Masalah kecil jadi besar

Di dalam kamarnya Mommynya Aslan membantu memilihkan baju nyaman untuk menantunya. Mendandani juga sedikit bercincang ringan Halana jadi malu dan sangat canggung.

“Kamu mencintai Aslan.” Seketika Mommy Aslan bertanya pertanyaan acak dan membuat Halana diam seketika.

Halana menatap punggung Mommynya Aslan.

‘Haah.. enggak banget gak sama sekali,’ kata Batin Halana.

Halana tersenyum mengangguk.

“Iya Tante.”

“Kamu kaku banget kenapa? Tante nakutin ya? Maaf ya Tante abis sakit jadi keliat serem banget kantung matanya juga hitam,” ucap mommynya Aslan dengan menatap cermin membantu mengeringkan rambut Halana dan membantu menatanya dengan rapi, walaupun terurai

.

“Eh..enggaak Kok, Tante cantik iya.. cantik kok, cuman agak canggung rasanya, Ehmm.. heh," ucap Halana terus terang pada Mommynya Aslan

Mommynya Aslan seketika terkekeh-terkekeh pelan.

"Iya.. harusnya kita ketemu di rumah sakit tapi, anak mommy itu gak pernah ada waktu, sibuk mulu jadi ini mommynya yang datengin anaknya setelah menikah, Emang dasar dia ya," ucap Mommynya Aslan dengan wajah bahagia diakhiri kekehan.

Halana hanya diam mendengarkan sedikit mengulum bibirnya ke dalam tersenyum sambil mengangguk samar.

Wajah mommy Aslan tersenyum ketika riasan dan tataan rambut Halana selesai.

"Boleh Mommy ngobrol lagi panjang sama kamu?" Tanyanya dengan lembut menatap Halana lewat cermin didepan.

Halana menganggukkan kepalanya.

'Deep Talk nih,' kata Batin Halana.

"Sini kita ngobrolnya, biar agak nyaman," ucap Mommy mengajak Halana untuk duduk diatas kasur lalu bisa menatap wajah cantiknya.

“Tante tahu pasti Aslan udah bilang kalo kamu suruh bersikap baik-baik didepan Tante."

" IYA .... gak papa kamu gak masalah," ucap Mommy, mengambil kedua tangan Halana dan menggenggam lalu mengusapnya dengan ibu jari.

Matanya menatap kedua tangan Halana haru lalberkedip, mengangkat kembali wajahnya menatap netra Halana sangat tajam dan dalam.

Tiba-tiba tersenyum tipis tatapan matanya basah dan sayu.

"Tante yang minta, Tante cuman minta satuhal sama kamu apapun yang kamu tahu setelah sepuluh tahun pernikahan, tahu tentang Aslan dalam bentuk apapun nanti," ucapnya perlahan seketika meneteskan air matanya.

"Tante harap kamu bisa berpikir lagi dan menimang semua keputusanmu setelah sepuluh tahun itu," ucapnya lagi dengan air mata yang menetes di sebelah pipinya dan di susul air mata lainnya.

"Tante Enggak ada maksud!.. Tante, dan apapun yang kamu putusun itu yang terbaik buat kamu sama Aslan,” ucap Mommy Aslan dengan wajah yang sayu dan akan sedih.

Halana jadi tidak tega tapi, dirinya merasa bukan penenang yang baik.

Halana memeluk mommynya Aslan dan mengusapnya.

'Sejujurnya aku juga gak tega liatnya tapi, namanya perjanjian nikah selama sepuluh tahun tetep sepuluh tahun gak bisa berubah, aku gak bisa pinplan gini enak aja, tapi.. tentang kata kalo udah tahu semua tentang Aslan emang kenapa juga, apa jangan jangan anaknya gay terus minta tolong sembuhin.' Kata batin Halana.

'Hooh.. bukan gay atau pecandu narkotika atau orang gak pernah lepas dari masala lalunya atau anaknya ini waria atau.. haahk kayanya semuanya salah.. udahlah kasian juga lama-lama kalo di jelek-jelekin lewat batin jangan-jangan kuping dia berdenging gitu.'

Halana menepuk mengusap pelan punggu Mommynya Aslan.

“Tante jangan sedih, Nanti kita liat kedepannya tapi, kalo Halana emang gak bisa ngubah keputusan Halana maafin Halana ya tante,” ucap Halana dengan lembut lalu melepaskan pelukannya.

Mommy Aslan mengangguk dan tersenyum.

'Akhirnya aku gak salah pilih menantu ternyata walaupun bar-bar sikapnya ini memang ada jiwa penyayangnya, enggak masalah sepuluh tahun masih lama jadi kita main-main dulu, jugaan udah halal aja mau punya anak juga gak coreng nama baik,' kata batin mommynya Aslan.

Xx

Mereka berdua bicara tentang tanaman di rumah kaca juga membicarakan tentang berbagai macam pembicaraan seputar wanita dan tananman.

"Kamu tahu tanaman bonsai ini Aslan buat dari dia umur tujuh tahun, sebenernya dia pergi kerja paruh waktu diam-diam ngumpulin barang bekas terus tiba-tiba pas ulang tahun mommynya dia bawa bonsai ini, Mommy sebenernya sedih karena dia bela-belain buat kasih taneman bagus cantik ini buat mommynya, sampe terharu waktu itu," ucap Mommy Aslan dengan wajah bahagia menatap bonsai yang diinginkannya dulu sewatu dimana bisnis Arga suaminya belum sukses seperti sekarang.

"Dan waktu itu dia gak pernah kasih tahu kalo dia ikutan acara lelang bonsai dan guntingnya yang harganya bener-bener mahal banget, Mommy sampai kaget dia bisa dapetin bonsai mahal lainnya lagi yang umurnya ratusan ribu terus aja Aslan kasih Mommynya semua hadiah taneman langka yang mommynya dulu pengen milikin," katanya Mommy sambil meletakan bosai itu diatas meja dan duduk di kursi.

Halana juga diam mengikuti Mommynya Aslan.

Halana juga menjadi pendengar yang baik walaupun sebenarnya Halana orang yang malas mendengar ocehan orang lain.

"Oiya.. mommy minta kamu jaga semua taneman ini dan urus baik-baik karena Mommy gak setiap hari bisa datang, pelayan memang ngurus semuanya mereka gak berani megang karena mereka takut merusak sampai mommy denger ada yang di pecat Aslan karena matahin satu helai daun dari tanaman mahal yang ada disini," ucap Mommy nya lagi sambil menatap Halama lalu meletakan kembali Bosai yang telah di semprot air juga di bersihkan dari beberapa rumput kecil yang akan mengganggu.

"Emang Sampe segitunya tapi, kalo aku yang kayaknya buat masalah sama Tanemannya mommy pasti langsung di cerai in," ucap Halana dengan raut wajah pura-purapolos dan sedikit tatapan sayu.

Dalam Hatinya Halana bersorak riang jika benar seperti ini Halana akan merusak tiga helai daun lalu tanda tangan surat cerai besok, oh.. Halana akhirnya bebas juga.

Mommy nya Aslan tersenyum keriput di pelipisnya sedikit samar terlihat tangannya meraih tangan Halana dan mengusap juga menepuk sorot matanya berganti menatap tangan Halana yang di tepuknya lalu terangkat dengan wajah senang menatap langsung mata Halana.

"Amm.. Kalo itu Mommy pastiin kalo Aslan gak bakalan lakuin itu karena kalian harus sampai sepuluh tahun."

Dalam hatinya Halana kembali lesu lemah dan malas menangis sampai terguling guling, Haah.. perjanjian hidup pernikahan sepuluh tahun benar-benar memuakkan untuk Halana.

Berharap saja semoga di masa depan ada sesuatu yang mempercepat semuanya dan Halana bisa lepas dari Aslan.

Xx

Aslan dan ayahnya hanya sling diam sampai semua kunjungan Mommynya selesai.

Aslan dan Halana mengantar kedua orang tuanya Aslan sampai benar-benar pergi dari rumahnya dengan mobil yang menghilang di balik gerbang hitam besar.

Halana terdiam dan melirik Aslan lalu terdiam.

“Ehm.." dehemennya untuk membuat Aslan menoleh dan menatapnya, bukannya berhasil isyaratnya, Halana malah di tinggal Aslan pergi seakan tak mendengar suara deheman Halana.

Halana menatap kepergian Aslan dengan kepala yang ikut bergerak ke arah Aslan pergi, Aslan pergi dan pura-pura tak mengerti deheman Halana yang berartikan untuk menoleh padanya dan ingin bicara sesuatu.

Halana kesal dan akhirnya melakahkankakinya dengan cepat mendekat pada Aslan lalu berhenti ketika Aslan berbalik. Masih berjarak lima langkah antara Halana dan Aslan.

“Hey... gue udah lakuin apa yang tertilus di perjanjian waktu itu buat gak ngomong lo gue di depan mommy lo dan gue juga jaga sikap gue dangan sangat.... sangat baik,” ucap Halana sambil memperagakan dengan gerakan jarinya.

Aslan mengeriyitkan alisnya,

Aslan berbalik lagi dan melangkah pergi meninggalkan Halana seketika itu Halana tidak bisa tahan dan mengejar Aslan lagi tiba-tiba menghentikan laju langkah cepatnya dan menabrak dada bidang Aslan yang tiba-tiba berbalik dan berhenti mendadak.

Halana mengaduh sakit dan menatap keatas lalu mundur dua langkah.

“Kenapa lo gak bilang kalo lo mau berenti Beg*,” ucap Halana sangat kesal mengusap haginya yang tak sakit tapi, pengalihan karena malu.

“Baguslah, Berarti kau pintar dan cerdas lakukan lagi ke depannya seperti itu, anggap saja kita baik-baik saja di depan mereka, Satu lagi, jangan bicara dengan Daddyku Atau berniat mencoba mengajaknya bercanda," kata Aslan lalu memasukan dua tangannya ke dalam saku berdiri tegap didepan Halana.

Halana menatap aneh sedikit menatap ke atas karena Aslan terlalu tinggi untuk Halana.

Halana menatap Aslan dengan serius dan tajam Halana terdiam menatap marah dengan mata yanh penuh rasa benci didepan wajah Aslan.

"Gaak bisa ya lo... sedikit bilang pujian, Lo ngomong gitu kek gak puas banget ama kerja keras gue," ucap Halana.

"Siapa yang puas jika kau bilang ingin cerai jika melakukan masalah, ingin cepat pisah, kau bicara seperti itu bisa membuat kesehatannya terganggu," ucap Aslan mengertakan giginya.

"Apa.. Marah Lo gak suka gue bilang gitu, Lo minta gue ekting Fine! Gue ekting, Laah.. gue bukan aktris aktor wajarlah kalo sikap alami gue masih ada banget sama sikap ekting pura-pura yang sok bahagia sama Lo," ucap Halana menatap lebih berani dan bertolak pinggang menantang Aslan.

Aslan membuang pandangannya kesamping menghela nafasnya.

"Mau Pukul-pukul aja.. Lo mau liat gue nangis bombai kek di sinetron-sinetron ayo gue jabanin pukulan lo di kirain gue gak bisa bales lo tampar gue, gue balik tendang lo, gimana," ucap Halana dengan berani mendekat ke Aslan.

Seketika Aslan mendekat kan dirinya pada Halana dan mendekatkan wajahnya meranarik bibirnya seperti lengkungan senyuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!