“Makan gak.” Dia senyum-senyum tanpa merasa bersalah walaupun muka gue udah gak enak karena kesel dia berani rangkul-rangkul.
“Gue mau meeting sama klien bukan makan.” Temen-temen satu tim gue sebenarnya udah tahu ceritanya. Ya tapi tidak begitu dengan teman-teman yang lain.
“Ohh gitu, ya udah hati-hati di jalan. Bye sayang...” Dia dengan entengnya melambai ke gue. Yang lain menatap gue yang udah di tahap kesel tapi ngerti juga kenapa gue susah buat konfrontasi frontal.
“Kayanya dia tuh ya Nit, kalo lu gak sama dia pun, dia pengen lu dianggep bekasan dia.” Komentar Yenni membuat aku bertambah kesal sekarang.
“Bener tuh Yen, satu kantor tahu lhoo...Kurasa dia tuh sekarang cuma maen-maen sama lu.”
Sore itu gue pergi ke meeting dengan Bu Francesca dengan kesal dan tak tahu harus gimana lagi mengenyahkan Marcello yang sudah mengecap namanya sebagai pacar tak resmi gue di kantor itu.
“Bu Nita, katanya Pak Boss pengen bicara sebentar ke Ibu.” Selepas meeting singkat laporan perkembangan proyek itu sebelum kami bisa meminta pembayaran term-2, Bu Francesca tiba-tiba ngomong kalo Pak Derrick mau ngomong.
“Ohh, begitu.” Aku gak pernah WA atau chat ke Pak Derrick lagi setelah kejadian itu, kupikir gak enak juga ganggu dia, tapi ternyata sekarang dia malah minta bicara.
“Naik aja bu, lantai atas ya. Sekertarisnya udah tahu.”
Jadilah aku dibawa sekertarisnya ke ruangannya sekarang. Aku hanya pernah bertemu dengannya di ruang meeting jika dikantor ini. Ini pertama kali aku masuk ke ruang besar dengan nuasa abu-abu gelap dan coklat itu.
“Tata,... gimana kabarnya?” Dia tersenyum padaku dan menyapa dengan suara layaknya Kakak, dengan masih duduk dengan dokumen di tangannya melihatku masuk. “Duduk-duduk, urusan ama bu Francesca sudah?”
“Udah, baik-baik aja Pak.” Dengan muka tidak yakin soal baik-baik saja, membuat dia memperhatikan ekspresiku sejenak.
“Gimana si tukang masukin obat itu. Masih ganggu kamu.” Aku antara takut mau cerita, atau tapi sekarang aku gak tahu menyelesaikannya bagaimana setelah caraku ternyata tak berhasil.
“Cerita aja, saya sudah bilang anggap saya Kakak saja.” Suaranya tenang, dia sungguh-sungguh meminta aku bercerita.
“Sebenarnya... “ Aku cerita apa yang terjadi padanya mulai dari Marcello yang menciumku sampai sekarang dia mencoba membuatku seolah pacarnya di kantor dan kenapa aku tak bisa bersikap frontal padanya.
“Kenapa gak bilang dari awal.”
“Ya mana saya berani Pak...” Aku diam, bagaimana aku punya keberanian menggangunya dengan masalahku. Bagaimanapun dia CEO klienku. Walaupun dia bilang aku bisa menganggapnya kakak.
“Hmm, besok Jumat,...saya ke kantor kamu jemput kamu pulang” Dia memeriksa ponselnya, kurasa memeriksa jadwal pekerjaannya.
“Hah? Ngapain Pak?” Aku langsung heran.
“Saya datang ke kantor kamu, jam 6-7, jemput kamu pulang, depan dia bilang saja saya pacar baru kamu. Kamu boleh bilang siapa saya, jabatan saya, suruh dia ketemu saya di lobby. Tapi jangan bilang saya aki-aki...” Dia berenti sebentar karena aku meringis mendengar perkataannya soal aki-aki. “Lihat apa dia berani coba macem-macem lagi, kalo dia gak mempan diomongin baik-baik, ... ada cara lain yang bisa dipakai.” Aku jadi gak enak sampai dia harus datang ke kantor aku. Dia CEO klien, astaga...
“Pak, tapi...”
“Gak usah gak enak. Saya serius kalo saya ngomong anggap saja sebagai kakak.”
“Ini, ...makasih Pak. Tapi tukang pukul bapak aja yang mukanya lumayan gak pa pa.” Dia ketawa aku minta tukang pukul.
“Kalo cuma tukang pukul, malu dong ke banting sama sodaranya boss.”
“Oooohh....” Aku yang ‘ooo’ doang, bener juga sih kata aki ganteng ini.
“Ya udah, saya telepon besok, pastikan dia disitu, dan dia tahu siapa saya. Saya gak akan koar-koar di situ bikin keributan, saya cuma bicara baik-baik.”
“Beneran Pak? Bapak gak kegangu?”
“Gak, kamu traktir makan aja.” Aku tersenyum sekarang.
“Iya-iya, terserah Bapak mau makan apa.”
“Jangan lupa dandan dikit, biar kamu kelihatan bener mau kencan sama saya.”
“Ohh..iya-iya.” Kalau aku gak diingetin aku gak mikir pasti.
“Ya sudah, see you besok. Kamu kelihatannya masih punya banyak kerjaan. Saya harus ketemu orang sebentar lagi”
“Makasih Pak.” Aku keluar dengan senyum.
Akhirnya aku ditolong lagi sama Pak Derrick lagi buat menyelesaikan masalah Marcello. Aku langsung berpikir, Pak Derrick itu baik banget ya. Bener-bener dia mau bantu aku sampai segitunya. Apa dia begitu hutang budinya sama Paman Lam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Dede Dahlia
awal mula terjadinya ser ser di hati tata tuh pasti 🤔
2023-01-03
0
🌼mami cia🌼
sampe dalaman aja ngiklan di NT😂
2022-06-17
1
choi yongah
Hadir Thor
salam kenal😍😍
awal iseng2 baca ..
Eee........keterusan 😍
Habis ceritanya makin lama makin bagus..👍👍👍👍
lanjut Thor..
SEMANGAT
2022-05-02
1