Persyarat atau perjanjian

Aslan dan Halana duduk di kursi yang sama yang ada di ruang kerja Aslan.

Hanya arah tatapan mata mereka berbeda.

Aslan menatap pintu masuk jika Halana menatap rak buku dan meja kerja Aslan.

“Mau bicara apapun gue tetep eneg ama muka lo,” ucap Halana terus terang.

Aslan menutup laptopnya dan membesarkan suhu ac ruangannya dan juga menyalakan lampu yang lebih terang Suasana ini cukup panas menurutnya.

Aslan fokus pada Halana dengan wajah datarnya.

“Denger yaa. Dari pertama bokap nyokap bilang kalo gue bisa nikah sama orang kaya mereka bangga seneng dan muji gue. Mereka bilang gue masih bisa di harepin sampe bisa nikah sama lo dan jadi besan sama keluarga lo, dan katanya Orang tua gue juga tanda tangan kontrak kesepakatan. Dan ada biaya penaltinya pake dolar dan bahkan kerja gue selama lima tahun juga belum tentu ngelunasin separo biaya pinaltinya kalo gue nolak pernikahan ini. Harusnya lo kalo mau nikah sama orang yang lo cintai bukan ama gue, lo repot sendiri kan Ngaku lo pasti punya pacar, Cakep ganteng tinggi sempurna dan kaya cewek mana yang gak suka, logika lo di pake Tuan! Bahkan palingan ada yang rela nyerahin tubuhnya ama lo cuma-Cuma, Ngaku gak lo,” ucap Halana sudah kelewatan sabarnya mengetuk meja sampai-sampai mendengus kesal sendiri menatap Aslan di hadapannya. Aslan tetap tenang dengan sikap Halana.

Setahu Aslan yang informasi yang didapatkan jika Halana gadis bebas dan bicara sesuka hatinya. Aslan juga tidak akan marah atau kesal karena Aslan tidak pernah punya atau pernah merasakan emosi jengkel.

Aslan hanya belajar tahu jika keluar cairan dari mata itu menangis jika wajah dan ekspresi yang pernah Aslan pelajari Alsan tahu tapi, dirinya sendiri hampa tak merasakan rasa atau emosi apapun jika di luarnya terlihat lengkap tanpa celah bahkan terlihat normal tapi, Aslan memiliki kelainan yang langka bahkan itupun bisa membunuh dirinya sendiri tanpa sadar.

“Jadi...” Aslan bersuara.

Halana meneggakkan tubuhnya dan menatap Aslan dengan tegas.

“Gue mau cerai dan gue juga gak bakalan minta apapun dari lo mau emas kek atau perhiasan atau apapun kalo masalah kalung cincin yang tadi gue lupain mungkin emang bukan rezeki gue tapi, gue cuman mau kebebasan dari lo yang bahkan gue gak kenal dan semua lingkungan asing lo,” ucap Halana dengan berani dan yakin.

Aslan mengerjap matanya pelan dan menatap dengan anggukan pelan wajah tetap datar.

“Kita sama tapi, tidak sekarang setelah sepuluh tahun baru bisa bercerai,” ucap Aslan acuh menatap ke depan setelah menatap wajah Halana sebentar sempat melihat ekspresi terkejut Halana yang sangat Aslan suka karena itu terlihat aneh dan Aslan merasa Halana ini bisa mengekspresikan berbagai macam perasaan dari wajah cantiknya.

Tidak, tidak mungkin, suka! Suka, Aslan saja tidak mengerti emosi bagaimana suka? Sebenernya Aslan juga malas inginnya begitu tapi, Mommynya sedang sakit mau bagaimanapun menolak dampaknya langsung menjadi pemikiran Mommynya. Daripada Kehilangan Mommynya yang sangat di sayangnya lebih baik hidup dengan perempuan Tarzan ini juga tak masalah, pikir Aslan.

Halana mengetuk meja berulang kali dan menunjuk wajah Aslan dengan berani dan mencondongkan wajahnya ke depan wajah Aslan. Halana memperhatikan sejak tadi Aslan hanya diam diam dan menatap ke depan, Halana kira jika Aslan kesambet, tidak toh ternyata. Buktinya di ketuk meja menoleh.

Aslan menoleh pada Halana dan menatap dengan tajam sama seperti pertama kali tak berubah.

“Tidak.. Tidak, Sangat tidak mungkin apa lo gak berpikir kalo itu lama dan itu secara gak sengaja kalo lo gak bisa jauh dari gue, Heey.. Tuan apa anda itu oon, Tuan pintar pastikan, Oh ya ampun gue harus sabar,” ucap Halana mengepalkan kedua tangannya di samping wajah Aslan dengan kedua tangannya yang mengepal gemas.

Aslan tetap tenang dengan wajahnya yang datar. Halana yang seketika menarik kerah Aslan seketika menadapat pelukan di pinggang nya dan Aslan menempelkannya pada pinggang, kepala Aslan memiring sedikit dan sedikit sudut bibirnya tertarik.

“Berani, tapi, kau sudah melakukannya secara berulang,” ucap Aslan.

“Yaa gue berani kenapa lo gak suka, bagus gue akan terus bersikap aneh buruk jelek dan gak bakalan ada cowok yang suka sama sikap gue termasuk lo,” ucap Halana masih berani menatap mata Aslan yang menatapnya tajam.

Tiba-tiba,

‘Dadaku serasa sesak dan berdebar sangat kencang apa aku terkena serangan jantung, Wajah wanita ini sangat cantik jika terlihat dari jarak dekat, dua kali aku menatapnya dari dekat. Apa aku melakukan kesalahan? Sepertinya tidak, aku melakukan hal benar, ini sesuai permintaan Mommy, aku akan menjadikannya istri sepuluh tahun ini bersama ku, lalu melupakannya begitu saja. Bagaimana selanjutnya aku akan memikirkannya nanti, aku akan terlihat normal dengan semua hal yang sudah aku pelajari sejak dulu, Dia wanita nakal dan pemberani.' Aslan diam menatap Halana.

Posisi mereka bertahan cukup lama hingga Aslan mengalah dan melepaskan tangan dari pinggangnya seketika itu Halana melepaskan cengkramannya di kerah baju Aslan dan menatap marah kelain arah lantai dinding atau rak buku.

‘Aaah... Halana! Memalukan kenapa sampai pinggangnku disentuh dia, ayolah Halana sadar Halana... bangun jangan terlena Huuh menyedihkan memalukan aku tak suka apa yang di sentuhnya di tubuhku membuatku geli, Ayo kabur saja, tidak bisa jika aku kabur berarti aku takut jika tidak, aku masih mengingat kejadian tadi.'

Halana berdehem dan menyisir rambutnya kebelakang.

“Ada syarat dan peraturan apa gue bisa ngajuin itu kalo emang kita gak bisa cerai.” Penekanannya sama seperti sangat pemaksa di akhir ucapannya. Aslan mengangguk saja.

“Sepertinya otakmu cepat paham dan cara berpikir cerdas.” Aslan bicara sambil melangkah mengambil kertas dan pulpen.

Meletakannya di atas meja dan ketika itu mereka duduk lagi bersama.

“Disini kita tulis sebagai perjanjian, Ada permintaan dari lo dulu atau gue dulu,” ucap Halana. Aslan terdiam. Halana mengangguk.

“Gue dulu kalo gitu, pertama gue gak mau lo ganggu kehidupan gue kedua, lo gak bisa deketin gue kayak kita akrab banget, ketiga Gue dan gue buka lo dan gue Paham!” Halana menuliskan syaratnya duluan dan Aslan hanya diam mendengarkan.

“Lo apa?” Halana bertanya menatap Aslan.

“Cukup, Kata Lo gue, di ganti Aku dan kamu ketika didepan Mommy, Itu aja,” ucap Aslan.

Halana mengangguk.

“Lo tanda tangan disini gue udah disini,” jelas Halana Aslan mengangguk dan menandatangani perjanjian atau persyaratan itu.

Sekerang selesai tentang syaratnya Halana ingin keluar tapi, rasanya aneh, bicara sebentar tidak masalah bukan kenapa orang ini tidak ada ekspresi apapun tatapan matanya selalu tajam tapi, hanya sedih yang terlihat kadang-kadang.

“Em.. Aslan,” ucap Halana seketika, Aslan menoleh.

“Lo kenapa gak nikah sama cewek terdekat dan paling.. deket ama lo,” ucap Halana.

Aslan menoleh sambil fokus lagi ke laptopnya..

“Tidak dekat tidak juga jauh, mommy gak suka karena dia itu model dan wanita karir dia emang deket tapi, mommy maksa dan ngancem pake penyakitnya kalo aku sampai menikah dengannya,” ucap Aslan.

Halana terdiam.

‘Lah.. jadi ini permintaan Mommynya yang sakit, lah kapan aku ketemu ama mommynya tahu mukanya aja kagak, WaH... bahaya ini bahaya banget urusannya sama orang berduit ternyata dari awal.’ Pikiran Halana menerawang tentang yang terjadi dengannya dan tentang maksud kenapa dirinya bisa menikah.

“Trus ini gimana Syarat.. lo gak masalah, nanti kalo mommy lo baca, gimana?” Halana bertanya Random.

Aslan menoleh. Menggeleng.

“Justru mommy udah tahu kalo kita menikah cuman sampai sepuluh tahun, awalnya aku minta buat abis nikah langsung cerai tapi, mommy bilang syarat cerai harus sehabis sepuluh tahun menikah.”

Haah... Sebentar! Halana menutup rapat mulutnya sebelum kemasukan lalat. Eh... ternyata Mommynya Aslan sendiri yang kasih syarat itu, Wahahah.. Bahaya juga masa jadi baha uji coba keluarga kaya, apa mereka mengira Halana perempuan apaan.

“Jangan tersinggung. Aku menuruti semua alasanmu dan juga maumu dan juga Syarat yang kau berikan. Kamar kita juga terpisah. TAPI, mommy minta jika sewaktu-waktu mommy datang kita harus akur,” ucap Aslan lagi sambil fokus pada laptopnya.

“Haaaaah...”

Terpopuler

Comments

Nur Kayati

Nur Kayati

mulai rada faham alurnya ..

2022-10-02

0

lelah sekali

lelah sekali

jadi bingung ya halana

2022-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!