengan Aslan dan dirinya tadi bisa sampai seperti itu di Sofa.

Salah mencabut Halana mencabut rumput berduri. Tangannya tergores dan seketika langsung di hisapnya.

"Aaaw.. sakit juga," ucapnya merasakan perih di kulit ibu jarinya.

Tiba-tiba bayangan Halana kembali mengingat kejadian dimana dirinya tidak melihat reaksi Aslan yang kesakitan ketika paha atasnya di tendang. Padahal itu tendangan yang sangat kencang.

Halana memiringkan kepalanya dan berpikir,

tiba-tiba memiringkan kepalanya dan mengangeleng kuat.

"Halana.. Halana lo mikir apaan Biarin aja mau kesakitan atau enggak itu dia yang ngerasain, hiih!" Menepuk nepuk kedua pipinya dan menggeleng.

Sengaja menjatuhkan dirinya diatas rumput lalu melebarkan tangannya.

"Gue harus sabar... Harus tetep kayak gini sampe sepuluh tahun selesai," ucap Halana.

Xx

Halana melangkah masuk ke dalam rumah ketika akan duduk di meja makan seketika itu ada tamu lain lagi yang datang.

Aslan seketika menjabat tangannya datang entah dari mana dan mengajak untuk makan bersama Aslan menatap Halana lalu menatap balik Aslan.

Halana memaksakan senyuman dan bangun menyiapkan makan malam.

Selesai makan malam Halana langsung ke kamar. Aslan masuk ke dalam kamar lalu keluar lagi.

"Siapa orang itu," ucap Halana penasaran.

Aslan menoleh keluar pintu dan menatap Halana.

"Apa Urusanmu, tidurlah," ucap Aslan lalu keluar.

Halana memiringkan bibirnya dan mencibik kesal.

Stengah jam berlalu Halana tidak bisa tidur ketika keluar kamar seketika itu Halana melihat tamu itu memeluk Aslan dan juga cipika cipiki.

Halana kesal dan turun ke bawah.

Ketika tamu itu akan mencium pipi Aslan seketika itu Halana langsung berjalan cepat dan mendorongnya menjauh, dengan membekap mulut tamu itu.

"Oh.. Maaf Nona Arselina... Suami! Saya sedang lelah dan sudah sangat malam tak ada Orang bertamu hampir tengah malam bukan, Jika itu tidak! terlalu, penting," ucap Halana menekan beberapa katanya dengan wajah ramah penuh senyuman yang palsu.

Aslan diam saja merasa tak perlu melakukan apapun.

Arselina yang ternyata tamu Aslan datang bersama Suaminya tadi untuk membicarakan urusan penting ketika sudah selesai makan malam. Halana pergi untuk ke kamar saja setelah berpamitan sok manis didepan para Tamu dengan menatap Aslan tajam.

Aslan masuk kedalam kamarnya hanya mengambil map merah.

Lalu keluar lagi memberikannya pada Suaminya Arselina.

Tiba-tiba suami Arselina pamit untuk mengangkat telepon dan seketika itu Aslan berdua dengan Arselina.

Niatnya Arselina ingin pamitan pada temannya sekaligus kolega suaminya. Tapi, saat itu juga Halana melihat ada sesuatu lainnya.

Saat itulah Halana bersikap seperti istri yang takut suaminya di rebut wanita lain dan hatinya di curi wanita lain.

Tak lama saling tatapan tajam Suami Arselina kembali masuk dan berjabat tangan pada Aslan juga Halana.

Lalu Aslan akan berjabat tangan pada Arselina seketika itu Halana mengambil tangan Arselina.

Ketika Arselina akan melakukan untuk kedua kalinya Arselina malah menerima jabatan tangan Halana lagi.

Suami Arselina berdehem canggung menggaruk pelipisnya.

"Baiklah terimakasih, kami merepotkan kalian, Nyonya Halana dan Tuan Aslan selamat malam Kami pamit pulang," ucap Suaminya Arselina dengan Ramah.

Aslan menatap kepergian Arselina seketika itu Arselina menoleh Halana langsung membalik menyamping Wajah Aslan agar menatapnya.

"Liat sini aja, Gak usah jelalatan," ucap Halana seperti cemburu. Aslan kembali menatap ke depan.

Setelah kepergiannya Tamu-tamu Aslan.

"Apa yang kau lakukan itu memalukan aku memangnya kenapa jika Arselina menjabat tanganku," ucap Aslan.

"Oh.. Gak.. gak papa gue cuman jaga-jaga takut telapak tangannya ada racunya ntar lo gatel gatel gue ogah ketularan gatel-gatel lo, kita tidur seranjang," alasan Halana seperti omong kosong yang bermaksud jika Halana cemburu buta sekaligus posesif.

"Oh.. Kalo gitu aku juga harus seperti itu untuk menjadikanmu.. Istri yang di utamakan, seperti kata-kata mu tadi sore." Aslan mengulang kata Halana sore tadi.

Halana terdiam.

"Gak perlu, aapaan sih maksud lo, Dah.. Lah gue ngantuk gue mau tidur, kalo lo mau tidur.. Tidur aja kalo perlu gak usah," ucap Halana sambil marah-marah lalu pergi kekamarnya.

"Hanya sepuluh tahun," ucap Halana seketika menghentikan langkahnya.

Aslan menoleh kearahnya.

"Tentu Lady... Sepuluh tahun untuk mengutamakan urusanmu sebagai istri."

Halan membulatkan matanya dan mencoreng alisnya (gila aja) Halana kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Aslan sendirian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!