Halana bosan dirumah terus lebih baik keluar.
"Nyonya ingin pergi kemana?" Pelayan itu bertanya dengan menundukan wajahnya di belakang Halana.
"Keluar, kenapa, apa gue bisa ngelakuin apapun disini?" ucap Halana.
"Tapi Nyonya lebih baik Anda di rumah saja Tuan akan kembali pulang sebentar lagi," ucap Pelayan itu lagi dengan sopan.
Halana mendengus kesal.
"Lama kelamaan gue bisa mati ke bosenan kalo cuman diem diem aja. Daah gue mau pergi nanti kalo dia pulang bilang aja gue ngeluyur," ucap Halana langsung pergi.
Akhirnya juga Halana keluar dari rumah besar itu dengan menaiki taksi didepan gerbang utama setelah berjalan kaki beberapa puluh meter.
Awalanya di larang para pelayan yang melihatnya berjalan keluar tapi, karena Halana keras kepala dan ingin melakukannya dengan wajah kesal karena di halangi, terpaksa Halana di izinkan para Pelayan itu pergi walaupun tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
Halana pergi keluar rumah ini lalu menaiki taksi dan tidak lama Taksi perhenti di tempat keramaian Halana turun dan menarik nafas bebas lalu melangkah kan kakinya menyusuri trotoar jalanan yang ramai penjual kaki lima, ketika hari hampir menjelang gelap walau masih ada warna jingga di langit.
Halana ingin jajan tapi, tidak sempat juga tidak cukup uangnya, karena Halana hanya bawa uang yang cukup untuk ongkos pulang nanti.
Halana berjalan sendiri berjalan menjejakkan kakinya bergantian di atas paping jalanan setapak di taman kota dengan lampu dan banyak orang juga sedang sekedar berjalan lewat atau olah raga atau sekedar berduaan bicara dengan orang terdekat.
Halana menemukan bangku kosong seketika itu Halana duduk
seketika itu juga Halana merasakan rasanya lega dan bebas.
Halana ingin berpikir untuk kedepannya yang jelas dirinya harus bekerja besok tapi, jaraknya akan lebih jauh dari sebelumnya.
Statusnya juga sudah berubah sekarang.
Sudah mau gelap, ketika Halana merasakan lampu taman kota semakin terang lagi,
lebih baik Halana mencari tempat lebih ramai.
Halana pergi ke tempat biasanya menjadi pusat perbelanjaan sosialita kalangan atas. Hanya sekedar berjalan jalan saja, Halana mungkin bisa.
Halana masuk ke salah satu toko dan ketika akan melihat-lihat seketika itu Halana tak sengaja menggores sesuatu yang sangat berharga hingga lecet.
Para pegawai toko langsung membawa Halana tiba-tiba.
“Apaan ini kenapa di seret-seret.” Halana terus berusaha diri.
“Nona sudah merusak sepatu harga dua ratus juta dan juga menggores tas mahal dengan kuku anda tanpa sengaja,” ucap pegawai yang menjadi saksi.
Halana membenturkan alisnya. Menggores apa membuat rusak barang apa?
Tapi, Halana hanya menyentuh dengan pelan tidak satupun di sentuhnya dengan kasar.
Kukunya juga tidak tajam bahkan baru kemarin sore Halana memotongi kuku jari dan kakinya.
“Kalian semua semua salah liat kali gak mungkin gores gores barang emang kucing, siapa yang liat?” ucapa Halana dengan terus merasa tak bersalah.
“Saya yang liat. Nona sengaja goresin semuanya pake kuku, ini semua barangnya berarti anda harus beli ini semua,” ucap Pegawai itu dengan wajah yang merah padam.
“Gak mau enak aja maen minta ganti rugi Gak, orang Gak ngelakuin apa apa, kenapa gak periksa-periksa aja cctvnya masa iya mall gede kagak ada cctvnya,” ucap Halana sudah kesal.
Halana melipat tangannya seketika di senggol bahunya oleh pegawai yang kesal, Seketika Halana di seret lagi oleh dua petugas mall yang sama ke pusat Cctv.
Mereka masuk seketika seorang lelaki keluar dengan topi petugas satpam.
Halana hanya menoleh melihat lama lalu di seret masuk paksa.
Mereka semua membuka Cctv beberapa menit lalu dan melihat jika Halana yang menyentuhnya terakhir kali.
Halana kelabakan. Ayolah, kalian masa percaya itu Halana, padahal Halana tak melakukan itu. Halana diam.
“Tuuh kan bener saya tahu itu Nona, Nona itu memang ya, kalo gak punya uang gak usah sok-sok an liat liat. Tahu-tahu ngerusak gini pasti juga oh.. Anda nyolong pakaian dari toko sebelah terus ganti baju, inikan pakaian mahal yang harganya bisa puluhan juta.”
Halana menggeleng pelan. Semuanya menatap Halana dengan tatapan tersudut dan seperti pencuri sungguhan
“Haah.. kalung sama cincin ini jangan-jangan ngambil dari toko emas sebelah ya,” ucap pegawai itu lagi menarik kalung Halana kasar sampai putus dan melepas cincin pernikahannya tadi.
“Kalian ini apa-apa...Orang gak ngelakuin apa-apa, kalian itu bodoh banget liat menit detik nya itu beda itu pasti editan,” ucapan Halana seketika membuat dua petugas akan bergerak untuk memeriksa lagi.
Seketika,
“Halah... mana ada maling ngaku Nona ini bohongkan,” ucap pegawai itu sudah berubah nada bicaranya.
Halana curiga, kesal, emosi sudah sampai kepala seketika menjambak rambut pegawai itu dan keributan terjadi.
Salah satu staf penanggung jawab disana langsung melerai dan menelpon pemilik Mall.
Masalahnya juga ini barang mahal dan keributan ini tidak boleh sampai ke pada pihak berwajib jika sampai kesana media akan meliput bebrapa hal buruk yang bahkan tidak terjadi, jadi kepopuleran dari Mall akan menurun.
“Haalah.. halah... ini pasti akal akalan dia aja kali Lo ngakuk gak kalo lo sengaja, sekarang serahin kalung sama cincin gue semua itu berhaga buat gue, dapet dari suami gue walaupun beberapa jam gue nikah setidaknya itu barang bagus yang penah gue dapet maen tarik, jambret aja lo,” ucap Halana menggebu jambakan tangannya di rambut pegawai itu sulit di lepaskan.
“Aa.. Aaa aduh sakit.. tolong.. Aaa.... sayakan cuman..”
“Apa lo ngomong saya saya... kalo lo udah ngomong aku kamu gak usah pake formal formal. Gue sobek juga mulut lo,” Halana bersuara tinggi di samping wajah pegawai yang di tarik sangat kencang rambutnya.
“Lepas saya kesakitan.” Halana kembali menjambaknya kencang dan menendang belakang lututnya sampai jatuh berlutut. Seketika mereka terpisahkan.
Seketika itu Aslan sampai di mall di jemput Staf penanggung jawab dan Zoela.
Aslan memasuki ruangan itu ketika Halana baru saja menendang kaki dari pegawai itu. Mata Aslan juga melihat tangan pegawai itu memakai cincin pernikahan milik Halana dan membawa kalung Halana.
“Ngaku-ngaku nikah padahal cewek gampangan kan,” ucap Pegawai itu sedikit keluar dari sikap formalnya.
“Apa! Apa lo bilang Waaah... Bener-bener, gak percaya mulut lo.. Gue istri dari Aslan Xavier dia suami gue dia lakik gue, mau ape lo,” ucap Halana menggebu menatap nyalang pada pegawai itu.
Seketika semua diam.
“Haah... mulutnya enak bener ngomong boohong.” Ucap pegawai itu menunjuk wajah Halana seketika deheman membuat semua atensi orang di ruangan itu berubah mengalihkan pandangan ke arah deheman besar itu.
Semua langsung menciut.
Masing-masing meneguk ludahnya kasar dan menatap satu sama lain sedangkan Halana menunduk, matanya bergerak seperti mencari sesuatu lebih tepatnya alasan.
Halana cepat berpikir cepat lakukan sesuatu Halana bilang apa aja lah Halana ngomong aja apa kek.
‘MAAF... Aslan maaf aku pake nama kamu Aku gak sengaja semoga dia gak denger apapun lagian kenapa juga kamu yang dateng. Huuh.. ada Bu Zoela... aku harus kabur, apa enggak! Gak bisa kabur. Haah.. gimana ini baru juga nikah belum kawin apa aku di talak langsung tapi, gak papa juga sih tapi kalung sama cincin di tangan pegawai itu, Ck... ini gara-gara orang lain juga jadi aku yang apes,’ pikiran Halana sudah kesal sudah bingung merutuki dirinya mengatai mengolok-ngolok orang yang membuat kesalahan.
“Siapa yang bersalah?” Aslan menatap semuanya seketika tidak ada yang berani bicara dan hanya menunduk.
“Gue.. Tadi kan gue cuman liat-liat eh tahunya di tuduh ngerusak barang pake kuku padahal kuku tangan gue sama kaki gue baru gue potongin kemaren,” ucap Halana membela diri memperlihatkan jari kukunya pada Aslan mendekat dan menunjukkannya di depan wajah Aslan.
Percaya semoga Aslan percaya. Muka Aslan datar terus gimana percayanya nih orang.
“Gue jujur ama lo Lan, gue gak ngelakuin itu,” ucap Halana terus membela diri menatap Aslan.
Semuanya melirik Halana dan memintanya untuk diam.
Berurusan dengan Aslan sama saja seperti menyerahkan nyawa pada tali tambang untuk gantung diri.
“Kita pulang, Bungkus semua barang yang sudah di rusak, kirim kerumahku,” ucap Aslan dengan wajah tanpan ekspresi.
Tangan Halana langsung di tarik dan di bawa keluar dari sana.
Mereka semua melongo dan hanya bisa menutup mulutnya yang terlalu lebar terbuka.
Tidak mungkin, apa mungkin, oh ya ampun mereka semua melihat hal ini sangat syok akan ada saatnya mereka melihat siapa perempuan yang dekat dengan bos besarnya ternyata itu yang namanya Kelly mereka semua tak menyangka jika model itu telah oprasi pelastik mengubah wajahnya tapi, mereka semua tak yakin tapi, kenapa mereka cukup setuju dengan apa yang mereka lihat.
“Kamu berikan kalung dan cincin Nona,” Zoela meminta pada pegawai perempuan itu langsung dari tangan pegawai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
lelah sekali
astaga ana barbar juga yaaa...
hukuman ap yg enak buat ana Aslan😅😅😅 dia mucil sih
2022-09-05
0