Turun dari motor, Maya segera melepaskan helm dan menyerahkan-nya kepada Lendra. "Terimakasih Lend.."
"Kamu kerja di sini?" Lendra bertanya, dengan arah mata menatap butiq Tante Rossa..
"Ya, Lend, kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa. Gua cuma heran aja, gua sering nongkrong di Caffe daerah sini, bahkan gua sering ambil orderan dari sini, tapi gak pernah lihat lu May.."
"Maya jarang keluar toko, kalau tidak lagi beli jajan. Oh, ya.. Di Cafe apa?
"Ling’s caffe.. Pernah kesana?"
Maya menggelengkan kepalanya.
"Kapan-kapan gua traktir minum mau ya?"
"Emm..." Maya bingung harus menjawab apa.
"Gak usah khawatir. Gua jamin aman, cuma ngopi.." Lendra mengerti akan ketakutan Maya.
"Ya, Lend.. Kalau aku ada waktu. Aku gak bisa janji. Aku tinggal ya.." saat Maya berbalik, suara Lendra menghentikan langkahnya.
"May.. Tulis nomor kamu." Lendra menyodorkan ponselnya agar Maya mengetik nomar kontaknya.
Karena rasa terimakasih akan kebaikan pria itu, Maya pun mau memberikan nomornya.
"Thank May.."
Lendra masih tersenyum, menatap Maya dari kejauhan, memperhatikan wanita cantik dengan rambut ikal bergelombang berwarna hitam. Dan Maya, terus melangkah masuk ke dalam ruko tanpa menengok ke belakang.
©©©©©
Menggunakan helm fulfice, dengan masih menggunakan jaket Gosreknya.. Lendra menembus jalanan dengan kecepatan di atas rata-rata.. Motor sport itu bergerak lincah menyalip beberapa kendaraan yang melintas. Ia harus segera sampai ke gedung dimana tempat Kakak sepupunya bekerja.
Memarkirkan motor sesampainya di halaman gedung betuliskan Kabar Pos, salah satu gedung perusahaan yang bergerak di bidang Media Cetak Elektronik dan pertelevisian.
Biarpun menggunakan jaket hijau, bertuliskan Gosrek. Sepertinya seluruh karyawan sudah sangat mengenal pria muda itu. "Pak, tidak saya kunci stang." Lendra bicara kepada petugas parkir.
"Beres, Bos.."
Tanpa mengetuk, Lendra langsung membuka pintu. Di lihatnya pria yang di panggilanya dengan sebutan Abang itu tengah menerima panggilan. Pria itu tampak serius mendengarkan lawan bicaranya dari speaker ponselnya.
Dengan tangan kanan memegang ponsel merapatkannya di telinga, tangan kirinya memberi kode dengan telunjuk agar Lendra duduk di kursi dan diam.
Sesuai perintah, Lendra menarik kursi di hadapan meja kerja.. Ia mendudukkan bokongnya sambil menunggu pria itu selesai dengan pembicaraannya.
"Ada apa Bang? Lu mintak gua datang ke kantor?" Lendra bertanya setelah pria di hadapannya menutup panggilan telfon dan meletakkan benda pipih itu di atas meja kerjanya. Untuk sesaat, Pria itu menunduk meremat rambutnya dengan frustasi, sebelum menjawab pertanyaan Adik seupunya Lendra.
Jangan bilang kalau yang menghubungi Abang barusan dari BNN?" Lendra bertanya dengan raut wajah kesal.
"Ya, dari BNN.." Pria bernama Lingga itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya.
"Dari awal gua udah bilang Bang, tapi Abang lebih percaya sama perempuan itu dan tetep melanjutkan pernikahan."
"Jujur sama perasaan lu, Bang. Lu gak sepenuhnya mencintai tuh perempuan. Dan gua yakin Abang belum terikat pernikahan sampai hari ini kalau bukan karena perempuan itu terus mendesak mintak lu nikahin."
"And I’m sure you don’t get the virgin."
( Dan gua yakin lu gak dapet perawannya )
"Lend, jaga ucapan kamu.. Dia masih istri Abang. Panggil namanya."
"Ckk.., Istri? Lendra berdecak sebal.
"Lu butuh bantuan apa dari gua?" Lendra sudah hapal, kalau Lingga memanggilnya untuk datang menemuinya, pasti ada sesuatu yang harus di kerjakannya.
"Lu emang adek gua yang paling bisa di andalkan."
"Ada maunya aja bilang gitu. Kemana aja lu bang kemarin-kemarin? Sumpah Bang, gua gak ikhlas lu nikahin si Alisa. Mending sekalian aja lu nikahin janda, udah jelas statusnya." belum puas mengungkapkan kekesalannya, Lendra menggerutu tak henti-hentinya.
Sebelum memutuskan menikahi Alisa, Lendra sudah meminta Abangnya memikirkan keputusannya, bukan sekali dua dua kali, pria muda itu memergoki Lisa sedang berkencan dengan pria lain. Salah satunya temannya sendiri. Tetapi sayangnya Lingga tetap dengan keputusannya. Karena Lingga dan Alisa sudah pacaran selama 2 tahun, pihak keluarga dari Alisa pun sudah mendesak Lingga agar segera melamar putrinya.
"Abang minta kamu mencari tau selengkap-lengkapnya wanita yang ada di foto ini." Lingga menggeser ponselnya ke hadapan Lendra. Ia men-Screenshot foto profile seorang wanita di aplikasi pesannya sebelum memperlihatkannya kepada Lendra.
"Bukankan sesuai dengan jurusanmu? Jangan bilang kamu masih mengaku sebagai anak sastra dan jaket hijaumu hanya untuk menutupi jati dirimu." Lingga menaruh kedua siku lengannya di atas meja dengan jari bertautan untuk menyanggah dagunya. "Abang tidak bisa di bohongi Lend, Abang sangat mengenalmu." Lingga tersenyum penuh arti.
Lendra terdiam menatap foto yang di perlihatkan Lingga kepadanya. 'Maya' Lendra bergumam dalam hatinya, menyebut nama wanita yang baru saja di kenalnya.
"Kenapa ? Apa yang kamu pikirkan?" Lingga bertanya saat melihat perubahan di wajah Lendra.
"Kenapa Abang tidak memerintahkan orang-orang Abang? Bukankah Abang juga sedang mencari tau, ada hubungan apa Alisa dengan pria itu?"
"Abang percayakan wanita itu kepadamu Len? Abang serius.."
"Is this women so special for you?"
( Apa wanita ini begitu spesial buat Abang )
"Maybe.."
"Abang kenal dimana?"
Lingga menceritakan pertemuannya yang tidak di sengaja dengan Maya saat wanita itu datang ke gedung Kabar Pos untuk mengantarkan berkas. Ia menyampaikan semuanya yang terjadi kepada Lendra tanpa ada yang di kurangi. Dan Lingga pun menceritakan, siang tadi ia melihat Maya saat sedang menyebrang di lampu merah dan masuk ke salah satu apotik.
Hubungan Lingga dan Lendra sangatlah dekat, perbedaan umur 5 tahun tak membuat jarak di antara keduanya, Lingga yang berumur 32 tahun dengan karakter dan pembawaannya yang lebih santai namun tegas dalam bersikap. Sedangkan Lendra berumur 27 tahun masih berjiwa bebas, tetapi pria itu akan tekun saat sedang menjalani sesuatu. Apa lagi yang menyangkut pilihannya. Dan ia akan selalu patuh apa yang di perintahkan Lingga.
Lulus sekolah, Lendra langsung terbang ke Negara Indonesia. Menyusul Lingga dengan alasan ingin belajar ilmu bisnis dengan Kakak sepupunya. Dan yang sebenarnya adalah, Lendra ingin meraih impiannya di Negara Indonesia, dan sampai saat ini ia belum mendapatkan ijin dari kedua oerang tuanya dengan alasan karir yang pilih Lendra sangat beresiko untuk masa depannya.
Sutan Nalendra Syaban anak dari pamannya yang berdomosili di Negara China bekerja sebagai konsultan sekaligus Lawyer. Pria yang biasa di panggil Om Hadid itu, mengijinkan Lendra menetap di Indonesia dengan syarat, harus dalam pengawasan Lingga sebagai Kakak sepupunya.
"Abang kasih waktu kamu dua hari. Jika kamu mampu memberikan informasi yang Abang mau, Abang pastikan, Sutan Hadid Syaban akan menyetujui karir yang kamu pilih Sutan Nalendra Syaban."
"Bagaimana?" Lingga memastikan
Nampak Lendra sedang berpikir keras.
"Gua mau abang berjanji."
"Janji? Apa?"
Setelah Abang mendapatkan semua informasi tentang Maya. Jangan perlakukan Maya, seperti Papa Cjokro memperlakukan Tante Rossa. Gua yakin lu paham Bang. Dan kalau Abang gak bisa ngelakuin apa yang gua minta, gua harap lu mundur.."
"Jangan bilang kamu sudah mengenal Maya Lend?" Lingga menatap adik sepupunya denga tatapan mengintimidasi.
"Anggap saja seperti itu Bang." Lendra bicara dengan Tenang.
"Deal.." Lendra mengulurkan tangannya.
"Deal.."
Kedua pria itu berjabat tangan tanda menyetujui kesepakatan yang buat.
****
Bersambung ❤️
Jangan terlewat jempolnya ya.. Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Trusthi Widhi
baca bab ini kok pengen nangis yaa, padahal lurus2 aja
2024-05-07
0
Ani Ani
ya DIA sudah lama mederita
2024-05-12
0
Maya Ratnasari
you didn't get her virgin/virginity
2024-04-27
0