Mommy Daddy datang

Dimas langsung pergi dari sana dan sempat di lirik Aslan dan Dimas juga sempat melirik Aslan.

Di belakang bangunan kantor ada tempat nongkrong para petugas kebersihan dan juga satpam Dimas meminta teh manis.

Warung kopi biasa.

‘Sialan gue di tunju sampe segininya,’ pikirnya sambil duduk dan meminta pesanan pada pemilik warung kopi.

‘Akrg... leher gue belom sembuh mana Xavier tadi ngeliatin gue berantem sial aja, dia kagak liat muka gue.’

Padahal Aslan juga meliriknya sedikit.

Xx

Halana keluar dari kantor dan akan mencari taksi seketika sebuah tangan menariknya masuk dan membawanya pergi masuk ke dalam mobil seketika itu Halana terdiam dengan sosok lelaki besar dan berjanggut.

Halana menatap dalam mobil seketika,

Menendang orang yang mengemudi, seketika orang bertubuh besar memegangi Halana.

"Woy.. lepas gue mau pulang kenapa sih lo siapa lo semua,” ucap Halana kesal sadar jika dirinya di culik Halana terus berusaha meronta kasar minta di lepaskan, belum juga bisa lepas seketika Halana mencari cara melukai paha atas lelaki badan besar itu dengan menyikurnya lalu mencekik orang yang mengemudi seketika itu Halana diancam dengan pisau dari belakang mengenai leher dekat bawah telinga.

Dor.. dor..

Tembakan lepas mengenai kaca belakang mereka dan melukai di badan besar bagian lengan atasnya.

Mobil dibelakang melaju lebih oencang mobil depan dengan lebih kencang lagi mereka menancap gasnya menghindari serangan dari tembakan.

Seketika itu mereka melawan arah arus kendaraan menghindari mobil belakang yang terus meminta mereka berhenti.

Ketika di belakangnya ada mobil lain lagi, seketika itu terlihat Aslan yang mengemudikan mobilnya dan tiba-tiba keluar dari mobil lalu melompat ke atas mobil yang menculik Halana.

Aslan di perhatikan pengendara lain yang melihat Aslan ada diatas atap mobil orang.

Berpegangan kuat Aslan langsung menarik pengemudi keluar lewat jendela mobil dan melemparnya ke jalanan. Seketika mobil belakang behenti mendadak.

Kecelakaan terjadi.

Aslan masuk lewat jendela mobil mendudukan dirinya lalu mengemudikan mobil langsung menghentikannya dan meraih senjata orang yang akan menembaknya di samping kemudi.

Aslan menendangnya keluar dan kini tinggal Halana dan lelaki badan besar.

Aslan mengambil pistol yang tergeletak dan ketika itu lelaki itu mengancam Halana dengan piasaunya.

Aslan terdiam. Tapi, mata Aslan mencari celah lengah.

Orang itu lengah ketika Halana mengigit tangannya

Aslan menembak orang itu tidak sampai mati.

Halana di tarik kasar Aslan keluar dari mobil dan di gendong melangkah ke mobilnya tidak lama datang para pengawal peribadi dari mommy nya Aslan dan daddynya. Mereka mengurus semua kekacauan yang Aslan dan Halana timbulkan.

Sampai dirumah Alsan meletakan Halana di atas kasur dan meninggalkan Halana begitu saja seketika itu Halana ingin mengejarnya tapi, kakinya sakit.

Keram rasanya dan sebelahnya seperti keseleo.

Aslan masuk dan membawa alat untuk mengobati Halana seketika Halana mengambil gunting di atas nakas dan mengarahkannya ke wajah Aslan.

“Siapa lo sebenernya kenapa lo bisa ngelakuin Hal tadi harusnya lo gak gak usah ikut campur dan gak usah selametin gue.”

Halana mengarahkan gunting ke arah urat nadi leher Aslan sekarang.

“Lo gak bisa bahayain nyawa lo buat nyelametin gue,” ucapnya kesal.

"Gue jadi punya hutang budi ama lo," ucap Halana lagi dengan kesal.

“Semuanya demi perjanjian dengan Mommy kalo sampe menatunya kenapa-kenapa dia pasti akan sakit lagi dan marah besar,” ucap Aslan dengan wajah yang tenang seketika membantu Halana untuk mengobati kakinya tapi, di tepis Halana dengan kasar.

Aslan bangkit dan melemparkan kotak obat itu oada Halana dan seketika Halana menangkapnya dengan memeluknya.

"Kalo gitu obati sendiri, Kalo perlu panggil inah, Setidaknya Terimakasih cukup," ucap Aslan sambil berlalu dan sedikit menyindir Halana.

Halana menatap tak percaya dan mengumpati Aslan yang sudah keluar dari kamar.

Xx

Aslan duduk tenang dekat balkonnya seketika melihat seseorang berenang seketika itu melihat Halana yang ternyata muncul dari balik kolam renang.

Aslan terdiam menatap wajah Halana seketika ada debaran didadanya

Aslan merasakan gelisah dan sesak apa ini penyakit?

Aslan pergi ke ruangan dengan pintu coklat dan mengecek kecsehatannya juga menelpon dokter pribadinya. Seketika itu Aslan mengehela nafasnya karena semuanya normal dan tak perlu dikhawatirkan.

“Tapi, Dari tanda-tanda itu sepertinya Tuan itu sedang merasakan namanya jatuh cinta." Kata sang dokter dari sambungan panggilan vidio.

“Jika anda memahaminya secara perlahan anda mungkin bisa belajar emosi dari hal yang ada rasakan walau terdengarnya aneh tidak ada salahnya mencoba lagi pula itu adalah istri anda sendiri dan juga..yah anda tak mendapatkan perasaan apapun dari Nona Kelly, kemungkinannya... gadis yang anda nikahi bisa membuat anda seperti manusia normal yang bisa merasakan emosi dan rasa sakit,” ucap sang Dokter panjang lebar.

Seketika Aslan memutus sambungan teleponnya dan keluar dari sana.

‘Tidak mungkin itu cinta, jelas jelas jantung berdetak lebih kencang ketika melihat Halana keluar dari kolam renang, harusnya itu adalah penyakit tak masuk akal,’ pikir Aslan sambil melangkah keluar dan berjalan jalan di halaman lalu duduk di kursi dengan menupang kaki.

Aslan duduk sambil memainkan ponsel.

Tidak lama datang sebuah mobil dan turunlah dua orang yang selalu mengutamakan Aslan dan Aslan selalu mengutamakan wanitanya.

“Aslan anak mommy bagaimana kabar mu nak?" ucap Sang Mommy dengan wajah yang sedikit segar dan juga terlihat lebih baik.

Halana yang baru masuk dapur dengan rambut di gulung handuk setelah mandi seketika tersedak minumannya sendiri, tidak terlalu paarah tersedak tapi, terkejut melihat ada tamu yang datang ketika Halana berpenampilan seperti ini.

Halana langsung mendekat pada Inah.

“Aku baik Mommy aku sehat," ucap Aslan dengan wajah datarnya.

Kedua orang tua Aslan melangkah masuk bersama Aslan.

Halana seketika menoleh sebentar untuk melihat merek bertiga duduk di sofa.

“Nyonya, Nyonya mau mengantarkannya sendiri,” ucap Inah menawarkan pada Halana, seketika menatap kaget dan menggeleng. Masalahnya Halana terus mendekat pada Inah.

“Gak mungkin pakaian kayak gini, nganterin itu ke sana, malu tahu, Lagian itu siapa sih,” ucap Halana.

Inah menggeleng.

“Itu kedua orang Tuanya Tuan.” Ucap Inah.

"Haah... Kok sekarang Datengnya kenapa gak kasih tahu kalo tahu mau dateng sekarang gue kan gak berang ih.. gimasih, malu lah lagian..." Seketika ucapan Halana berhenti ketika ingatan perkataan Aslan di kepalanya.

"Jangan bicara Lo Gue didepan mommy," ucapan Aslan yang kira-kira Halana ingat juga perjanjian mereka.

"Ya udah deh.. anterin aja kesana Gue masuk kamar aja semoga gak nyariin gue mereka," ucap Halana pada Inah.

Inah mengangguk lalu pergi mendatangi Aslan dan kedua majikannya yang lain, membawakan semua minuman dan suguhan pada keduanya,

ketika Aslan menoleh menatap Inah dari arah datangnya saat itu juga Aslan melihat Halana saat itu juga Halana melihat Aslan menatapnya, Tangan Halana terangkat dan jari telunjuknya mengisyaratkan untuk diam.

Halana langsung berlari pergi seketika itu mommy Aslan menoleh pada Aslan dan melihat ke arah yang sama Aslan lihat.

Halana masih berlari melangkah hampir sampai ke depan pintu kamarnya.

“Eh.. mantu Mommy sini nak, Kamu kemana aja kira Mommy kamu lagi keluar," ucap Mommy.

Halana menghentikan langkahnya perlhan kepalanya menoleh kebelakang wajahnya kesal berkomat kamit.

'Tenang Halana jangan gugup , Santai aje kali, huuhfh,' Halana membalik tubuhnya perlahan dan ketika itu terukir senyum paksaan dan rasa malu bercampur.

"Sini sayang sapa dulu."

"Ini daddynya Aslan, aku Mommynya," ucap Mommynya sangat ramah. Halana sampai malu sendiri rasanya Halana menciut sekarang.

"Kamu apa kabar sayang,” ucap Mommy Aslan dengan senyum senang menyambut senyum malu dan wajah pias terpaksa bahagia.

“Kamu abis mandi atau,” ucapnya menggantung.

seketika Halana mengangguk saja.

“Bukann mandi abis berenang di belakang tadi belajar dikit-dikit, maaf Tante, Om Aku Ketas dulu mau ketas ganti baju dulu, Permisi,” ucap Halana, yang sebenarnya tak pantas tapi, mau bagaimana lagi rasanya tampil seperti ini tidak nyaman bagi Halana.

Seketika Mommynya Aslan mengangguk dan membawa Halana masuk kamar membirkan Aslan bicara dengan daddynya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!