Pindah Ke rumah Baru

Keputusan Awan untuk pindah ke rumah pribadinya yang mendadak, mengejutkan Ayah Fery dan juga Ibu Sofie. Bagaimana pun juga Ayah Fery masih belum percaya sepenuhnya untuk melepas Pelangi tinggal berdua dengan putranya. Takut jika Awan bertindak semaunya terhadap menantu kesayangannya. 

“Kenapa tidak tinggal di sini saja? Kamu ‘kan sering keluar kota, Pelangi nanti sendirian di rumah.” 

“Tidak apa-apa, Ayah. Nanti kalau aku ada kerjaan di luar kota, Pelangi akan tinggal di sini. Jadi tidak akan sendirian.” 

Ayah Fery menghembuskan napas panjang. Awan Memang sangat keras kepala. Bila sudah berkata tidak, maka akan sulit untuk merubahnya. Ia menatap sang menantu yang duduk di hadapannya dengan kepala tertunduk. Sejak tadi belum ada kata yang terucap dari bibirnya. 

“Pelangi, apa Awan memaksa kamu untuk pindah ke rumahnya?” 

Pelangi dengan cepat menggeleng. “Tidak, Ayah. Bukankah setiap pasangan yang membina rumah tangga itu ingin tinggal di rumah sendiri? Dengan tinggal berdua, kami akan belajar mandiri. Selain itu akan ada kesempatan untuk lebih dekat.” Sebuah jawaban yang membuat Awan bernapas lega. Setidaknya jika Pelangi sendiri yang menginginkan, Ayah Fery pasti tidak akan keberatan. 

“Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kalian. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung,” ucapnya seraya menatap sang pengantin baru itu. “Awan, Pelangi adalah tanggung jawab kamu. Membahagiakan dan menafkahinya lahir batin adalah kewajibanmu.” 

Awan mengangguk. 

Sementara Ibu Sofie tampak mengusap ujung matanya yang berair. Ini adalah kali pertama ia melepas putra kesayangannya.

.

.

.

.

Sepanjang jalan tak ada pembicaraan antara Awan dan Pelangi. jika Awan terfokus dengan jalanan di hadapannya, lain hal nya dengan Pelangi yang menatap ke jendela. Jarak rumah Awan dengan rumah orang tuanya terbilang cukup jauh, butuh satu jam lebih perjalanan untuk tiba. Itu pun jika tidak sedang dalam keadaan macet. 

"Aku mau beli makanan dulu. Kamu mau apa?" tanya Awan sesaat setelah memarkir mobil di depan sebuah restoran cepat saji.

"Terserah Mas saja."

Awan memutar bola matanya setelah menutup pintu mobil. Ia mulai bosan mendengar kata terserah yang selalu diucapkan Pelangi saat ia menanyakan sesuatu.

Tak berselang lama, Awan kembali dengan sebuah kantongan besar. Ia letakkan di kursi belakang.

"Aku tidak tahu kamu suka apa, jadi aku beli beberapa menu makanan."

"Kenapa tidak masak sendiri saja?"

"Mau masak apa? Di rumah belum ada apa-apa." Awan mulai mulai melajukan mobil meninggalkan restoran favoritnya itu.

"Apa di dekat sini ada swalayan?" tanya Pelangi seraya melirik ke kanan dan kiri jalan-jalan yang mereka lalui.

"Ada di depan sana."

"Apa boleh kita mampir sebentar?"

Awan hanya menyahut dengan anggukan kepala. Kurang dari lima menit, mereka sudah tiba di depan sebuah swalayan. Awan hanya melirik Pelangi, tetapi tak berniat turun.

"Mau beli apa?"

"Bahan makanan untuk di rumah."

"Oh. Aku tunggu di sini."

Pelangi melirik suaminya dengan ragu. "Mas, boleh minta uangnya? Aku ...."

"Oh, sorry! Lupa!" Pria itu mengeluarkan dompet dari saku celana dan menyerahkan sebuah kartu. "Pin-nya 070707."

Pelangi meraih kartu pemberian suaminya. Kemudian segera turun dari mobil. Awan terdiam menatap tubuh mungil yang sedang berjalan menuju pintu masuk swalayan.

Hingga beberapa menit berlalu, Pelangi tak juga kembali. Sudah beberapa kali pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, seraya sesekali menatap ke arah sebuah pintu kaca otomatis.

"Ini perempuan kemana, sih?" Mulai gusar ia menunggu, hingga akhirnya memutuskan untuk menyusul istrinya.

Awan berkeliling mencari keberadaan Pelangi, hingga menemukan istrinya itu sedang mengantri di kasir sambil mengobrol dengan seorang pria. Bukan hanya itu, mereka terlihat sangat dekat. Bahkan Pelangi sempat mengusap bahu pria itu.

"Pantas aja lama, lagi ngobrol sama cowok! Ganjen!" gerutu Awan kesal.

Dengan wajah yang super masam, ia mendekati istrinya dan berdiri tepat di belakang. "Beli apa sampai selama ini?"

Kehadiran Awan yang tiba-tiba mengejutkan Pelangi. Wanita itu membalikkan tubuhnya dan menatap Awan. Terlihat heran karena Awan menyusulnya.

Sementara Awan menatap dingin pria yang mengobrol dengan istrinya. Pelangi yang menyadari situasi langsung merangkul lengan suaminya, membuat Awan gelagapan.

"Emh, Mas ... Mungkin kamu lupa. Ini Zidan, adikku. Dia bekerja paruh waktu di sini dan ini hari pertamanya."

"Oh, adiknya. Gue pikir ...."

.

.

.

.

Pajero Sport milik Awan memasuki gerbang sebuah rumah minimalis berlantai dua. Begitu mobil berhenti, pandangan Pelangi meneliti bangunan bercat kuning gading itu. Gelap dan kesunyian menyapa, sebab tak satu lampu pun menyala. 

“Ayo masuk!” Awan masuk lebih dulu dan menyalakan beberapa lampu di dalam rumah dan taman. 

Dari ambang pintu, Pelangi meneliti bagian dalam rumah itu. Setiap bagian tertata rapi dan menarik. Rumah itu juga tampak bersih dan terawat.

Kesan pertama yang Pelangi temukan adalah indah dan unik.Tak heran, sebab suaminya adalah seorang arsitek. Tentunya Awan akan membuat sebuah hunian yang sangat nyaman dan sesuai seleranya. Pelangi baru melangkahkan kakinya setelah mengucapkan salam dan juga doa sebelum masuk rumah. 

“Kamu baca mantra? Kok aku merinding mendengarnya,” protes Awan saat mendengar Pelangi bergumam-gumam di belakang punggungnya. Ia meletakkan dua koper di dekat tangga, satu miliknya dan satu milik Pelangi. 

“Bukan mantra, Mas. Aku cuma baca doa memasuki rumah baru. Supaya rumah ini membawa berkah untuk—” Ucapan Pelangi terputus, bola matanya menatap lurus. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa membeku. Sebuah pigura besar yang menggantung di dinding ruang tamu membuat dadanya terasa penuh sesak. 

Foto mesra Awan dengan seorang gadis cantik menjadi sambutan pertama bagi Pelangi di rumah itu. 

****

Terpopuler

Comments

Laurensia Listianawati

Laurensia Listianawati

sakit hati dong Pelangi melihat pajangan foto Awan n pacarnya , yang sabar ya Pelangi nanti indah pada waktunya

2025-01-06

0

✨️ɛ.

✨️ɛ.

pasti rumahnya blom pernah didoain nih.. tuh setannya masih nangkring di pigura..

2024-11-30

0

Aira Azzahra Humaira

Aira Azzahra Humaira

hahhhh baca mantra biar setannya pada kabur

2025-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 Kenapa Tidak Menentang Sejak Awal?
2 Kenyataan Pahit
3 Kenapa Ayah Memilih Saya?
4 Kok Enak Sih?
5 Kompromi!
6 Pindah Ke rumah Baru
7 Pingsan!
8 Jadi Seperti Ini Pilihan Ayah?
9 Kenapa Kakak Bohong?
10 Apa Ini Adil?
11 Seperti Apa Wujudnya?
12 Sulit Bagiku!
13 Kenapa Harus Malu?
14 Antar Pulang!
15 Jauh Lebih Baik Daripada ....
16 Aroma Parfum?
17 Melepas Awan Untuk Priska?
18 Menyusul
19 Melamar Pelangi?
20 Terpaku
21 Aku Memang Kecewa!
22 Memperbaiki Kesalahan
23 Berkata Jujur
24 Kamu Sudah Berubah!
25 Tolong Lepaskan Awan!
26 Dosakah?
27 Meminta Anakku Kembali
28 Beri Kesempatan?
29 Tetap Huznudzon
30 Laa Tahzan Innallaha Ma'ana
31 Zidan?
32 Tersadar?
33 Meminta Kesempatan
34 Menjadi Lenteramu
35 Hubby-nya Mana?
36 Pulang
37 Kena Sawan!
38 Belajar Shalat
39 Kenapa Akhirnya Memilih Aku?
40 Jangan Lupa Berdoa
41 Cemburu dan Posesif
42 Hijab Bagi Laki-Laki
43 Do You Love Him?
44 Ajarin Kakak Napa?
45 Membangun Dari Titik Awal Bersama
46 Bos Baru?
47 Cari Informasi Tentang Awan!
48 Suamiku Sedang Dalam Perjalanan Hijrahnya!
49 Rekomendasi Bacaan
50 Mau Ajak Kamu ....
51 Semoga Hijrahku Mengantarkanmu Pada Cinta Allah
52 Pelangi Berselimut Awan
53 Guntur Diselimuti Awan
54 Kamu Siap-Siap, Ya?
55 Merasa Diikuti
56 Mending Gue Pulang!
57 Siapa Yang Kirim Kalian?
58 Mengapa Manusia DiUji?
59 Tentang Foto Yang Mengejutkan
60 Apakah Semua Hanya Topeng?
61 Siapa Yang Menyumbang?
62 Bentuk Ujian
63 Sakina, Mawaddah, Wa Rahma
64 Kejutan Tak Terduga
65 Keadaan Sebenarnya ....
66 Kalung Berlian?
67 Apa Aku Tidak Boleh Kecewa?
68 Kenapa Tidak Bilang?
69 Bermuka Dua
70 Dia Pernah Apa?
71 Kejadian Masa Lalu
72 Pengantin Tuan Adam
73 Kamu Tidak Percaya Sama Aku?
74 Saling Terbuka
75 Boleh Ajak Keluarga?
76 Memang Baru Hijrah!
77 Jangan Kasih Salam!
78 Pertanyaan Jebakan!
79 Buat Di Tempat Lain
80 Bertemu Sahabat Lama
81 Aku Tidak Suka!
82 Beritahu Teman Kamu Itu!
83 Maafkan Aku!
84 Rumah Baru Maryam
85 Aku sedih
86 Mas Guntur!
87 Umi Abah?
88 Rencana Guntur?
89 Perasaan Tidak Enak!
90 Kehilangan!
91 Melaporkan?
92 Butuh Waktu
93 Meminta Maaf
94 Untung Dokter!
95 Move On, Priska!
96 Ngajak Ribut!
97 Extra Part Maryam-Guntur
98 Extra Part - Tidak Akan Bisa Kemana-Mana
99 Extra Part- Kejutan Untuk Kamu
100 SUAMI BOHONGAN
101 Extra Part - Rumah Baru
102 Extra Part - Memuji kamu
103 Bisa Makin Tidak Benar
104 Jemput Saudara
105 Temani Kakak, ya!
106 Kenapa Kabur?
107 Mama Jahat, Bu!
108 Seperti Apa Kriteria Zidan?
109 MY SEXY LITTLE WIFE
110 Extra Part - Kamu Akan Kabur, Nggak?
111 Extra Part - Kedatangan Maryam
112 Extra Part - Masih Ada Kesempatan
113 Extra Part - JALAN BARENG
114 Extra Part - Dia Yang Aneh
115 Extra Part - Zidan Itu Judes
116 Extra Part - Dijodohkan Dengan Pria Brutal
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Kenapa Tidak Menentang Sejak Awal?
2
Kenyataan Pahit
3
Kenapa Ayah Memilih Saya?
4
Kok Enak Sih?
5
Kompromi!
6
Pindah Ke rumah Baru
7
Pingsan!
8
Jadi Seperti Ini Pilihan Ayah?
9
Kenapa Kakak Bohong?
10
Apa Ini Adil?
11
Seperti Apa Wujudnya?
12
Sulit Bagiku!
13
Kenapa Harus Malu?
14
Antar Pulang!
15
Jauh Lebih Baik Daripada ....
16
Aroma Parfum?
17
Melepas Awan Untuk Priska?
18
Menyusul
19
Melamar Pelangi?
20
Terpaku
21
Aku Memang Kecewa!
22
Memperbaiki Kesalahan
23
Berkata Jujur
24
Kamu Sudah Berubah!
25
Tolong Lepaskan Awan!
26
Dosakah?
27
Meminta Anakku Kembali
28
Beri Kesempatan?
29
Tetap Huznudzon
30
Laa Tahzan Innallaha Ma'ana
31
Zidan?
32
Tersadar?
33
Meminta Kesempatan
34
Menjadi Lenteramu
35
Hubby-nya Mana?
36
Pulang
37
Kena Sawan!
38
Belajar Shalat
39
Kenapa Akhirnya Memilih Aku?
40
Jangan Lupa Berdoa
41
Cemburu dan Posesif
42
Hijab Bagi Laki-Laki
43
Do You Love Him?
44
Ajarin Kakak Napa?
45
Membangun Dari Titik Awal Bersama
46
Bos Baru?
47
Cari Informasi Tentang Awan!
48
Suamiku Sedang Dalam Perjalanan Hijrahnya!
49
Rekomendasi Bacaan
50
Mau Ajak Kamu ....
51
Semoga Hijrahku Mengantarkanmu Pada Cinta Allah
52
Pelangi Berselimut Awan
53
Guntur Diselimuti Awan
54
Kamu Siap-Siap, Ya?
55
Merasa Diikuti
56
Mending Gue Pulang!
57
Siapa Yang Kirim Kalian?
58
Mengapa Manusia DiUji?
59
Tentang Foto Yang Mengejutkan
60
Apakah Semua Hanya Topeng?
61
Siapa Yang Menyumbang?
62
Bentuk Ujian
63
Sakina, Mawaddah, Wa Rahma
64
Kejutan Tak Terduga
65
Keadaan Sebenarnya ....
66
Kalung Berlian?
67
Apa Aku Tidak Boleh Kecewa?
68
Kenapa Tidak Bilang?
69
Bermuka Dua
70
Dia Pernah Apa?
71
Kejadian Masa Lalu
72
Pengantin Tuan Adam
73
Kamu Tidak Percaya Sama Aku?
74
Saling Terbuka
75
Boleh Ajak Keluarga?
76
Memang Baru Hijrah!
77
Jangan Kasih Salam!
78
Pertanyaan Jebakan!
79
Buat Di Tempat Lain
80
Bertemu Sahabat Lama
81
Aku Tidak Suka!
82
Beritahu Teman Kamu Itu!
83
Maafkan Aku!
84
Rumah Baru Maryam
85
Aku sedih
86
Mas Guntur!
87
Umi Abah?
88
Rencana Guntur?
89
Perasaan Tidak Enak!
90
Kehilangan!
91
Melaporkan?
92
Butuh Waktu
93
Meminta Maaf
94
Untung Dokter!
95
Move On, Priska!
96
Ngajak Ribut!
97
Extra Part Maryam-Guntur
98
Extra Part - Tidak Akan Bisa Kemana-Mana
99
Extra Part- Kejutan Untuk Kamu
100
SUAMI BOHONGAN
101
Extra Part - Rumah Baru
102
Extra Part - Memuji kamu
103
Bisa Makin Tidak Benar
104
Jemput Saudara
105
Temani Kakak, ya!
106
Kenapa Kabur?
107
Mama Jahat, Bu!
108
Seperti Apa Kriteria Zidan?
109
MY SEXY LITTLE WIFE
110
Extra Part - Kamu Akan Kabur, Nggak?
111
Extra Part - Kedatangan Maryam
112
Extra Part - Masih Ada Kesempatan
113
Extra Part - JALAN BARENG
114
Extra Part - Dia Yang Aneh
115
Extra Part - Zidan Itu Judes
116
Extra Part - Dijodohkan Dengan Pria Brutal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!