Kan bukan salah Halana

Cafes's Ke empatnya berkumpul untuk sekedar bicara Halana baru datang membawakan pesanan untuk ketiga temannya.

Nitta Fio dan Anna tentunya.

Halana duduk di depan Nitta dan Anna di samping Fio, sebelah jendela kaca.

“Kerjaan lo yang kemaren berenti lagi di tengah jalan,” ucap Fio menyinggu pekerjaan Halana kemarin.

Sambil memakan kentang goreng Halana mengangguk.

“Iya lah bernti siapa juga yang tahan ngomel ngoceh dan lagi tuu lo pada tahu kek gini nih, Halana kalo bersihin langsung ke sana aja jangan yang itu dulu, Eh.. Halana kamu bisa gak sih kerja,” ucap Halana memperaktekan.

"Naah gitu ituh tuh gedek gue,” Halana mengatakannya menirukan ucapan bosnya dulu.

"Ya iyalah lo nya gitu, makanya Halana tahan Emosi lo," ucap Fio cengengesan.

Halana mendengkus sebal.

“Lah sekarang lo kerja dimana lagi?” tanya Nitta.

“Gue..” Kata Halana setengah menelan kentang menunjuk dirinya sendiri.

“Gue kerja di kantor yang bosnya sama aja.” Perkataannya singkat lalu Halana terdiam lagi menatap ketiga temannya yang mengangguk masing-masing.

“Jadi apaan,” ucap Anna.

“Gue jadi kang bersih-bersih selagi gue bisa gue lakuin demi kelanjutan dan ke berlangsungan hidup gue, gue lakuin apapun itu,” ucap Halana menjelaskan alasan pekerjaannya yang menurut temannya adalah alasan yang setiap Halana katakan ketika keluar masuk tempat kerja baru dan beda.

Di tambah sikapnya Halana yang mendrama tisir seperti orang yang sedang orasi.

“Kalo gue punya atasan lebih gila rese bin rempong, Yaa itu tadi, gue harus betah kerja demi keberlangsungan hidup gue kedepan,” ucap Anna yang perinsip alasannya sama seperti.

“Bener banget sabarin aja gak salah itu,” ucap Fio kali ini. Mereka mengangguk angguk

Mereka sibuk berbicara sambit tertawa tawa dan heboh sendiri,

seketika seorang lelaki mengetuk meja mereka dan keempatnya menoleh bersamaan.

Nitta langsung berdiri dan tersenyum lebar menyambut lelaki itu yang tidak menanggapi Nitta.

“Kenalin dia Dimas dia juga kerja yang bisa di bilang cuman ob tapi, gaji dia gede katanya dia juga dapet teman cewek yang kerja juga bersihin kaca gedung,” ucapan Nitta di dengar semuanya dan termasuk di dengar Halana. Nitta memperkenalkan Dimas tanpa semuanya minta. Dimas juga hanya mengangguk dan menyapa Nita sedikit

Halana menoleh sebentar tak sampai melihat wajah jelas Dimas lalu menatap lagi ponselnya dan sibuk sendiri, memakan kentang melihat kendaraan dan acuh, seketika itu Dimas melihat Halana seperti tak asing yang di kiranya seperti pernah bertemu makanya Dimas menghampiri meja Nitta dan kawan-kawannya.

'Itu Halana.' Sambil menatap lama-lama ke arah Halana.

“Heey.. Lo Halana Gue masih inget muka lo, apa kabar lo ternyata lo temenan sama tiga mak lampir ini,” ucap Dimas sok akrab seketika itu Halana menoleh. Tatapan mata Halana heran.

Ketiganya menatap Halana dengan aneh.

“Kalo gitu gue duluan sorry gue gak bisa lama-lama.” Dimas langsung pergi setelah membuat Halana di tatap murung ketiga temannya.

“Lo gila!” ucap Fio sambil menepuk bahu Halana sedikit keras.

“Kagak Gue waras gak gilak,” ucap Halana cepat setengah kesal.

“LO CERITA AMA KITA KITA LO KERJA DIMANA" ucap Anna Heboh.

“Lo kerja Di Xv company sejak kapan lo,” ucap Nitta kali ini lebih tajam, Semua menoleh pada Nitta lalu menoleh lagi pada Halana dengan menganggukan kepala mereka.

“Apaan sih baru kemaren keles gue kerja”. Halana santai saja.

Seketika semua temannya baru sadar jika pakaian Halana sedikit berbeda dan terlihat, Mahal.

“Satu-satu kali, gue bingung harus jawab apaan,” ucap Halana gugup ketika tatapan mata tajam ketiganya tak beralih.

“Ok terserah lo,” ucap Nitta sepertinya sangat ingin tahu alasan Halana bekerja disana secara Halana itu cantik tidak mungkin tidak ada pria yang tidak jantuh cinta hanya menatap mata Halana untuk pertama kalinya.

“Baru kemaren gue kerja gue juga yang baru kemaren liat dia siapa tadi, Ya... Dimas." ( menjentikan jarinya) menatap teman-temannya dengan senyum merekah

“Lo tahu kalo Dimas itu target pdkatnya Si Nitta,” ucap Fio.

Halana langsung terdiam menegguk minumannya dan menatap Nitta sedikit gugup.

Eh.. Kok!

“Daah.. Gue males kayak gini gue pergi aja,” ucap Nita dengan membawa tasnya pergi sungguhan. Nitta keluar dari Cafes's.

“Laah Kok," ucap Fio seketika mengejar Nitta. Fio pergi mengikuti Nitta.

“Lo sih...” Sikut Anna membuat Halana menoleh.

“LAH.. apa salah gue rang gue gak tahu dan jugaan gue gak kenal ama Dimas siapa lah kenapa bisa gitu sih, masa iya temanan kita rusak karena Cowok pasti Nitta bakalan balik lagi kan,” ucap Halana dengan santai memakan kentang gorengnya percaya diri jika Nitta tak akan marah lama.

Anna menggeleng dengan berdehem, Seketika Halana menghentikan aktivitasnya menatap tajam Anna.

“IYA.. Halana Lo gak bakalan liat Nitta marahkan dan sekarang Nitta marah karena Lo,” ucap Anna

“Laah apa salah gue, seriusan gue tanya apaan salahnya,” ucap Halana bingung sendiri.

Anna menghela lafasnya dan terdiam.

“Gue mulai nih ceritanya.” Anna menatap Halana .

Halana mengangguk dan menatap serius Anna.

“Dimas itu cowok pertama sekaligus pujaan hatinya Nita pandnagan pertama dan tetap pertama Dimas itu gak akan tergantikan walaupun Si Nitta udah pernah pacaran sama tiga cowok tiga kali putus tetep aja Nitta itu masih suka sama Dimas lah elo... Halana... Lo ngapain Dimas bisa sampe tu laki nyapa lo tanpa beban tanpa malu di depan Nitta yang dia sendiri aja gak pernah kek gitu cuman ham hem ham.hem kadang lirik terus Nitta di tinggal pergi.”

Halana sedikit merasa bersalah lalu bagaimana sekarang ceritanya. Halana malas minta maaf memang tidak salah tapi, jika ini cemburuanya Nitta, ya itu masalah Nitta.

Xx

Halana kembali masuk kerja dan ketika Dimas menyapanya Halana terdiam dan bersikap dingin.

“Lo kenapa diem aja gue ada salah sama lo?” kesal Dimas karena Halana dari tadi mendiaminya.

“Laah kenapa emang ada masalah buat lo, Siapa lo minggir,” ucap Halana seketika itu Dimas menarik Halana ke dinding seketika itu Zoela dan Aslan terdiam menatap apa yang di lakukan Halana dan lelaki karyawan ob itu.

“Lo kalo mau kek giniin gue jangan mancing gue buat deketin lo terus ya," ucapnya kasar pada Halana menunjuk wajah Halana Seketika meremas bahu Halana dengan keras.

Halana mendorong dengan seketuat tenaga hingga lepas.

“Kenapa lo, gak mempan ama gue,” ucap Dimas.

"Apa nya yang gak mempan heh.. situ itu temen kerja kita sebatas itu, lo ngarep gitu gue suka yaa.. gaklah... gue tahu lo itu di sukain sama Nitta, gak mungkinkan temen makan temen?"

"Tapi, gue suka sama lo," ucap Dimas.

Seketika Halana terkejut ucapan ini tidak normal sekali, dan di tempat seperti ini.

"Gue enggak maaf ya," ucap Halana menarik urat lehernya marah di paksa senyum. Seketika maju dan meninju perut Dimas dengan kencang.

“Aaarg...” ringisan Dimas seketika itu Halana menepuk tangannya seperti menghilangkan Debu halus berbalik ternyata di tonton oleh Aslan dan karyawan lainnya.

Halana memajukan wajahnya ke depan wajah Dimas.

"Itu pembalasan gue buat tangan yang lo tarik dan Bahu gue yang sakit, Rasain lo," ucap Halana lalu pergi dengan santai.

Menganggap tidak ada yang melihatnya.

Zoela tertawa tertahan terkejut dengan menekan dadanya lalu menunduk mengangkat pelan wajahnya lagi dan melihat Halana berlalu begitu saja.

Zoela menoleh pada Aslan setelah menatap Halana yang pergi begitu saja.

“Tuan,” ucap Zoela seketika Aslan pergi begitu saja meninggalkan Zoela.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!