Halana mengetuk ngetuk dahinya dan mengumpati dirinya kasar.
Aaargh... kenapa orang ini sudah ada di dalam kamar sih, Halana juga sangat malu. Sangat!
Aslan yang mendengar suara pintu terbuka menoleh dan kembali memakai celana panjang dan juga kaosnya dengan santai.
Aslan baru saja berganti pakaiannya dengan pakaian bersih untuk tidur.
“Udah Belom,” ucap Halana setengah berteriak seketika Aslan berdehem dan mengangguk.
Halana berbalik dan menghela nafasnya melangkah ke kamar mandi seketika Aslan berdehem.
Seperti mengerti arti deheman itu, langkah Halana langsung berhenti dan berbalik mengangkat kedua tangan dan mengedik bahu, Apa!
“Apa kau mau tidur dan istirahat di sini? Bukankah kau?” Halana teringat sesuatu ketika Aslan tidak meneruskan ucapannya.
Halana menggenggam ke dua tangannya di depan dan di ayun ayunkan wajahnya ingin bicara tapi, malu ingin mengatakan sesuatu tapi, takut malu.
“Sebenarnya Gue penakut ama hantu setan dan sejenisnya dan gue gak suka kamar besar sendirian dan juga sunyi, rumah Lo sunyi. Kalo di rumah gue dulu, gue berani karena sekitaran rumah masih ramai dan juga kamar gua kecil ama sempit lumayan berani,” ucap Halana seketika Aslan mengangkat dan menautkan Alisnya.
Aslan mengangguk angguk dan pergi ke kasurnya lalu membaca buku.
Halana berseru menang, Yes.. yes.. Halana melangkah pergi masuk ke dalam kamar mandi dan melangkah sebelumnya mengganti pakaian.
Halana mengganti dengan pakain tidur yang celana di atas lutut dan lengan pendek kemeja bergambar bunga kuning kecil mirip matahari.
Halana menatap wajahnya di cermin seketika wajahnya terlihat aneh sekali.
“Lo.. Lo.. kenapa Lo jadi penakut dan malu maluin banget kayak gini sih! Ini rasanya benar-benar suami istri Lo tahu. Lo... kenapa Lo tidak mencoba tidur sendiri Halana... Akh.. gini jadinya kek lo yang pengen deket, Haduh harga diri Halana, Oh halana Came on,” ucap Halana menunjuk wajahnya di depan kaca wastafel, seketika reda emosinya, Halana mencuci wajahnya dan menyikat giginya dengan sikat gigi berwarna pink dan juga pasta gigi yang sama.
Inah juga sempat memberi tahu sebelumnya.
Jadi semua yang Halana lakukan bisa di lakukan sendiri tanpa pelayan karena Inah berjaga-jaga ketika Tuannya hanya ingin istrinya melakukannya sendiri.
Oiya.. untuk para pelayan tidak ada yang tahu jika Tuan mereka memiliki kelainanya yang tidak normal seperti manusia normal dengan kelengkapan emosi atau perasan Tuan mereka sama sekali tidak memiliki perasaan atau emosi Tapi, mereka tertipu dengan berbagai ekspresi yang di tunjukannya, Mereka menganggap jika Tuan meraka orang yang sempurna dan normal.
Para pelayan juga hanya tahu jika Tuan mereka itu kejam dan jika sudah menghukum itu sungguhan, hanya dengan tangan kosong, jika wanita di tamparnya hingga menangis atau pingsan.
Lalu Pria di hukum seperti yang Halana lihat.
Xx
Halana keluar dari kamar mandi dan mengambil ponselnya seketika baterainya habis.
Halana ingin mengisi daya tapi, dimana kabelnya ah.. iya tasnya, dimana tasnya?
Halana mencari ke sana kemari. Seketika melihatnya di dekat tiang di gantung disana.
Aslan sempat melihat apa yang Halana lakukan lalu mengambil sesuatu.
Halana bingung ingin mengisi daya karena stop kontak dimana, Halana tidak tahu.
“Disana.” Aslan dengan acuh tanpa menatap atau menunjuk dengan benar hanya dagu menunjuk ke depan dengan sikap Aslan seperti itu Halana menoleh dan mengikuti tunjukkan arah Dagu Aslan.
Halana menatap ke dapan di mana tempat meja tv dan tv di tempel di dinding.
Halana pergi kesana seketika akan melihat stop kontak tidak ada, ketika mencari di dinding tidak ada.
Seketika tangan Aslan bangkit dari duduknya dan menghampiri Halana lalu meraih laci dan terlihat stop kontak yang keren, langsung bisa di pakai.
Halana sedikit berdecak kagum. Huuh.. rasanya kehidupan ini sangat sesuai dengan bayangan Halana dan jauh dari cita-cita Halana karena semuanya kelewat sempurna juga seperti ada di dalam film film.
Selesai mengisi Daya Halana bergabung untuk tidur.
Seketika akan naik ke atas kasur Halana melihat Aslan membaca sesuatu tulisannya dari bahasa inggris dan sulit Halana mengerti.
Halana mengacuhkannya dan memilih untuk pergi tidur saja.
Halana mulai berbaring seketika Halana mulai mengantuk kasur yang nyaman dan bau harum yang menyenangkan.
Xx
Pagi hari yang cerah Halana terbangun dan memulai hari dengan baik dan cerah secerah hari ini Halana menyiapkan sarapan untuk Aslan yang sejak bangun tidur tidak ia temui. Hanya untuk berterimakasih karena mau menampungnya tidur di kamarnya.
Mencari tak ketemu, Halana bertanya apada semua pelayan tidak ada yang tahu dan banyak hampir semua bilang tidak tahu.
Seketika sudah pukul delapan, Halana terlalu lama menunggu, Aslan tidak datang Halana kecewa.
“Malas.. Sudahlah Halana kenapa juga Lo nyiapin ini semua Gue jadi terlambat masuk kerja. Terserahlah dia mau makan atau gak terserah, Mau dia dimana, dia makan atau tidak bodo amat,” Halana yang kesal pun pergi keluar dan seketika di berikan kunci motor oleh seseorang. Damanda menatap aneh.
“Untuk apa?” Halana bertanya balik.
“Untuk di naiki dan di kendarai untuk nyonya,” jawab lelaki pelayan itu. Halana menatap malas dan memilih pergi Halana pergi meninggalkan pelayan lelaki itu mematung Halana melangkah keluar gerbang utama dan melihat taksi pesanannya sudah sampai.
Di dalam taksi Halana menatap keluar jendela seketika itu mobil Aslan melewati taksi itu dan tidak merasa curiga Aslan yang juga melewati taksi itu.
Halana juga tidak melihat Aslan dan hanya melihat deretan pohon.
Sampai di rumah, Aslan dan mobilnya terparkir begitu saja.
Aslan melangkah masuk dan segera bersiap untuk melakukan rutinitasnya.
Ketika akan meminum air putih Aslan melihat para pelayan membereskan meja makan.
“Siapa yang membuat ini semua,” ucap Aslan menoleh dengan meminum air sambil duduk.
“Nyonya menyiapkan sarapan ini, Nyonya juga sudah satu jam menunggu Tuan, kami juga tidak bisa bilang Tuan pergi karena Tuan meminta kami diam,” jelas Inah.
Aslan mengerti.
“Lalu?” Aslan mengambil selembar roti dan memakannya dengan mentega.
“Nyonya kesal dan meminta kami saja yang menghabisi makananya yang beliau masak dan jangan biarkan Tuan makan. Nyonya juga bilang jawab saja kalo Tuan bertanya, sesuai ucapannya sebelum pergi,” ucap Inah sesuai apa yang Halana sampaikan.
“Taksi atau motor,” ucap Aslan seketika di mengerti Inah.
“Nyonya marah dan memilih berjalan sampai depan dan menaiki taksi Nyonya juga mengomeli pelayan yang memberikan kunci motor padanya.”
Aslan mengangguk.
Inah pergi dan membawa semuanya setelah meletakan teh yang biasa Tuannya minum di pagi hari dengan racikan yang pas sesui dengan ucapan Mommynya Aslan dan juga dengan arahan Aslan.
Aslana makan dengan santai dan acuh hingga selesi sarapan Aslan kembali pergi dengan pakaian jas rapi.
Di tempat lain tempat kerjanya Halana di marahi manager barunya karena telah tiga menit padahal Halana baru saja masuk dan semua juga baru saja di berifing.
“Kamu ya.. Kenapa kamu telat?” Manager itu menunjuk dan menyemprot wajah Halana dengan amarahnya.
‘Sabar Halana sabar ini kerjaan baru susah tahu cari kerja,’ pikir Halan yang berusaha menahan emosinya.
Halana hanya diam saja ketika di marahi.
Halana pergi bekerja setelah dimarahinya selesai. Halana melakukan semua pekerjaan dengan baik juga membersihkan beberapa sudut ruangan dengan baik.
Halana, Terdiam sesaat untuk menghela nafasnya. Ketika baru menyapu salah satu karyawan membuang sampah kertas yang tidak masuk ke dalam keranjang.
Halana mendengus kesal dan menyapunya lagi Halana mengambil dengan serokan sampah dan menuangnya ketempat sampah lalu membuang dengan pelastik sampah menggantikan pelastik sampah yang baru.
‘Ok sabar dulu Halana jangan marah sabar demi kerjaan ini bertahan selama setengah tahun.' Halana kembali membersihkan lagi dan pergi dari lantai itu.
Halana pergi ke ruangan istirahat khusu karyawan sepertinya.
Halana meminum air putih dengan duduk dan minum dengan pelan, seketika seseorang menyenggolnya dan menumpahkannya ke baju dan sedikit masuk ke hidung Halana.
Terkejut kaget juga Halana langsung menatap kesal perempuan lebih tua dari Halana.
“Anak junior mah banyak istirahatnya, baru juga nyapu gitu aja udah banyakan ongkang-ongkang kaki, Huuh sejuk ya ada ac lagi.” Katanya sambil menunjuk dahi Halana dan sedikit terhuyung ke belakang.
Ketika satu tangan teman wanita yang sengaja menyenggol gelasnya akan menyentuh bahunya Halana langsung menghentikannya dan memegangnya dengan kuat.
“Kenapa.. Ada yang salah kalo gue mau istirahat haah, Lo pikir dengan lo senior gue junior bermasalah.”
Sambil bicara Halana mendorong bahu wanita itu seketika teman-temannya yang lain mundur tidak berani bisa-bisa seketika itu salah satu kaki mereka menyenggol kotak sampah.
Dengan kasar Halana menarik kerah wanita lebih tua setahun darinya dengan kasar dan melemparnya ke kursi dengan terduduk kasar menyandar tembok.
“Lo ganggu gue dimana kesabaran gue ilang Lo kalo berani sendiri-sendiri gangguin gue, dateng sendiri-sendiri... Brengsek lo semu,” ucap Halana mendorong wanita yang di tarik kerahnya dan menyenggol kedua teman perempuan itu dengan kasar.
Seketika mereka kesal dan seketika itu mereka ingin sekali mengusir Halana untuk keluar dari tempat kerjanya.
"Liat aja gue bakal buat lo cepetan keluar dari sini, Cantikan gue dari pada dia," ucap wanita yang sudah di tarik kerahnya oleh Halana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments