Aslan mendapat telepon dari rumah sakit tentang mommy yang sudah membaik, dan yang menelpon Aslan adalah Mommynya sendiri.
Aslan menyahuti yang perlu di jawab.
Xx
Di rumah sakit Mommynya Aslan juga menanyakan kabarHalana.
"Sayang gimana sama istri kamu, Mommy kayaknya pengen liat kalian dateng kerumah sakit bareng mau yaa..." Suara Mommynya Aslan di sebrang sana dengan mata berbinar.
"Aslan sibuk mom, Nanti kalo bisa Aslan datang." Jawab Aslan.
"Yaah.. kok gitu sih nak," sahut Mommy kembali lemas. Arga yang masih ada di ruangan Istrinya mendengar semuanya dengan jelas.
"Sudahlah lagian anakmu itu sangat sibuk cari cara lain saja," usulan Arga tanpa sadar juga tanpa sengaja membuat Ayla istrinya sendiri menatap sang suami dengan berbinar ceria.
"Naah gimana kalo kamu sama aku aja yang ke rumah Aslan yaa mas yaa.. boleh lah," ucap Ayla di buat imut padahal tak ada imutnya sama sekali.
Arga menatap istrinya dengan datar.
"Iyaa.. iya terserah kamu kapan datengnya," ucap sang suami seketika mendapat senyuman lebar istrinya.
"Gimana Aslan tuh Daddy kamu bilang mommy bisa ke rumah kamu berarti kapan kapan mommy dateng dan kamu ada di rumah ya nak," ucap Sang mommy pada putra sematawayangnya.
"Iyaa.. Mommy telepon aja Inah nanti Inah kasih tahu mommy."
"Ya udah sayang kalo gitu dah dulu Mommy mau ngobrol cantik sama dokter mommy," ucapnya lalu telepon tertutup setelahnya.
Aslan berbalik dan menatap Kelly yang tertidur menunggunya lama bicara di telepon.
Aslan menelpon keluar seketika Zoela masuk.
"Aku akan pulang kalo Kelly bangun suruh dia pulang atau jika tidak mau antarkan dengan taksi atau sopir kantor," Kata Aslan lalu pergi dari ruangannya.
Zoela mengangguk dan menatap kepergian Aslan lalu ikut keluar ruangan.
Zoela sebenarnya asisten mommynya Aslan dan sekarang jadi Asisten Aslan sekaligus mata-mata Mommynya bagaimana itu bisa terjadi, tidak tahu, karena mommynya Aslan mengaturnya sesuai keinginannya.
Xx
Halana melangkah keluar dari kantor setelah jam pulang kantor sudah tepat pada waktunya saat itu juga sebuah kendaraan metic mendekati Halana yang baru keluar dan akan mencari ojol.
Halana menghentikan langkahnya tiba-tiba dan terdiam.
“Lo... Halana Gue Dimas,” ucap lelaki itu yang ternyata Dimas dengan motor metic seperti sekuter dan mengulurkan helm untuk Halana.
Dari tempat lainnya senior Halana kesal menghentakkan kaki. Melihat pemandangan Halana di perlakukan baik oleh Dimas.
“Laah.. Jen Anak baru pulang bareng Dimas bukannya Dimas Target pdkt lo,” ucap temannya dengan memanasi Jenna yang ternyata senior Halana, yang sengaja menumpahkan minuman pada Halana waktu itu.
Jenna yang sudah sangat panas di tambah semakin panas karena ucapan temannya.
Halana menatap Helm yang Dimas ulurkan padanya.
“Apaan nih,” ucap Halana.
“Batok kelapa, Ya.. Helm lah,” ucap Dimas sengaja bergurau tapi, Halana tak mempan dengan gurauannya.
Halana ber Oh dan berbalik minggir melewati Dimas..
Sambil berjalan Halana meninggalkan Dimas yang Cengo menatap Halana menjauh, ternyata masih ada gadis yang menjauhinya dan tidak mempan dengan tawaran helmnya, padahal banyak perempuan di luar sana yang ingin Dimas dekati dan berharap menjadi kekasihnya.
Oh.. ayolah di luar sana juga banyak sekali yang ingin tidur bahkan ONS dengan Dimas.
Jika Halana tahu seperti apa Dimas orangnya apa Halana akan pergi seperti ini, Entahlah?
Halana sambil tersenyum dan menerima uluran helm dari ojol yang baru sampai.
Sambil naik ke atas motor ojol.
‘Rasain emang enak, Lagian tadi sok sok an dingin gak mau kenalan sekarang ngajak pulang bareng.. Hoho ngaca deh...’ Dalam hatinya Halana puas membalikkan perlakuan Dimas padanya tadi waktu di rooftop.
Halana gitulo ayolah Halana ini bisa berani jika terpojok dan merasa harus melawan, Kakak kandungnya, yang laki-laki saja di tamparnya, apa lagi lelaki asing yang membuatnya di acuhkan siap-siap melihat iblis kecil dalam diri Halana.
Dimas menatap ke pergian Halana dengan seringai aneh juga misterius lalu Jenna menghampiri Dimas tiba-tiba dan melihat juga dimana Halana pergi dengan ojolnya, Jenna menatap Dimas dari samping.
“Lo boncengin gue aja Dim, gak papa kalo Halana gak mau, gue mau kok,” ucap Jenna.
Dimas berdecak malas memberikan helemnya pada Jenna dengan cara di lempar dan pergi begitu saja seperti tidak ada masa lah apapun. Memang helemnya Jenna.
Xx
Halana sampai di depan gerbang kecil dan turunkan Ojol lalu membayar ongkos dengan melebihkan dua ribu.
Halana melangkah masuk dengan berjalan kaki memasuki pagar kecil, seketika gerimis.
Halana membiarkannya saja dirinya ke basahan.
Lagian masih air hujannya bukan salju.
Di kantor lain bukan kantor sebelumnya, Aslan duduk dengan menatap monitor untuk memastikan pekerjaan karyawannya benar-benar selesai ketika itu menoleh jam ternyata sudah lewat jam pulang.
Aslan bergegas keluar dan di barengi dengan Edgar yang memang ikut pergi keluar untuk memastikan sesuatu di kantor cabang yang harus di periksa sekarang.
Sampai di depan lobi, Aslan langsung melangkah mendekati mobilnya dan masuk sendiri lalu menyetir sendiri mobilnya.
Xx
Halana yang sedang melangkah masuk dengan pakaian basah karena hujan seketika langsung di berikan handuk oleh Inah. Ada satu pelayan yang sadar ketika melihat Halana dan langsung memanggil Inah.
“Nyonya kenapa nyonya gak bawa payung, Nyonya pasti nanti sakit mari Nyonya saya antar ke kamar nya,” ucap Inah yang khawatir.
Halana terdiam dan mengikuti arahan Inah melangkah ke kamarnya.
Aslan baru sampai di rumah setelah sampai hujan deras berlalu dan Halana sedang ada di rumah kaca.
Aslan hanya diam dan melakukan pekerjaannya seperti biasa sebelum kedatangan Halana.
Seketika Halana mendengar suara pecahan keramik dari ruangan kamarnya.
Halana yang baru saja masuk melangkah mendekat ke arah suara.
Halana akan masuk seketika sebuah pintu terbuka dengan biasa dan itu adalah Aslan lalu keluar dengan wajah yang datar.
Halana menatapnya aneh
"Ada suara apa didalam?" Aslan mengacuhkan pertanyaan Halana dan pergi begitu saja.
Tidak di jawab Aslan, Kini Halana didalam kamar dan memastikan juga melihat sendiri ternyata vas kramik yang pecah ke bawah dari atas nakas.
Di ruangan lainnya,
Aslan terdiam ketika sebuah peluru mengenai bahu kirinya dan begitu banyak darah yang keluar.
Di depan kaca Aslan mencongkel pluru keluar dan menutupnya dengan staples khusus luka dengan wajah pucatnya Aslan tetap tenang membersihkan lukanya sampai selesai.
Aslan pergi ke lemari mengambil kaos hitam dan jaketnya lalu melangkah keluar dengan sendiri dan santai seperti tidak terjadi apapun.
Aslan keluar dengan motornya. Diatas balkon Halana melihat apa yang Aslan lakukan dan pergi setelahnya.
Tanpa basa basi lagi Halana melompat kegirangan tapi, ponselnya bergetar dengan panggilan nomor tak di kenal.
“Siapa?”
Halana mengangkatnya seketika itu suara serak berat di sebrang sana terdengar seperti mengancam.
“Kau yang tinggal dengan Xavier mati saja sekarang,” ucap orang itu.
“Oiya.. Mati, situ siapa berani kek gini, Gue mati kalo udah waktunya, Gila nih orang gak ngotak kalo ngomong di kira malaikat maut nelpon lewat hp. Segitu majunya alam baka sampe ada internet,” ucap Halana masih dengan telepon menyala.
Seketika Halana mematikan teleponnya dan masuk ke dalam setelah dari balkon,
seketika kaca meja riasnya pecah retak dengan peluru tertancap sempurna.
Halana langsung mendekat penasaran dan mengusapnya bekas peluru yang masih tertancap, Halana curiga dengan vas bunga dan juga Aslan yang baik-baik saja.
Jangan jangan?
“Pasti ada peluru lain. Kalo gak ada berati dimana nyasarnya tuh peluru,” ucap Halana sambil mencari keliling kamar.
Halana bertolak pinggang, seperti ingat satu hal yang barusan, Akh.. Tidak ada dimanapun... jangan-jangan! Aslan tertembak.
Orang di sebrang sana yang baru saja menelpon Halana ke heranan setelah ponsel di matikan
“Bisa cewek modelan gini mulutnya nyablak aja ngomongnya,” ucap bawahannya.
Seketika atasannya langsung kesal.
“Beri peringatan saja." Atasannya Seketika menarik senjata laras panjang dan melepaskan tembakannya saat itu juga kaca meja rias pecah membuat Halana terkejut.
Xx
Di sebuah tempat kumuh.
Aslan menghentikan motornya karena sebuah mobil dengan plat negara asing menghentikannya dengan terus memagar jalan keluarnya.
Sebelumnya sudah mengikuti Aslan.
“Hallo Xavier bagaimana kabarmu, Ayolah, keluarga terkaya tersohor dan penuh dengan perhatian media dan masyarakat yang sangat menyayangi,” ucap seorang lelaki dengan wajah tampan dan anting-anting di telinganya.
Tubuh tinggi dan rambut sedikit gondrong.
Aslan mendekat dan melangkah menjauh dari motornya,
seketika tendangan orang dengan anting anting itu membuat Aslan sedikit mundur ke belakang.
Tidak sakit hanya terhuyung ke belakang.
“Ayo maju dan hadapi aku, Aku tahu kau sangat kuat, sebelum kau sampai ke tempat tujuanmu, ada lebih baik kau sampai ke pemakaman lebih dulu,” ucap lelaki dengan anting-anting itu.
Aslan gantian menyerang dengan berutal tak memberi selah untuk lelaki berating ating itu melawan dan terus membuat beberapa titik vitalnya lemah dan tak bisa bergerak sementara waktu.
Aslan tak membunuhnya melainkan menghajarnya dengan membuatnya terdiam sementara.
“Sialan, Kau,” ucapnya kesal.
“Siapa yang menyuruhmu menyerangku? berapa bayaran yang kau terima,” Aslan bicara dengan wajah tengil juga seringai lebarnya.
“Dasar iblis. KAU MASIH BISA TERSENYUM hah,” ucap orang itu ketika akan menyerang seketika Aslan menarik kerah baju belakangnya dan melemparnya masuk ke dalam mobil dan memintanya untuk duduk diam atau tidak mau jika lumpuh selamanya.
Oh ****!
Sangat sakit sekali ke dua kakinya.
Orang itu mengerang merasakan sepertinya ada yang patah.
Setelah sampai di tempat lain, sebuah ruko atau roling karatan berwarna abu-abu yang tiga deret roling itu tertutup seketika yang di tengah terbuka dan ternyata seorang dengan tato membukanya dan membiarkan Aslan masuk dengan mobil asing di belakangnya seorang yang ada di kursi penumpang di tarik dan di jatuhkan ke lantai begitu saja.
“Bos.” Seorang anak buah memberikan kunci motornya pada Aslan.
Sekarang Aslan ada di tempat favoritnya yang menurutnya lumayan biasa menghilangkan nyawa seseorang.
Tidak tahu kenapa belakangan ini Aslan meraskaan sesuatu didadanya,
ketika Halana menatapnya dengan tajam atau biasa.
Kadang ada rasa berputar di kepalanya.
Aslan tidak tahu itu apa tapi, setahunya yang orang tuanya katakan jika itu di sebut pusing atau sedang stres atau ingin hal yang menyenangkan. Sekarang Aslan ingin menyenangkan dirinya yang menurutnya menyenangkan sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
lelah sekali
oh Aslan psikopat juga ternyata
2022-09-05
0