Pemaksaan

Halana baru pulang dari rumah Anna di antar oleh Nitta dan Fio. Halana memasuki rumahnya sendiri dan tak lupa salam ketika melangkah masuk.

"Aku pulang," ucapnya seketika menatap sekitar rumahnya tempat yang sangat aneh, ada orang di rumah, Halana banyak bertanya-tanya dalam benaknya.

Halana melangkah ke kamar dan berhganti pakaian juga membersihkan diri.

Ketika ke dapur ternyata semuanya berkumpul sedang makan. Suasana yang dingin mencekam penuh rasa yang kaku dan beku.

"Kenapa kamu pulang telat, seharusnya kami tidak perlu lama menunggumu," ucap Ayah Halana dengan wajah yang tak suka juga kesal.

"Iya. kak.. Kakak tahukan kalo aku ini banyak banget urusannya belum ini belum itu, kenapa sih kakak itu lelet banget, Nilai bagus pinter cerdas tapi, sikap aja lelet banget."

"Jangan seperti itu. Kali ini dirinya sudah cukup baik tapi, masih mengecewakan, Halana sudah menarik perhatian orang kaya untuk menikahinya lagi pula kita juga akan kecipratan Hartanya." Ibu Halana kini bersuara.

"Ya Baguslah setidaknya dia tidak menjadi wanita gampang di luar sana dengan wajah yang cukup cantik Halana pasti pernah tidur dengan lelaki lainnya," ucap Kakak laki-laki Halana dengan asalan. Seketika Halana berdiri dan menampar wajah Kakak laki-laki nya dengan sangat keras hingga satu meja makan sunyi sebentar.

"Kalian katakan apa yang mau kalian katakan bertele-tele dan mengataiku apa kalian tidak bosan, aku saja bosan mendengarnya." Sahut Halana dengan acuh dan duduk di kursi bergabung makan bersama yang lainnya.

"Kamu harus mau menikah dan kami sudah tanda tangan perjanjian jika sampai kamu menolak berati kamu harus membayar pinaltinya sebesar Lima puluh miliar dolar." Ibu Halana kali ini bicara.

Siapa anak mereka siapa yang paling mereka sayang? Keluarga yang Halana ada karena mereka keluarga seperti ini, Halana adalah Halana siapa yang menekannya akan membuat Halana sengsara tapi, Karma selalu datang lebih cepat sebelum datangnya penyesalan.

Halana menatap satu persatu dari ayah ibu Kakak dan adik perempuannya.

Halana memang terkenal pintar waktu sekolah juga cerdas, dulu. Dan sekarang Halana memilih bekerja. Halana juga mandiri semua pencapaiannya di umur dua puluh dua tahun ini sangat cukup.

Ayah yang tak pernah tahu apa yang Halana inginkan. Tidak pernah tahu apa yang Halana rasakan, apa yang Membuat Halana Nyaman, tidak! Tidak ada satupun yang ayahnya tahu.

Ibu, ibu seperti Apa yang di gambarkan anak perempuan di dunia ini, penyayang pengasih lembut dan penuh perhatian yang di selimuti kehangatan dan kenyamanan, Hooh.. Salah untuk Halana karena Ibu Halana sangat tidak mau menerima jika Halana kalah jika Halana terjerat masalah melibatkan dirinya, jika Halana sampai terlihat bodoh maka ibunya akan mendidik keras Halana dengan caranya sampai Halana di rawat di rumah sakit dengan infus habis dua botol.

Sampai Halana merasa jika dirinya tidak disayang. Di saat itu juga ibu dan ayahnya merubah sifat membuat Halana kembali luluh dan sangat menyayangi Halana dan kakak juga adiknya. Tapi, tak berjalan lama penyiksaan itu datang kembali, memang tidak ada fisik yang membuat Halana lumpuh tapi, Mental Halana Hancur.

Rasa peduli hilang berganti acuh. Hanya ada gemetar ketakutan berani melawan ketika terdesak ketika sesuatu yang nedesaknya itu membuatnya celaka maka jalan buntu yang Halana temui.

"Tidak aku menolaknya siapa yang mau menikah siapa juga yang membayarnya kalian seharusnya berpikir tentang aku masa depanku dan semua kebahagiaanku," ucap Halana menggebu dengan menarik ulat lehernya sampai wajahnya terlihat kesal dan marah.

Kakak Laki-laki hanya berdecih membuang wajahnya.

"Besok semua harus datang ke gedung Haides disana semua telah di siapkan," ucap Kaka laki-laki Halana dengan wajah yang datar.

"Apa... Apa yang kalian bilang.. "

Bruaak....

Suara gebrakan meja makan dari ayah Halana membuat semunya diam.

"Anggap saja ini pemaksaan untukmu karena kamu hanya bisa bekerja paruh waktu tak menghasilkan uang banyak lebih baik menikah lagi pula kau sudah bisa menikah, Halana."

Ayahnya bersuara hanya untuk kembali menekan Halana. Satu meja makan bangkit meninggalkan Halana sendirian duduk di hadapan semua makanan yang sudah setengah berkurang.

'Ada hal lain yang bisa aku lampiaskan, tidak ada sepertinya. Halana malang kapan kamu akan bebas.' Benaknya terus berucap mematahkan semangat dirinya untuk hanya bernafas pelan saja.

Halana meneteskan air mata menangis menatap telapak tangan yang sudah menampar kakak Laki-laki nya.

Semuanya semau mereka semuanya seingin mereka. Halana tak penting jika Halana memiliki segalanya baru Halana sangat-sangat penting.

Xx

Disini Aslan berdiri dengan sebotol air minum biasa dengan kaos santai dan celana rumahan. Aslan tampak seperti anak abg baru berusia tuju belas padahal sudah memiliki umur yang cukup tua.

Aslana masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup jendela Balkon kamarnya. Pergi ke ruangan lain untuk mencukur habis brewoknya dan merawat kulitnya.

Kebersihan dan kesehatan kulit Aslan jaga tapi, biasa tidak terlalu ribet karena kulit Aslan sangat sensitif.

Ponsel Aslan bergetar di dalam saku celananya ketika sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segara dan tampan Aslan menatap cermin besar di sebelahnya sambil mengangkat telepon.

"Iya.. Lakukan saja jika itu penting," ucap Aslan pada orang yang menelponnya tentang masalah bisnis lainnya.

Termasuk pernikahannya di urus orang ini.

Aslan pergi ke tempat favoritnya hanya untuk bersenang senang.

Baru saja memulai kesenangannya Aslan di ganggu oleh taqmu tak di undang yang datang dengan para pengawal atau Bodyguardnya.

"Hey.. Aslan Keluarlag, Siapa suruh kau bersembunyi sialan sekali kau mengambil semua hak yang adikku punya Tander besar itu harusnya menjadi milikknya bukan milikmu." Suara keras itu sangat mengganggu Asaln.

Asalan keluar dari tempat favoritnya dengan jaket abu-abu dan tudung menutupi kepalanya memperlihatkan wajahnya.

"Tuan maaf saya tidak bisa mencegahnya masuk," ucap seorang lelaki sepertinya penjaga gerbang rumahnya.

Seketika tembakan mengenai orang yang baru saja melapor tentang tamu tak di undang yang memaksa masuk.

Seketika para pelayan bergerak cepat membereskan orang itu. Sedikit darah mengenai pakaian bersih Aslan.

"Haah... Sulit atau mudah menemukanmu," ucap orang itu dengan kalung rantai emas dan gigi taring atas terbuat dari emas asli.

Menurutnya agar terlihat seram.

Aslan menatap datar.

Orang itu melangkah maju mendekati dan menarik kerah baju Aslan dengan berani dan kasar. Wajah aslan tetep tenang aja seperti tidak takut sama sekali.

Orang yang menarik kerah baru Aslan ciut seketika wajah Aslan tetep tenang tanpa ada perubahan sekecil apapun.

"Kau memaksa Tander besar itu agar menjadi milikmu bukan sekarang aku memaksamu memberikan tender itu pada Adikku."

Aslan melepas pegangan kerah dari orang itu yang hampir membuat kusut kaosnya.

"Keluar dari tempatku sebelum aku berubah pikiran," ucap Aslan dengan sangat tenang dan tatapan tak berubah.

"Cih.. keluar.. Apa maksudmu... Aku ingin Tander adikku kembali," ucapnya seketika Aslan menjawabnya tamparan keras di wajah lelaki itu hingga gi emasnya lepas.

Ada yang ingin tertawa ada yang menahan tawanya.

"****! Diam kalian semua," ucapnya keras didepan wajah Aslan.

Aslan mendekat dengan langkah pelan orang itu mundur.

Seketika satu tangan Aslan menarik kerah bajunya ke atas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!